• Login
  • Register
Jumat, 23 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Keluarga

Apa Pentingnya Feminis dalam Kehidupan Berumah Tangga?

Problematika gender yang terjadi dalam sebuah hubungan rumah tangga ini tidak hanya sebatas beban kerja untuk perempuan dan kemarjinalan untuk laki-laki sebagai ayah. Ada banyak hal yang lahir dari problematika seperti ini.

Indah Rahmasari Indah Rahmasari
10/03/2021
in Keluarga, Rekomendasi
0
Feminis

Feminis

326
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Apa yang pertama kali terlintas di pikiran anda setelah mendengar kata feminis atau feminisme? Beragam persepsi pastinya akan muncul dan mungkin akan berbeda pada setiap kepala. Dulu ketika pertama mendengar kata itu, persepsi yang muncul dalam kepala saya adalah tentang perempuan. Saya mengira bahwa feminis tak lain adalah feminim yang kerap digunakan untuk mengambarkan tentang perempuan.

Gambaran itu berupa kelembutan, kesabaran, kebaikan, ngemong dan lainnya yang merupakan lawan kata dari maskulin yang digunakan untuk mengambarkan laki-laki. Saya mengamini tentang gambaran umum yang melekat pada perempuan. Dalam persepsi saya perempuan memang harus punya sifat-sifat semacam itu dan akan gak ilok ketika itu tidak ia punya. Padahal feminis sendiri merupakan kesetaraan sosial, politik dan ekonomi untuk kedua jenis kelamin.

Gambaran umum tentang perempuan yang saya peroleh dari cerita tunggal di mana saya tumbuh ialah selalu mengerjakan pekerjaan domestik yang lekat urusannya dengan sumur, dapur dan kasur. Sedangkan laki-laki dengan bekerja mencari nafkah untuk menghidupi keluarga. Saya memandang bahwa hal semacam itu merupakan kodrat, dan ketika itu tidak berjalan pada rulesnya itu tidak baik.

Ketika saya menikah, pesan yang disampaikan oleh ibu saya adalah bahwa istri harus selalu menurut kepada suami, kepentingan suami adalah hal utama dan tugas istri adalah melayani suami dengan sebaik mungkin. Sayapun menuruti pesan-pesan yang diberikan, karena saya setuju dengan yang mereka sampaikan.

Dulu saya kerap merasa sangat rikuh dan tak nyaman ketika suami saya menyapu atau mencuci piring bekas dia makan. Meski sebenarnya itu merupakan hal yang sangat wajar. Sayapun kerap berterimakasih pada suami ketika dia memandikan anak atau telah menjaganya. Ucapan terimakasih sebagai bentuk apresiasi kepada suami atas “bantuan” yang diberikan nyatanya telah memarjinalkannya sebagai seorang ayah. Bagaimana tidak, bukankah seorang ayah adalah sebuah kata kerja yang berlaku pula untuk seorang ibu.

Baca Juga:

Perempuan Bisa Menjadi Pemimpin: Telaah Buku Umat Bertanya, Ulama Menjawab

Benarkah KB Hanya untuk Perempuan?

Bolehkah Dokter Laki-laki Memasangkan Alat Kontrasepsi (IUD) kepada Perempuan?

Catcalling Masih Merajalela: Mengapa Kita Tidak Boleh Diam?

Dalam praktik keseharian, tentunya saya sangat kewalahan untuk menyelesaikan pekerjaan domestik, mengurus anak dan sesekali menyelesaikan pekerjaan di ranah publik. Ditengah rasa lelah, perasaan berkorban untuk keluarga begitu terasa. Peran gander yang lahir dari konstruksi sosial ini memang begitu memberatkan untuk perempuan dan juga laki-laki.

Beberapa dari rekan perempuan saya yang telah menjadi istri dan ibu menganggap memang seperti itulah tugas dan tangung jawab seorang perempuan yang telah menikah. Meski ia bekerja di luar rumah, pekerjaan domestik tetaplah menjadi tangung jawab utamanya. Di sisi lain laki-laki yang sudah menikah harus selalu kuat untuk bekerja dan mencukupi kebutuhan keluarganya. Konstruksi sosial yang sudah tersosialisasikan secara evolusional ini menghasilkan perbedaan gender yang kemudian melahirkan ketidakadilan.

Tentu saja ketidakadilan gender yang terjadi dalam realitas kehidupan berumah tangga semacam ini bukanlah hal yang baru. Sebagian besar mungkin tidak menyadari problematika ini. Sayapun demikian, butuh proses yang panjang untuk menyadari bahwa hal semacam ini adalah sebuah problematika.

Problematika gender yang terjadi dalam sebuah hubungan rumah tangga ini tidak hanya sebatas beban kerja untuk perempuan dan kemarjinalan untuk laki-laki sebagai ayah. Ada banyak hal yang lahir dari problematika seperti ini. Yang saya rasakan sebagai seorang perempuan problematika gender ini melahirkan sebuah premis bahwa perempuan selalu di bawah laki-laki. Hal ini berakibat pada rasa percaya diri sehingga potensi dalam diri tak dapat berkembang secara maksimal. Dari premis semacam itu juga melahirkan seksis yang tentunya akan melemahkan dan menghilangkan posisis serta nilai perempuan di lingkungan.

Tak cukup hanya disitu, problematika gender juga melahirkan persolan berat dari berbagai sektor. Dari sektor politik, problematika ini melahirkn subordinasi pada kaum perempuan di hadapan laki-laki dalam pengambilan keputusan dan pengendalian kekuasaan.

Dalam sektor ekonomi, problematika gender melahirkan marginalisasi yang lebih sering menimpa perempuan. Proses marginalisasi terjadi dalam kultur, birokrasi, maupun program-program pembangunan yang secara tidak terasa meminggirkan keberadaan kaum perempuan.

Problematika gender juga membentuk streorotip terhadap perempuan yang berakibat pada penindasan terhadap kaum perempuan. Selain itu juga melahirkan kekerasan dan penyiksaan dalam bentuk fisik maupun mental.

Saya rasa ada banyak persoalan yang terjadi bersumber pada ketidakadilan gender. Menjadi feminis adalah cara untuk memperbaiki persoalan gender yang terjadi. Dengan menginternalisasi nilai-nilai feminis dalam diri setiap manusia akan melahirkan tindakan lebih baik dan lebih bijak. Termasuk dalam relasi berumah tangga. Bagaimana menurut Anda, apakah setuju bahwa feminis itu penting?

 

Tags: feminismekeluargaperempuanrumah tangga
Indah Rahmasari

Indah Rahmasari

Ibu rumah tangga yang tinggal di Kertosono. Suka menulis dan sedang tertarik belajar tentang Ekofeminis. Saya bisa dihubunggi di [email protected]

Terkait Posts

Memahami Disabilitas

Belajar Memahami Disabilitas dan Inklusivitas “Hanya” Dengan Naik Transjatim

23 Mei 2025
Alat KB

Dalil Agama Soal Kebolehan Alat KB

22 Mei 2025
Buku Disabilitas

“Normal” Itu Mitos: Refleksi atas Buku Disabilitas dan Narasi Ketidaksetaraan

22 Mei 2025
Puser Bumi

Ulama Perempuan sebagai Puser Bumi

21 Mei 2025
Bangga Punya Ulama Perempuan

Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

20 Mei 2025
Nyai Nur Channah

Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

19 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Hj. Biyati Ahwarumi

    Hj. Biyati Ahwarumi, Perempuan di Balik Bisnis Pesantren Sunan Drajat

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Belajar Memahami Disabilitas dan Inklusivitas “Hanya” Dengan Naik Transjatim

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Benarkah KB Hanya untuk Perempuan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Perempuan Bisa Menjadi Pemimpin: Telaah Buku Umat Bertanya, Ulama Menjawab

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Yuk Belajar Keberanian dari Ummu Haram binti Milhan…!!!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Filosofi Santri sebagai Pewaris Ulama: Implementasi Nilai Islam dalam Kehidupan Sosial
  • Perempuan Bisa Menjadi Pemimpin: Telaah Buku Umat Bertanya, Ulama Menjawab
  • Membaca Bersama Obituari Zen RS: Karpet Terakhir Baim
  • Yuk Belajar Keberanian dari Ummu Haram binti Milhan…!!!
  • Belajar Memahami Disabilitas dan Inklusivitas “Hanya” Dengan Naik Transjatim

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version