• Login
  • Register
Jumat, 11 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Apa yang Salah dengan Perempuan Warung Kopi?

Perempuan warung kopi yang saya kenal sejauh ini, adalah para perempuan hebat yang terus bergerak dengan prinsip yang mereka miliki untuk memperjuangkan kesetaraan dan keadilan

Nuril Qomariyah Nuril Qomariyah
27/09/2022
in Personal
0
Perempuan Warung Kopi

Perempuan Warung Kopi

409
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Menjadi anak rantau yang aktif di kegiatan kampus maupun komunitas tidak akan terlepas dengan rutinitas rapat ataupun diskusi yang kami lakukan di malam hari. Pengalaman ini saya rasakan saat masih menjadi mahasiswa beberapa tahun lalu. Bagaimana kemudian beberapa teman yang sudah lama mengenal saya memberikan label, ‘perempuan warung kopi’ karena hampir bisa dikatakan tiap malam, ada saja kegiatan yang jika tidak di paseban kampus kebanyakan bertempat di warung kopi.

Memilih untuk terjun di kegiatan kemahasiswaan dan aktif dalam gerakan-gerakan sosial di luar kampus, tentu adalah hak masing-masing pribadi yang tidak perlu untuk dihakimi oleh siapapun. Namun, responnya akan berbeda ketika yang terlihat sangat aktif berkegiatan adalah perempuan. Bahkan beberapa memunculkan pertanyaan “untuk apa sih perempuan kok sampai berkegiatan hingga malam hari?”

Pertanyaan ini terbantahkan oleh salah satu Dosen Psikologi UIN Malang waktu itu yang menjadi Pembina Gusdurian Malang, Bapak Moh, Mahpur. Beliau menyampaikan bahwa, “mengapa hanya perempuan saja yang mempunyai jam malam? Bukankah hal tersebut adalah bentuk diskriminasi yang memberikan batasan ruang untuk bergerak bagi perempuan?” pertanyaan beliau sekaligus menjadi pernyataan yang membantah pertanyaan yang muncul tadi.

Sebenarnya tak ada yang salah ketika perempuan aktif dalam berbagai kegiatan. Jika hal tersebut adalah murni dari pilihannya secara pribadi tanpa paksaan. Sebab, yang saya pelajari dari proses panjang ini. Pengalaman berharga dalam gerakan-gerakan sosial inilah yang akan menjadi bekal untuk proses kehidupan selanjutnya.

Jadi sebelum menghakimi dan memberi label negatif teman-teman perempuan kalian yang aktif berkegiatan hingga larut malam di warung kopi. Coba melihat dari perspektif yang positif, karena dari kegiatan-kegiatan warung kopi saja ada banyak pembelajaran berharga yang bisa kita dapati.

Baca Juga:

Sudah Saatnya Menghentikan Stigma Perempuan Sebagai Fitnah

Film Horor, Hantu Perempuan dan Mitos-mitos yang Mengikutinya

Hingga Saat Ini Perempuan Masih Dipandang sebagai Fitnah

Life After Graduated: Perempuan dalam Pilihan Berpendidikan, Berkarir, dan Menikah

Menemukan Identitas Diri

Bagi sebagaian orang dalam konteks ini mahasiswa beberapa akan mencari lingkungan di luar jurusan mereka dengan aktivitas dan kegiatan yang mereka rasa cocok dengan hobi atau skill yang mereka miliki. Beberapa komunitas di dalam dan di luar kampus banyak yang menawarkan kegiatan untuk aktualisasi hobi, mulai dari komunitas menulis, komunitas desain, atau mungkin komunitas yang aktif dalam gerakan sosial.

Dengan bergabung dan bersosialisasi di komunitas ini, dapat menjadi alternatif untuk menemukan jati diri dari masing-masing kita. Tentunya dengan melakukan pertimbangan yang matang sebelumnya, sehingga proses-proses pembelajaran untuk mengenal diri lebih jauh dapat pula kita peroleh dari sini.

Membangun Relasi

Jika tidak menjadi perempuan warung kopi mungkin saya tidak akan memiliki pengalaman menjadi moderator diskusi bersama Bu Ruby. Lalu menjadi moderator Mbah Soes (Adik Pram), dan juga Host acara Bedah Buku Menjerat Gus Dur yang dihadiri langsung Bang Virdika penulisnya.

Tidak hanya memperkuat relasi dan jaringan di tingkat kampus dan local komunitas saja. Beberapa kegiatan di warung kopi bahkan dapat membawa kita untuk memiliki relasi dan jejaring dengan tokoh-tokoh hebat yang aktif dalam gerakan sosial. Relasi yang terbangun di warung kopi mengajarkan bagaimana kemudian membangun relasi bahagia-membahagiakan tanpa memandang status, gelar, dan jabatan. Semua bebas dapat berdiskusi dan berdialektika secara terbuka.

Menciptakan Karya dan Inovasi

Semacam laboratorium di kampus. Warung kopi dapat menjadi ruang terbaik bagi sebagian orang untuk melahirkan sebuah karya. Bagaimana banyak dari teman-teman pegiatan gerakan sosial yang saya temui ketika di Malang waktu itu, melahirkan banyak karya dari kegiatan-kegiatan ngopi dan diskusi di warung kopi.

Beberapa melahirkan tulisan, gambar, bahkan karya digital yang tentunya memiliki daya jual. Dan perlu kita garis bawahi di sini, mereka adalah perempuan yang tak jarang dianggap melakukan kegiatan tidak jelas sebab menghabiskan waktu di warung kopi hingga larut malam.

Melahirkan Gerakan melalui Aksi

Sudah menjadi rahasia umum beberapa konsolidasi aksi berlangsung di warung kopi. Beberapa aksi diskusi untuk pembebeasan dan perjuangan hak-hak perempuan juga sering berlangsung di sini. Beberapa perempuan yang menjadi penggerak bagi perempuan lainnya memulai aksi dari gerakan-gerakan bersama yang berangkat dari konsolidasi perempuan warung kopi.

Sudah seharusnya makna perempuan warung kopi kita luruskan di sini. Perempuan-perempuan yang memilih terjun dalam kegiatan sosial. Perempuan memilih pulang malam untuk mendiskusikan permasalahan kesetaraan bagi perempuan. Adalah tentu para perempuan yang memiliki prinsip yang matang tentang keperempuannya. Bagaimana ia ingin menebarkan kebermanfaatan dengan ikut terlibat dalam gerakan-gerakan sosial yang ada di lingkungannya. Sebab jika hanya diisi laki-laki gerakan yang ada akan terus melanggengkan sistem patriarki.

Perempuan warung kopi yang saya kenal sejauh ini, adalah para perempuan hebat. Di mana ia terus bergerak dengan prinsip yang mereka miliki untuk memperjuangkan kesetaraan dan keadilan. Lalu untuk kemanusiaan, dan bagi sesama perempuan. #Hidupperempuanmelawan. []

 

Tags: Kekerasan Berbasis Genderperempuanperempuan bekerjastigma
Nuril Qomariyah

Nuril Qomariyah

Alumni WWC Mubadalah 2019. Saat ini beraktifitas di bidang Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak di Kabupaten Bondowoso. Menulis untuk kebermanfaatan dan keabadian

Terkait Posts

Berhaji

Menakar Kualitas Cinta Pasangan Saat Berhaji

11 Juli 2025
Ikrar KUPI

Ikrar KUPI, Sejarah Ulama Perempuan dan Kesadaran Kolektif Gerakan

11 Juli 2025
Life After Graduated

Life After Graduated: Perempuan dalam Pilihan Berpendidikan, Berkarir, dan Menikah

10 Juli 2025
Pelecehan Seksual

Stop Menormalisasi Pelecehan Seksual: Terkenal Bukan Berarti Milik Semua Orang

9 Juli 2025
Pernikahan Tradisional

Sadar Gender Tak Menjamin Bebas dari Pernikahan Tradisional

8 Juli 2025
Menemani dari Nol

From Zero to Hero Syndrome: Menemani dari Nol, Bertahan atau Tinggalkan?

7 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kopi yang Terlambat

    Jalanan Jogja, Kopi yang Terlambat, dan Kisah Perempuan yang Tersisih

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sudahkah Etis Jokes atau Humor Kepada Difabel? Sebuah Pandangan Islam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Life After Graduated: Perempuan dalam Pilihan Berpendidikan, Berkarir, dan Menikah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film Horor, Hantu Perempuan dan Mitos-mitos yang Mengikutinya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hingga Saat Ini Perempuan Masih Dipandang sebagai Fitnah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Menakar Kualitas Cinta Pasangan Saat Berhaji
  • Islam: Membebaskan Manusia dari Gelapnya Jahiliyah
  • Ikrar KUPI, Sejarah Ulama Perempuan dan Kesadaran Kolektif Gerakan
  • Berkeluarga adalah Sarana Menjaga Martabat dan Kehormatan Manusia
  • Jalanan Jogja, Kopi yang Terlambat, dan Kisah Perempuan yang Tersisih

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID