• Login
  • Register
Jumat, 25 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Uncategorized

Memaknai Paskah dan Pesan Pertobatan Ekologis

Dalam semangat Paskah dan Tahun Yubileum 2025, marilah kita semua bersatu dalam kepedulian ekologis, membangun dunia yang lebih adil, damai, dan lestari bagi generasi hari ini dan masa depan.

Layyin Lala Layyin Lala
20/04/2025
in Uncategorized
0
Paskah

Paskah

1.4k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Paskah tahun 2025 menjadi momen istimewa bagi umat Kristen dan Katolik sedunia. Tahun ini merupakan tahun Yubileum. Sebuah waktu khusus untuk pengampunan dosa, pembebasan dari hukuman dosa, dan kesempatan bagi umat untuk memperbarui iman melalui ziarah dan pertobatan. Selain itu, masa Yubileum juga terkenal dengan masa suci pembaruan dan rahmat dalam Gereja Katolik setiap 25 tahun sekali.

Paskah identik dengan perayaan kebangkitan Yesus Kristus dari kematian. Paskah juga melambangkan kemenangan atas dosa dan kematian, serta harapan akan kehidupan kekal. Pertobatan ekologis menjadi hal yang paling utama untuk dilakukan. Karena pertobatan ekologis menjadi sebuah renungan bagaimana Tuhan mengalami kesengsaraan wafat hingga bangkit. Di mana hal tersebut berarti umat Kristen dan Katolik berpartisipasi di dalam kerya besar Tuhan untuk menyelamatkan umat manusia dan menyelamatkan dunia.

Pesan Paskah dan Seruan Pertobatan Ekologis

Pertobatan ekologis mengingatkan kembali manusia (tidak hanya umat Kristen dan Katolik saja) mengenai bahwa bumi dan alam semesta adalah ibu yang menyediakan segala kebutuhan manusia. Seluruh ciptaan tuhan, termasuk tanaman, hewan, dan makhluk hidup ataupun mati menjadi makhluk yang dikasihi Tuhan.

Sehingga, umat manusia wajib untuk mengakui akan keberadaan seluruh makhluk di dunia dan menghormati keadaan mereka dengan cara menjaga, merawat, dan mengasihi sesama makhluk serta alam. Hal itulah yang merupakan bentuk dari keimanan dan ketaqwaan.

Pertobatan ekologis sendiri termaktub dalam dokumen ensiklik katolik Laudato Si’. Laudato Si’ merupakan ensiklik hasil pemikiran dari Paus Fransiskus yang terinspirasi dari Santo Paus Fransiskus Assisi yang memiliki makna “Terpujilah Engkau, Tuhanku”. Ensiklik Laudato Si’ berbicara mengenai “Perawatan Rumah Kita Bersama” yang menyoroti kondisi alam bumi yang telah rusak dan memerlukan gerakan kolektif (bersama) untuk merawat serta memulihkan alam.

Baca Juga:

Memaknai Aurat Perempuan secara Utuh

Memaknai Ulang Hadits Perempuan Kurang Agama

Memaknai Ulang Hadits Perempuan Kurang Akal

Memaknai Hadits Mahram dalam Perspektif Mubadalah

Dokumen tersebut juga memuat pesan-pesan mengenai perlunya kesadaran kita dalam merawat dan menjaga alam. Yakni sebagai rumah bersama demi keberlangsungan seluruh makhluk hidup. Ensiklik Laudato Si’ hadir sebagai seruan kenabian di tengah krisis lingkungan yang semakin nyata dan mendesak.

Bahkan, kerusakan ekosistem dan ancaman terhadap keberlangsungan hidup manusia kini bukan lagi sekadar isu global, tetapi menjadi kenyataan yang kita hadapi setiap hari. Ensiklik Laudato Si’ mengajak kita untuk merenungkan kembali relasi kita dengan Allah, sesama, dan seluruh ciptaan.

Seruan tersebut menekankan bahwa iman tidak bisa kita pisahkan dari tanggung jawab ekologis, dan bahwa kasih sejati kepada Tuhan harus tercermin dalam sikap hormat serta kepedulian kita terhadap bumi sebagai rumah bersama.

Paskah dan Pertobatan Ekologis di Indonesia

Pastor rekan Paroki Santa Maria Fatima Betun, Romo Marselinus Nai Kei, Pr. menjelaskan bahwa paskah saat ini merupakan bentuk perenungan. Bentuk perenungan dari bapak suci tentang bumi sebagai rumah kita bersama yang perlu kita cintai dan rawat. Pertobatan ekologis merupakan bukti dari penetapan tahun 2025 sebagai tahun yubelium oleh bapa suci di Roma (Paus Fransiskus) yang mengusung nilai-niali tentang peziarah pengharapan. 

Misa Paskah di Sumbawa yang dipimpin oleh Romo Pastor Loren Maryono mengajak seluruh umat untuk melakukan pertobatan ekologis. Beliau menyampaikan bahwa dengan semangat kebangkitan dan kemuliaan Tuhan, sebagai umat kita harus memelihara bumi dan merawat lingkungan.

Beliau juga berpesan, langkah-langkah kecil dalam perusakan lingkungan seperti boros energi, membuang sampah sembarangan, menebang pohon, dan membuka lahan harus segera kita hentikan. Sebagaimana Yesus bangkit dari mati, kita juga bisa untuk bangkit dari kelemahan kerapuhan dosa serta masalah tekanan hidup.

Di Kota Malang sendiri, Orang Muda Katolik Kapel Santa Theresia Lisiex Gempol Marga Bhakti melakukan aksi sosial. Aksi sosial seperti membersihkan jembatan penyeberangan kayutangan dan pemilahan sampah serta pengumpulan minyak jelantah sejak beberapa hari terakhir. Aksi sosial dan lingkungan tersebut kemudian menjadi salah satu upaya bentuk pertobatan ekologis sebagai perayaan dan penghormatan Paskah.

Di Timika, Pastor Paroki St. Stevanus Sempan, Gabriel Ngga OFM menyerukan pentingnya pertobatan ekologis. Hal ini sebagai wujud nyata iman dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam khutbahnya beliau menjelaskan bahwa kebangkitan Yesus Kristus seharusnya menginspirasi seluruh umat untuk mencintai dan menjaga bumi sebagai ‘Rumah Bersama”.

Beliau juga menekankan bahwa Paskah bukan hanya sekedar mengenang peristiwa dua ribu tahun yang lalu. Melainkan ajakan untuk bangkit dari sikap masa bodoh terhadap lingkungan serta mulai membangun gaya hidup yang menjaga keutuhan ciptaan.

Refleksi Paskah dan Pertobatan Ekologis

Paskah bukan sekadar perayaan religius yang penuh sukacita. Melainkan momen reflektif yang mengajak seluruh umat manusia untuk melakukan pertobatan ekologis demi keberlangsungan hidup bersama. Kebangkitan Kristus menjadi simbol harapan dan panggilan untuk bangkit dari ketidakpedulian terhadap lingkungan.

Bumi, sebagai rumah bersama, tidak hanya kita wariskan tetapi juga harus kita rawat dengan penuh kasih dan tanggung jawab. Dalam semangat Paskah dan Tahun Yubileum 2025, marilah kita semua bersatu dalam kepedulian ekologis, membangun dunia yang lebih adil, damai, dan lestari bagi generasi hari ini dan masa depan. []

Tags: memaknaiPaskahPetobatan Ekologis
Layyin Lala

Layyin Lala

Khadimah Eco-Peace Indonesia and Currently Student of Brawijaya University.

Terkait Posts

Film Sore: Istri dari Masa Depan

Menemukan Makna Cinta yang Mubadalah dari Film Sore: Istri dari Masa Depan

23 Juli 2025
Mu’adzah al-Adawiyah

Mu’adzah Al-Adawiyah: Guru Spiritual Para Sufi di Basrah

17 Juli 2025
Perempuan Shalihah

Menafsir Ulang Perempuan Shalihah: Antara Teks dan Konteks

26 Juni 2025
Negosiasi

Saat Menyelesaikan Masalah dengan Sang Istri, Nabi Muhammad Saw Memilih Negosiasi

19 Juni 2025
Palestina-Israel

Two State Solution: Solusi Perdamaian bagi Palestina-Israel atau Tantangan Integritas Nasional Terhadap Pancasila?

14 Juni 2025
Hakim

Anggota Parlemen dan Hakim Perempuan

13 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kekerasan Anak

    Mengasuh Anak dengan Kasih Sayang, Bukan Kekerasan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengasuh Anak dengan Penuh Kasih Sayang

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Para Suami, Jangan Biarkan Kembang Layu di Atas Ranjang

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Perjalanan Penerimaan dari Film Sore: Istri Masa Depan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menjaga Anak, Menjaga Masa Depan Bangsa

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Mengasuh Anak dengan Penuh Kasih Sayang
  • Suluk Damai di Negeri Bhineka melalui Peran LKLB dalam Merawat Toleransi
  • Mengasuh Anak dengan Kasih Sayang, Bukan Kekerasan
  • Perjalanan Penerimaan dari Film Sore: Istri Masa Depan
  • Menjaga Anak, Menjaga Masa Depan Bangsa

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID