• Login
  • Register
Selasa, 20 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Urgensi Filantropi Perdamaian untuk Korban di Tengah Efisiensi Anggaran

Minanga Peace Fund menjalankan misi kemanusiaan dengan program pertamanya melalui inisiatif “Bingkisan Lebaran untuk Korban Bom Terorisme.” 

Yuyun Khairun Nisa Yuyun Khairun Nisa
20/03/2025
in Publik
0
Filantropi Perdamaian

Filantropi Perdamaian

1k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Belum genap 100 hari masa pemerintahan Prabowo-Gibran, terbit Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 1 Tahun 2025 terkait efisiensi belanja dalam pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan  Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan dan  Belanja Daerah (APBD) 2025 pada 22 Januari 2025. 

Kebijakan ini tentu menggemparkan publik dan cukup meresahkan. Pasalnya, nominal anggaran yang terpangkas cukup besar sejumlah Rp. 256,1 triliun. Angka ini melampaui acuan tingkat efisiensi yang disarankan Surat Edaran Menteri Keuangan (SE Menkeu). Banyak kementerian atau lembaga pemerintahan yang terdampak efisiensi, bahkan terpangkas 50% lebih dari alokasi sebelumnya. 

Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Republik Indonesia (BNPT) dan Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK), merupakan salah dua dari 10 lembaga pemerintah yang mengalami pemangkasan anggaran dengan persentase terbesar. Berdasarkan data Perupadata, pemangkasan anggaran BNPT sebesar 69,16%. Sementara pemangkasan anggaran LPSK sebesar 62,85%. Kebijakan efisiensi ini tentu menjadi mimpi buruk bagi keberlanjutan upaya perlindungan dan pemulihan korban kekerasan, konflik, hingga terorisme. 

Inisiatif Lahirnya Filantropi Perdamaian, Minanga Peace Fund

Menghadapi kenyataan pahit efisiensi, keresahan yang selama ini gerakan masyarakat sipil rasakan semakin membesar. Negara belum sepenuhnya hadir dan memperhatikan kebutuhan korban dan kelompok rentan lainnya. Suara mereka dipermainkan saat kontestasi politik belaka. Namun setelah kekuasaan mereka raih, justru terabaikan begitu saja. Lalu, siapa yang akan benar-benar hadir untuk korban?

Keprihatinan ini memantik lahirnya Minanga Peace Fund (https://www.minangapeacefund.org). Yakni lembaga filantropi untuk perdamaian yang diinisiasi oleh Asian Muslim Action Network (AMAN) Indonesia untuk memperkuat peran komunitas. Khususnya kelompok perempuan dalam upaya mewujudkan perdamaian yang inklusif dan berkelanjutan. 

Baca Juga:

Tamasya “Wisata” Kota Sampah dan Pandangan Kritis Seyyed Hossein Nasr

Spirit Zakat dalam Pajak: Amanah di Pundak Pejabat dan Kontrol di Tangan Rakyat

Negara tanpa Ibu

Efisiensi Anggaran dari Kabinet Obesitas: Zalim Kepada Rakyat

Lebih dari sekadar pendanaan, filantropi perdamaian adalah bentuk upaya membangun solidaritas kolektif bahwa perdamaian tidak bisa hanya terbangun di atas kebijakan negara. Melainkan juga oleh dukungan nyata dari berbagai elemen masyarakat.

Terinspirasi dari tempat di mana lahir banyak tokoh perempuan hebat yakni Minanga yang merupakan nama lampau dari Minangkabau. Minanga Peace Fund sebagai sebuah inisiatif yang lahir dari gerakan muslim progresif AMAN Indonesia memiliki 2 kerangka atau konsep utama. Yakni; konsep keadilan sosial dan kerangka women, peace and security (WPS) atau perempuan, perdamaian, dan keamanan. 

Keadilan Sosial dan Kerangka WPS dalam Filantropi Perdamaian

Menurut Direktur Social Trust Fund (STF) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Amelia Fauzia, konsep filantropi berkeadilan sosial merupakan praktik filantropi yang mendukung terwujudnya perubahan sosial.

Filantropi perdamaian ini bisa menyentuh permasalahan mendasar dari ketidakadilan, ketimpangan dan kemiskinan yang masyarakat alami. Sehingga, pendekatan filantropi sangat inklusif, tidak membatasi pengumpulan dan pendistribusian hanya dari, untuk dan oleh kelompok tertentu. Filantropi perdamaian merangkul seluruh kelompok dari berbagai latar belakang. 

Sedangkan menurut Hamid Abidin dalam “Desain Strategi Pengembangan Filantropi dan Fundraising Perdamaian”, menyebutkan bahwa penggunaan kerangka WPS berbasis pada pengalaman empirik AMAN Indonesia yang telah bekerja selama lebih dari 18 tahun dalam pembangunan perdamaian di komunitas akar rumput dengan meyakini 3 hal, yakni;

  1. Perempuan bukanlah entitas tunggal. Diversitas latar belakang perempuan baik sebagai korban, peacebuilders, ataupun terlibat sebagai bagian dari pelaku, memerlukan pendekatan interseksionalitas untuk mendapatkan kekhasan dalam setiap pengalaman perempuan. Pengalaman dan pengetahuan perempuan yang valid dan otoritatif menjadi landasan untuk membuat kebijakan dan arah intervensi program perdamaian
  2. Partisipasi bermakna perempuan di mana perempuan terakui sebagai subjek utuh dan penuh dalam pembangunan perdamaian. Tidak hanya kita hadirkan secara fisik, tetapi terdengar dan kita adopsi aspirasinya.
  3. Pentingnya pemulihan korban secara komprehensif dan jangka panjang, di mana layanan medis, psikososial, dan keberadaan community of care sebagai support system yang membantu proses pemuliihan sekaligus membangun rasa tanggung jawab bersama dalam proses pemulihan korban.

Momen Ramadan, Minanga Peace Fund Hadir untuk Korban Bom Terorisme

Resmi terpublikasikan pada 1 Maret 2025 di mana diperingati sebagai bulannya perempuan sekaligus perayaan 18 tahun AMAN Indonesia, Minanga Peace Fund mulai menjalankan misi kemanusiaan dengan membuka program pertamanya melalui inisiatif “Bingkisan Lebaran untuk Korban Bom Terorisme.” 

Bertepatan dengan momen Ramadan dan menjelang lebaran, Minanga Peace Fund hadir untuk membangkitkan jiwa kemanusiaan dan kepedulian terhadap korban bom terorisme. Mereka yang kehilangan suami, ayah, atau anggota keluarga lainnya, bahkan sebagian dari mereka juga kehilangan anggota tubuhnya, pernah kehilangan kepercayaan diri, semangat hidup, dan tentu kondisi tersebut membuat mereka sulit mendapat pekerjaan.

Minanga Peace Fund hadir membuka kesempatan dan ruang bagi siapa saja yang ingin turut andil menjadi penguat dan pembangkit semangat para korban di kehidupan kedua.

Ke depan, Minanga Peace Fund berharap bisa selalu hadir untuk para korban lainnya. Dengan berdonasi melalui link berikut https://kitabisa.com/campaign/bingkisanlebaranuntukkorbanbomterorisme/, sekecil apapun dukungan dari kita, sangat berarti bagi mereka. Mari hadir untuk korban. Mari jadi bagian dari gerakan filantropi perdamaian. []

Tags: Efisiensi AnggaranFilantropi PerdamaianGibranpemerintahPrabowo
Yuyun Khairun Nisa

Yuyun Khairun Nisa

Yuyun Khairun Nisa, lahir di Karangampel-Indramayu, 16 Juli 1999. Lulusan Sastra Inggris, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Jember. Saat ini sedang bertumbuh bersama AMAN Indonesia mengelola media She Builds Peace Indonesia. Pun, tergabung dalam simpul AMAN, Puan Menulis (komunitas perempuan penulis), dan Peace Leader Indonesia (perkumpulan pemuda lintas iman). Selain kopi, buku, dan film, isu gender, perdamaian dan lingkungan jadi hal yang diminati. Yuk kenal lebih jauh lewat akun Instagram @uyunnisaaa

Terkait Posts

Inses

Grup Facebook Fantasi Sedarah: Wabah dan Ancaman Inses di Dalam Keluarga

17 Mei 2025
Dialog Antar Agama

Merangkul yang Terasingkan: Memaknai GEDSI dalam terang Dialog Antar Agama

17 Mei 2025
Inses

Inses Bukan Aib Keluarga, Tapi Kejahatan yang Harus Diungkap

17 Mei 2025
Kashmir

Kashmir: Tanah yang Disengketakan, Perempuan yang Dilupakan

16 Mei 2025
Nakba Day

Nakba Day; Kiamat di Palestina

15 Mei 2025
Nenek SA

Dari Kasus Nenek SA: Hukum Tak Lagi Melindungi yang Lemah

15 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kekerasan Seksual Sedarah

    Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia
  • Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama
  • KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version