• Login
  • Register
Minggu, 26 Maret 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Ayo Dengarkan dan Pahami, But Don’t Judge!

Sikap menghakimi orang lain bisa disebabkan oleh beberapa hal diantaranya; kebiasaan buruk atau pengalaman buruk yang masih tersimpan seperti trauma atau dendam

Nur Indah Fitri Nur Indah Fitri
02/09/2021
in Personal
0
Judge

Judge

137
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – “Mbak sampean gak apa-apa kah pulang malam?”tanya teman saya sambil nyemil snack. “Santai mbak udah sering pulang tengah malam kok” jawabku. Teman lelaki di depan saya langsung nyeletuk, “wah kamu sering pulang malam ndah, woo covernya aja kelihatan anak baik-baik ternyata perempuan nakal juga”

Loh bentar-bentar emang salahnya di mana kalo perempuan pulang malem-malem? Toh saya pulang malam karena ikut kegiatan positif, meskipun nongkrong ngopi-ngopi juga sekedar sesi curcol melepas penat, tidak merugikan diri saya sendiri juga tidak merugikan orang lain. Lalu di mana letak salahnya? “Mainmu kurang jauh sih, mangkanya mindsetmu sempit!” sarkas saya pada akhirnya.

Sebel kan rasanya jika tiba-tiba dijudge gitu aja, tanpa dia tau kondisi seperti apa yang sebenarnya. Bahkan tanpa mau mendengarkan atau bertanya lebih lanjut penjelasannya, main serobot menjudge aja. Memang sih sumber munculnya judge atau menghakimi orang lain berawal dari ketidaktauan, yang jatohnya malah sok tau.

Tapi, justru karena ketidaktauan itu sebaiknya bertanya terlebih dahulu, cari tau dulu, dengarkan dan pahami sebenarnya seperti apa kejadiaannya. Jangan mudah tergesa-gesa mengambil kesimpulan hanya berdasarkan pada satu kejadian saja.  Coba pertimbangkan bagaimana situasinya dan bagaimana sudut pandang orang yang mengalaminya.

Hal serupa juga dialami oleh sahabat saya yang memutuskan untuk menikah di usia muda. Sontak saja dia mendapatkan hujatan dari kerabatnya, kalau sedang hamil di luar nikah jadinya cepet-cepet nikah. Sampai pada akhirnya dia menunda kehamilan dengan menggunakan KB sebelum melahirkan anak pertama, karena merasa semakin tertekan dengan omongan orang lain jika ternyata cepat dikasih momongan.

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • Wahai Ayah dan Ibu, Jadilah Sahabat Bagi Anakmu!
  • Salahkah Memilih Childfree?
  • Pengalaman Dinafkahi Istri, Perlukah Merasa Malu?
  • Ingat Bestie, Perempuan Bukan Sumber Fitnah

Baca Juga:

Wahai Ayah dan Ibu, Jadilah Sahabat Bagi Anakmu!

Salahkah Memilih Childfree?

Pengalaman Dinafkahi Istri, Perlukah Merasa Malu?

Ingat Bestie, Perempuan Bukan Sumber Fitnah

Tuh kan menjudge seseorang tanpa mendengarkan dan memahami terlebih dahulu akan membawa pengaruh negatif pada keadaan psikologi orang yang dijudge. Selain itu juga dapat mempengaruhi keharmonisan hubungan, sebab kesalahpahaman. Seseorang akan enggan berdekatan dengan kita jika suka menjudge dan selalu merasa pendapat kita paling benar. Selalu memberikan penilaian buruk kepada orang lain juga bisa membatasi kemampuan kita dalam memahami perbedaan dan mengurangi rasa empati kita terhadap orang lain.

Sikap menghakimi orang lain bisa disebabkan oleh beberapa hal diantaranya; kebiasaan buruk atau pengalaman buruk yang masih tersimpan seperti trauma atau dendam. Lalu, ketidakmampuan menolak pengaruh yang negatif seperti, iri hati dan dengki. Selanjutnya dipengaruhi oleh sikap egois yang mementingkan diri sendiri dan mengabaikan kepentingan orang lain dengan merasa dirinya lebih tinggi atau hebat dari orang lain.

Terkadang kita juga lupa kalo tiap orang memiliki hak mutlak untuk menjalankan kehidupan sesuai dengan kehendaknya. Jadi, kita tidak punya hak mengoreksi kehidupan orang selama mereka tidak merugikan orang lain. Jangan selalu mengedepankan ego dengan memaksakan kehendak kita kepada orang lain. Dan belajarlah untuk lebih menghargai perbedaan sudut pandang orang lain.

Tidak semua hal perlu direspon secara langsung, ada hal-hal yang hanya perlu disimak dan cukup tau aja. Jika tidak bisa memahami orang lain lebih baik diam dari pada berucap hanya perihal menjudge. Memang kita lebih mudah dan lebih cepat merespon dengan menjudge dibandingkan mendengarkan dengan seksama penyebab sesuatu itu terjadi.

Saya sendiri terkadang tanpa sadar juga menghakimi orang lain. Untuk bersikap menerima dan terbuka terhadap perbedaan sudut pandang dengan orang lain memang perlu proses. Setidaknya melalui pengalaman dan pengembaraan wawasan. So, mari pelan-pelan belajar berhenti menghakimi orang lain dengan tips berikut;

Pertama, Belajarlah memahami diri sendiri, bagaimana bisa kita memahami orang lain dengan baik, sedang diri kita tidak bisa memahami diri sendiri secara baik? Jika kita mampu mengasihi diri sendiri, maka kita juga akan mampu memancarkan kasih dengan menghargai orang lain. Karena kita sendiri sudah mengalami betapa indahnya kasih itu.

Kedua, Biasakan untuk berbuat baik kapan pun dan di mana pun kita berada. Dengan membiasakan bersikap baik maka terbentuklah habit yang baik pula. Sehingga, akan mudah untuk saling menghargai keberagaman orang lain dengan saling memberikan respon positif.

Ketiga, Buanglah sikap mementingkan diri sendiri selalu ingat bahwa kita adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan dan memiliki tanggung jawab sosial untuk melindungi dan menghargai orang lain. Serta buanglah segala penilaian negatif dan prasangka buruk terhadap orang lain.

Mengapa kita perlu dengarkan dan pahami, but don’t judge! Karena dengan meningkatkan penerimaan terhadap perbedaan persepsi orang lain, maka akan terbentuklah kedamaian antar sesama. Yuk lebih terbuka dengan keberagaman orang lain. Yang menurut kita baik belum tentu baik bagi orang lain. Mari tetap menjaga keberagaman pendapat dan keberagaman keyakinan. Karena semua orang memiliki pahamnya masing-masing. []

 

 

 

Tags: keluargaKesalinganKesehatan MentalPsikologi RemajaRelasisikap
Nur Indah Fitri

Nur Indah Fitri

Perempuan seribu mimpi sejuta sambat yang tengah belajar memanusiakan manusia

Terkait Posts

Target Ibadah Ramadan

3 Tips Jika Target Ibadah Ramadan Berhenti di Tengah Jalan

25 Maret 2023
Memilih Childfree

Salahkah Memilih Childfree?

24 Maret 2023
Rukhsah bagi Ibu Hamil dan Menyusui

Rukhsah bagi Ibu Hamil dan Menyusui Saat Ramadan

23 Maret 2023
Menjadi Minoritas

Refleksi: Sulitnya Menjadi Kaum Minoritas

21 Maret 2023
Rethink Sampah

Meneladani Rethink Sampah Para Ibu saat Ramadan Tempo Dulu

20 Maret 2023
Perempuan Bukan Sumber Fitnah

Ingat Bestie, Perempuan Bukan Sumber Fitnah

18 Maret 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Puasa dan Intoleransi

    Puasa dan Intoleransi: Betapa Kita Telah Zalim Pada Sesama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Jangan Pernah Menyalahkan Agama Seseorang yang Berbeda

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nabi Muhammad Saw Berpesan Jika Berdakwah Sampaikan Dengan Tutur Kata Lembut

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kebebasan Dalam Konstitusi NKRI

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pentingnya Zakat bagi Perempuan Korban Kekerasan Seksual

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Ramadan Tiba, Kesehatan Gigi dan Mulut Harus Tetap Terjaga
  • Kisah Abu Nawas dan Penutupan Patung Bunda Maria
  • Kitab Sittin Al-‘Adliyah: Nabi Saw Melarang Umatnya Merendahkan Perempuan
  • 3 Tips Jika Target Ibadah Ramadan Berhenti di Tengah Jalan
  • Kebebasan Dalam Konstitusi NKRI

Komentar Terbaru

  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Petasan, Kebahagiaan Semu yang Sering Membawa Petaka pada Maqashid Syari’ah Jadi Prinsip Ciptakan Kemaslahatan Manusia
  • Berbagi Pengalaman Ustazah Pondok: Pentingnya Komunikasi pada Belajar dari Peran Kiai dan Pondok Pesantren Yang Adil Gender
  • Kemandirian Perempuan Banten di Makkah pada Abad ke-20 M - kabarwarga.com pada Kemandirian Ekonomi Istri Bukan Melemahkan Peran Suami
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist