• Login
  • Register
Minggu, 8 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Spirit Siti Hajar dalam Merawat Kehidupan: Membaca Perjuangan Perempuan Lewat Kacamata Dr. Nur Rofiah

Menurut Dr. Nur Rofiah, Hajar bukan hanya tokoh perempuan yang menjalankan kehendak Tuhan, tapi juga representasi perempuan sebagai subjek aktif dalam sejarah kemanusiaan dan keimanan.

Andayu Aisyah Putri Andayu Aisyah Putri
07/06/2025
in Publik
0
Siti Hajar

Siti Hajar

1.1k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Setiap kali merayakan Iduladha, kita selalu mengenang kembali kisah pengorbanan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. Namun, sering kali kita melewatkan satu sosok penting dalam kisah ini yaitu seorang perempuan tangguh bernama Siti Hajar.

Kisah Siti Hajar bukan sekadar bagian dari sejarah Islam, tetapi juga sumber inspirasi, nilai, dan keteladanan yang tetap relevan hingga hari ini. Terutama dalam memperjuangkan keadilan dan keberdayaan perempuan.

Dalam narasi yang kerap kita dengar, Siti Hajar ditinggalkan oleh suaminya, Nabi Ibrahim, bersama putra mereka, Ismail, di sebuah lembah gersang atas perintah Allah.

Pandangan Dr. Nur Rofiah

Namun, kisah ini tidak bisa dibaca semata sebagai bentuk kepatuhan buta atau sekadar pengorbanan. Karena, jika merujuk pandangan Ibu Dr. Nur Rofiah Bil.Uzm, kita justru melihat perjuangan Siti Hajar sebagai simbol keberdayaan, kecerdasan spiritual, dan ketangguhan perempuan dalam menghadapi ketidakpastian hidup.

Alih-alih pasrah dalam arti pasif, Siti Hajar justru memilih bergerak aktif. Ia berlari antara bukit Shafa dan Marwah sebanyak tujuh kali, bukan dalam kepanikan. Melainkan sebagai bentuk ikhtiar dan keteguhan seorang ibu yang sedang mencari sumber kehidupan bagi anaknya.

Baca Juga:

Islam Berikan Apresiasi Kepada Perempuan yang Bekerja di Publik

Menelusuri Perbedaan Pendapat Ulama tentang Batas Aurat Perempuan

Memaknai Aurat Perempuan secara Utuh

Membaca Novel Jodoh Pasti Bertemu dalam Perspektif Mubadalah

Hal bentuk perjuangan perempuan yang tidak hanya kecerdasan spiritual, tetapi juga kekuatan perempuan menghadapi ketidakpastian dalam kehidupan.

Menurut Dr. Nur Rofiah, Hajar bukan hanya tokoh perempuan yang menjalankan kehendak Tuhan, tapi juga representasi perempuan sebagai subjek aktif dalam sejarah kemanusiaan dan keimanan.

Ia mengajarkan kepada kita bahwa menjadi perempuan beriman, berjuang, berpikir, dan bertindak demi kehidupan yang lebih baik. Bahkan ketika ia harus melakukannya seorang diri.

Lebih lanjut, kata Bu Nur Rofiah, kisah Siti Hajar dan Nabi Ibrahim tidak dibaca dalam kerangka superioritas laki-laki atas perempuan. Sebaliknya, kisah ini menghadirkan relasi kesalingan dua sosok yang sama-sama menjalankan perintah Tuhan dengan cara yang berbeda, tetapi sama-sama mulia.

Ibrahim menunjukkan keimanan melalui ketaatan dan pengorbanan, sementara Hajar menunjukkan keimanan melalui perjuangan, keberanian, dan keteguhan hati.

Keduanya mengajarkan bahwa kualitas keimanan tidak ditentukan oleh jenis kelamin. Melainkan oleh kualitas ketakwaan, kesetiaan, dan perjuangan merawat kehidupan.

Menjadi Hajar di Masa Kini

Hari ini teladan “lari-lari antara Shafa dan Marwah” bisa kita temukan dalam berbagai bentuk perjuangan perempuan. Seperti para ibu yang bekerja keras demi anak-anaknya, aktivis perempuan yang gigih memperjuangkan keadilan, buruh perempuan yang menuntut haknya. Hingga para penyintas kekerasan yang berani menyuarakan kebenaran.

Perjuangan mereka mungkin tak selalu terdengar lantang. Namun jika kita mau jujur, pengorbanan dan keteguhan mereka tak jauh berbeda dari apa yang dilakukan Siti Hajar di padang tandus ribuan tahun silam.

Bahkan, dalam konteks kekinian, masih banyak perempuan yang menghadapi berbagai bentuk ketidakadilan struktural, diskriminasi, dan ketimpangan gender.

Maka dari itu, meneladani Siti Hajar hari ini berarti mengakui dan menghargai perjuangan perempuan sebagai bagian penting dari misi keadilan sosial dan spiritual.

Sehingga, kita semua bisa menjadi “Hajar” dalam versi kita sendiri. Yaitu menjadi perempuan yang berani melangkah, tetap yakin meski jalan keluar belum terlihat, dan setia pada harapan meski berada dalam ketidakpastian.

Kisah Hajar adalah pengingat bahwa perjuangan perempuan bukanlah cerita pinggiran, tetapi bagian sah dari narasi iman dan kemanusiaan. Seperti yang Dr. Nur Rofiah tegaskan bahwa:

“Perempuan bukanlah pelengkap, apalagi pelayan dalam sejarah kehidupan. Perempuan adalah pelaku utama dalam mewujudkan keberadaban dan keadilan.” []

Tags: Dr. Nur RofiahkacamatakehidupanLewatmembacaMerawatperempuanperjuangansiti hajarSpiriti
Andayu Aisyah Putri

Andayu Aisyah Putri

Saya adalah Mahasantriwa Sarjana Ulama Perempuan Indonesia (SUPI) ISIF Cirebon.

Terkait Posts

Jam Masuk Sekolah

Jam Masuk Sekolah Lebih Pagi Bukan Kedisiplinan, Melainkan Bencana Pendidikan

7 Juni 2025
Iduladha

Iduladha: Lebih dari Sekadar Berbagi Daging Kurban

7 Juni 2025
Masyarakat Adat

Masyarakat Adat dan Ketahanan Ekologi

7 Juni 2025
Toleransi di Bali

Dari Sapi Hingga Toleransi : Sebuah Interaksi Warga Muslim Saat Iduladha di Bali

7 Juni 2025
Relasi Kuasa

Fenomena Walid; Membaca Relasi Kuasa dalam Kasus Kekerasan Seksual

7 Juni 2025
Pembagian Daging Kurban

3 Solusi Ramah Lingkungan untuk Pembagian Daging Kurban

6 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Masyarakat Adat

    Masyarakat Adat dan Ketahanan Ekologi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 3 Faktor Sosial yang Melanggengkan Terjadinya KDRT

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Fenomena Walid; Membaca Relasi Kuasa dalam Kasus Kekerasan Seksual

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Spirit Siti Hajar dalam Merawat Kehidupan: Membaca Perjuangan Perempuan Lewat Kacamata Dr. Nur Rofiah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Dari Sapi Hingga Toleransi : Sebuah Interaksi Warga Muslim Saat Iduladha di Bali

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Jam Masuk Sekolah Lebih Pagi Bukan Kedisiplinan, Melainkan Bencana Pendidikan
  • Iduladha: Lebih dari Sekadar Berbagi Daging Kurban
  • Masyarakat Adat dan Ketahanan Ekologi
  • 3 Faktor Sosial yang Melanggengkan Terjadinya KDRT
  • Dari Sapi Hingga Toleransi : Sebuah Interaksi Warga Muslim Saat Iduladha di Bali

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID