• Login
  • Register
Minggu, 18 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Figur

Asma Binti Yazid Jubir Sahabat Perempuan di Zaman Nabi

Perempuan mempunyai kesempatan yang sama untuk menyampaikan argumentasi yang selaras dengan nilai-nilai kebaikan. Maka, menjadi suatu kemunduran peradaban ketika di zaman modern seperti saat ini, perempuan justru tidak mendapat kesempatan dan kebebasan bersuara yang setara dengan laki-laki

Belva Rosidea Belva Rosidea
21/10/2022
in Figur, Rekomendasi
0
Asma Binti Yazid

Asma Binti Yazid

444
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Perempuan dengan kecenderungan sifatnya yang lemah lembut kerap kali penempatannya sebagai kelompok nomor dua. Perannya diremehkan dan suaranya tak terdengar. Namun, seiring berjalannya waktu, perempuan-perempuan hebat mulai bermunculan dari segala penjuru dunia bahkan menorehkan sejarah yang tak bisa terlupakan.

Perempuan dengan kemampuan dan keberaniannya telah berhasil membuktikan bahwa dia berharga, sebagaimana Islam pun menempatkan perempuan di posisi yang mulia. Adalah Asma Binti Yazid, perempuan hebat zaman Rasulullah yang terkenal sebab kepandaiannya bersuara.

Asma Binti Yazid, atau yang biasa kita kenal sebagai Ummu Salamah atau Ummu Amir merupakan perempuan Anshar yang cerdas dan terkenal piawai ber-orasi. Tak satupun perempuan Arab mampu menandingi kepiawaiannya dalam berkhutbah. Ia juga perempuan yang pemberani, bahkan ia pernah terjun langsung dalam perang Yarmuk dan berhasil membunuh sembilan tentara Romawi yang sedang bersembunyi.

Di manapun dan kapanpun, ketidakadilan memanglah suatu hal yang meresahkan dan mengundang kekhawatiran. Demikian pula yang muslimah rasakan di zaman Asma Binti Yazid. Mereka (para muslimah) berkumpul dan membicarakan keterbatasan peran mereka dibanding para suami yang mereka rasa akan menyebabkan pahala amalan perempuan tak sebanding dengan laki-laki. Sehingga mengutus Asma’ Binti Yazid sebagai juru bicara (Jubir) perwakilan dari para muslimah untuk menghadap kepada Rasulullah demi menyampaikan aspirasi mereka.

Utusan Para Muslimah

Dalam buku karya Syaikh Muhammad Sa’id Mursi, ada riwayat yang mengatakan bahwa Asma’ Binti Yazid menghadap Rasulullah seraya berkata :

“Aku adalah utusan para wanita Muslimah di belakangku. Mereka seluruhnya mengatakan sebagaimana kata-kataku dan berpendapat sebagaimana pendapatku. Sesungguhnya Allah mengutusmu kepada pria dan wanita. Kami beriman kepada engkau dan mengikuti engkau. Kami terbatas dengan urusan rumah tangga, menjadi tempat pemuas nafsu kaum pria, mengandung anak-anak.

Baca Juga:

Menilik Relasi Al-Qur’an dengan Noble Silence pada Ayat-Ayat Shirah Nabawiyah (Part 1)

Membuka Tabir Keadilan Semu: Seruan Islam untuk Menegakkan Keadilan

Ketika Sejarah Membuktikan Kepemimpinan Perempuan

Waisak: Merayakan Noble Silence untuk Perenungan Dharma bagi Umat Buddha

Adapun kaum pria dilebihkan dengan shalat Jumat, mengantar jenazah, dan ikut berjihad. Jika mereka keluar untuk berjihad, maka kami menjaga harta mereka dan kami mendidik anak-anak mereka. Apakah kami mendapatkan pahala yang sama dengan pahala mereka, wahai Rasulullah?”

Demikianlah pertanyaan Asma’ yang membuat Rasulullah dan para sahabat yang berkumpul kala itu terkejut kagum bahkan Rasulullah pun memuji pertanyaan Asma’ sebagai pertanyaan terbaik perkara agama. Kemudian, Rasulullah mengalihkan wajahnya kepada Asma’ dan bersabda;

“Kembalilah wahai Asma’, dan jelaskan kepada siapa pun di belakangmu bahwa jika seorang dari kalian dapat mengurus suami dengan sebaik mungkin, dan ia mencari keridhaan suaminya, menaatinya demi mendapat kesepakatannya, semua yang disebutkan itu sama pahalanya dengan kebaikan sama yang dikerjakan kaum pria”. Asma’ pun kemudian pulang dengan menyerukan takbir dan tahlil sebagai tanda ‎kegembiraannya menyambut perkataan Rasulullah SAW.

Islam Menempatkan Perempuan Setara dan Mulia

Kisah Asma’Binti Yazid membuktikan bahwa sejak zaman dahulu kala, Islam telah menempatkan perempuan dalam posisi yang setara dan mulia. Tak ada diskriminasi antara perempuan dan laki-laki bahkan dalam hal pahala yang tak nampak oleh mata. Dari kisah itu juga, harusnya dapat merubah pandangan yang selama ini tumbuh subur di masyarakat mengenai kebiasaan omong kosong yang perempuan-perempuan lakukan ketika berkumpul sesamanya.

Perempuan ketika berkumpul tak selalu sekadar membicarakan orang lain (ghibah), promo-promo belanjaan atau hal-hal yang tak begitu bermakna lainnya. Ketika perempuan berkumpul, bisa jadi yang mereka bicarakan adalah masa depan bangsa dan kemajuan peradaban. Asma’ Binti Yazid merupakan teladan yang membuktikan bahwa muslimah berhak bersuara dan menyuarakan pendapat orang-orang yang ia wakili.

Perempuan mempunyai kesempatan yang sama untuk menyampaikan argumentasi yang selaras dengan nilai-nilai kebaikan. Maka, menjadi suatu kemunduran peradaban ketika di zaman modern seperti saat ini, perempuan justru tidak mendapat kesempatan dan kebebasan bersuara yang setara dengan laki-laki.

Tak hanya Asma’ Binti Yazid. Di Indonesia sendiri kita mengenal sosok perempuan yang begitu menginspirasi sebab keberaniannya bersuara. Ia adalah R.A Kartini. Kartini kita kenal sebagai pahlawan emansipasi yang berkat suaranya, perempuan-perempuan Indonesia kini memiliki kesempatan yang sama untuk belajar dan menuntut ilmu setinggi apapun yang mereka inginkan.

Menjadi perempuan bukanlah penghalang untuk mengejar cita-cita atau memperjuangkan sesuatu yang memang butuh kita perjuangkan. Perempuan berhak menjadi sosok apa saja dan menempati posisi apapun berdasarkan kemampuannya.

Maka tak heran jika saat ini banyak perempuan menempati posisi tinggi. Mulai dari menjadi pemimpin suatu perusahaan, menjadi kepala daerah, bahkan menjadi kepala negara. “Gadis yang pikirannya sudah dicerdaskan, pemandangannya sudah diperluas, tidak akan sanggup lagi hidup di dalam dunia nenek moyangnya”.  -R. A. Kartini- []

 

Tags: Asma Binti YazidislamkeadilanKesetaraansahabat nabiSahabat Perempuansejarah
Belva Rosidea

Belva Rosidea

General Dentist

Terkait Posts

Nyai A’izzah Amin Sholeh

Nyai A’izzah Amin Sholeh dan Tafsir Perempuan dalam Gerakan Sosial Islami

18 Mei 2025
Nyai Ratu Junti

Nyai Ratu Junti, Sufi Perempuan dari Indramayu

17 Mei 2025
Dialog Antar Agama

Merangkul yang Terasingkan: Memaknai GEDSI dalam terang Dialog Antar Agama

17 Mei 2025
Nyi HIndun

Mengenal Nyi Hindun, Potret Ketangguhan Perempuan Pesantren di Cirebon

16 Mei 2025
Kashmir

Kashmir: Tanah yang Disengketakan, Perempuan yang Dilupakan

16 Mei 2025
Perempuan Fitnah

Perempuan Fitnah Laki-laki? Menimbang Ulang dalam Perspektif Mubadalah

15 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kehamilan Tak Diinginkan

    Perempuan, Kehamilan Tak Diinginkan, dan Kekejaman Sosial

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menghindari Pemukulan saat Nusyuz

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai A’izzah Amin Sholeh dan Tafsir Perempuan dalam Gerakan Sosial Islami

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Ratu Junti, Sufi Perempuan dari Indramayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memperhatikan Gizi Ibu Hamil

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Menghindari Pemukulan saat Nusyuz
  • Nyai A’izzah Amin Sholeh dan Tafsir Perempuan dalam Gerakan Sosial Islami
  • Perempuan, Kehamilan Tak Diinginkan, dan Kekejaman Sosial
  • Memperhatikan Gizi Ibu Hamil
  • Keberhasilan Anak Bukan Ajang Untuk Merendahkan Orang Tua

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version