• Login
  • Register
Minggu, 5 Februari 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Bagaimana Rasanya Ketika Anakmu Menjadi Korban Perundungan?

Anak kami perempuan, dan saya bangga dia telah menunjukkan keberanian melawan perundungan oleh teman sebayanya

Zahra Amin Zahra Amin
15/01/2023
in Personal, Rekomendasi
0
Korban Perundungan

Korban Perundungan

495
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Di awal tahun, kita semua dibuat shock dengan pemberitaan seorang santri yang membakar juniornya sendiri karena korban dituduh telah mencuri uang. Peristiwa tersebut terjadi di salah satu pesantren di Jawa Timur. Sebagai orang tua yang memiliki anak sedang menempuh pendidikan di pondok pesantren tentu ada perasaan cemas juga, bagaimana rasanya ketika anakmu mengalami perundungan?

Melalui tulisan ini, saya ingin berbagi pengalaman bagaimana ketika anak kami, yang kini berusia 13 tahun menjadi korban perundungan dari teman satu kelasnya. Bagaimana dia mampu menyelesaikan masalah, dengan pelibatan orang dewasa tanpa harus saling menyakiti. Peran guru dan orang tua tentu sangat penting sekali di sini.

Kronologinya, sekitar dua bulan yang lalu saya menerima telpon. Di ujung telpon terdengar suara anak kami yang terisak dengan nada sedih dan panik. “Mamah, kakak ingin cerita. Kapan sambangan ke pondok?” Saya paham mengapa dia tak ingin langsung bercerita di telpon, karena ia menggunakan fasilitas telpon umum di pesantren yang dibuka oleh pengurus setiap satu minggu sekali.

Daftar Isi

    • Mendengarkan Cerita Anak
  • Baca Juga:
  • 5 Prinsip Mendidik Anak Ala Islam
  • Kisah Anak Perempuan yang Nabi Muhammad Saw Hormati
  • Atensi Pesantren Menjawab Isu Lingkungan
  • Bermubadalah, Perspektif Baru Tata Kelola Sampah
    • Pelibatan Orang Dewasa
    • Bekali Anak dengan Soft Skill

Mendengarkan Cerita Anak

Saya dan suami terbiasa merespon persoalan apapun dalam kehidupan kami dengan cepat. Agar masalah bisa segera teratasi, dan tidak melebar ke mana-mana. Usai mendengar pertanyaan anak kami di ujung telpon itu, langsung saya menjawab, besok akan datang mengunjunginya di jam sekolah.

Singkat cerita, kami bertemu dan mendengarkan ceritanya. Tanpa tahu apa kesalahannya, tiba-tiba teman satu bangkunya pindah ke kursi bagian belakang. Saya sebut saja namanya Siti. Karena merasa tak nyaman duduk di belakang, Siti memaksa kakak bertukar tempat duduk. Dia yang di depan, dan kakak di belakang.

Baca Juga:

5 Prinsip Mendidik Anak Ala Islam

Kisah Anak Perempuan yang Nabi Muhammad Saw Hormati

Atensi Pesantren Menjawab Isu Lingkungan

Bermubadalah, Perspektif Baru Tata Kelola Sampah

Karena merasa tak punya salah, dan kakak juga mempertahankan haknya atas posisi tempat duduk di depan, tentu saja kakak menolak bertukar tempat. Siti marah, melempar dan membuang tas kakak, menendang kursi serta meja hingga bergelimpangan. Kakak saat itu katanya hanya diam. Tidak marah ataupun menangis. Tapi dia pergi melaporkannya pada wali kelas.

Pelibatan Orang Dewasa

Menurut saya, langkah yang kakak ambil sebagai korban perundungan sudah tepat. Tidak merespon dengan emosi, tetapi mencoba mencari jalan keluar dengan langsung melibatkan orang dewasa. Meski kata kakak, ia merasa sedih karena kehilangan sahabat yang sejak awal pembagian kelas di sekolah sudah dekat. Lalu aku mendorong kakak untuk meminta maaf, dan tetap berbuat baik dengan Siti. Mungkin, saya bilang sama kakak, Siti sedang ada masalah di keluarganya dan dia melampiaskannya di sekolah.

Selain pelibatan wali kelas, kasus di atas juga langsung ditangani pihak BK di sekolahnya. Jalan keluar yang wali kelas ambil, posisi duduk di kelas diputar kembali. Kakak dan Siti tetap menempati posisi duduk di depan, tapi tidak lagi menjadi teman satu bangku, dan ada jarak di antara tempat duduk mereka.

Menilik pengalaman anak kami di atas, tentu tidak bisa kita samakan dengan maraknya kasus perundungan di sekolah ataupun pondok pesantren. Karena setiap orang dan tempat punya persoalan yang berbeda. Tetapi dari sini kita bisa belajar tentang tiga hal, yang bisa kita terapkan ketika menemui masalah yang sama.

Bekali Anak dengan Soft Skill

Pertama,  peran guru dan orang tua menjadi kunci dalam penyelesaian masalah. Meski demikian, ketika di sekolah biarkan guru yang punya otoritas untuk menyelesaikan. Tugas orang tua hanya memantau dari jauh perkembangan kasus itu, dan terus memberi kepercayaan pada anak, jika dia mampu untuk menghadapinya.

Kedua, dalam hal komunikasi kita harus membiasakan anak bercerita. Jika ia tak banyak bercerita, kita yang harus aktif bertanya bagaimana perasaanya ketika tinggal jauh dari orang tua dan keluarga? Bagaimana punya teman baru? Dan bagaimana ia menghadapi kehidupan yang baru? Apakah ia suka atau tidak? Sambil terus kita menguatkan hatinya, jika memilih menempuh pendidikan di pesantren adalah keputusan bersama untuk kebaikan masa depan anak.

Ketiga, hal yang paling penting lainnya menurut saya adalah keberanian, strategi komunikasi, dan tahu bagaimana caranya menyelesaikan masalah. Soft Skill ini bisa kita latih dengan pengalaman berorganisasi. Tak heran, anak kami menyukai organisasi. Dia aktif di Pramuka dan Paskibra di sekolah sebelumnya, dan berapa kali ditunjuk menjadi ketua kelas ketika masih di bangku Madrasah Ibtidaiyah.

Anak kami perempuan, dan saya bangga dia telah menunjukkan keberanian melawan perundungan oleh teman sebayanya. Kini, kami merasa lebih tenang. Meski ancaman perundungan dan kekerasan selalu mengintai, tetapi dengan pondasi baik yang kita berikan pada anak-anak sejak usia dini, kami yakin ia akan baik-baik saja melangkah meniti jalan masa depannya sendiri. []

 

 

Tags: anakbullyingguruparentingperundunganPondok PesantrensekolahSoft Skill
Zahra Amin

Zahra Amin

Zahra Amin Perempuan penyuka senja, penikmat kopi, pembaca buku, dan menggemari sastra, isu perempuan serta keluarga. Kini, bekerja di Media Mubadalah dan tinggal di Indramayu.

Terkait Posts

Mitos Sisyphus

Merawat Optimisme Gerakan untuk Menghadapi Mitos Sisyphus

4 Februari 2023
Hari Kanker Sedunia

Hari Kanker Sedunia: Pentingnya Deteksi Dini untuk Cegah Kanker

4 Februari 2023
Gaya Hidup Minimalis

Gaya Hidup Minimalis Dimulai dari Meminimalisir Pakaian

3 Februari 2023
Satu Abad NU

Satu Abad NU:  NU dan Kebangkitan Kaum Perempuan 

3 Februari 2023
Nikah di KUA

Salingers, Yuk Normalisasi Nikah di KUA

2 Februari 2023
Wasiat Buya Husein

Mematri Wasiat Buya Husein Muhammad

1 Februari 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Perempuan Miskin

    Teladan Umar bin Khattab Ra Saat Bertemu Perempuan Miskin

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pengembangan Industri Halal yang Ramah Lingkungan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Merawat Optimisme Gerakan untuk Menghadapi Mitos Sisyphus

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 5 Prinsip Mendidik Anak Ala Islam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lima Pilar Penyangga Dalam Kehidupan Rumah Tangga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Teladan Umar bin Khattab Ra Saat Bertemu Perempuan Miskin
  • Merawat Optimisme Gerakan untuk Menghadapi Mitos Sisyphus
  • 5 Prinsip Mendidik Anak Ala Islam
  • Pengembangan Industri Halal yang Ramah Lingkungan
  • Pada Masa Nabi Saw, Para Perempuan Ikut Aktif Terlibat Dalam Politik

Komentar Terbaru

  • Indonesia Meloloskan Resolusi PBB tentang Perlindungan Pekerja Migran Perempuan - Mubadalah pada Dinamika RUU Perlindungan Pekerja Rumah Tangga, yang Tak Kunjung Disahkan
  • Lemahnya Gender Mainstreaming dalam Ekstremisme Kekerasan - Mubadalah pada Lebih Dekat Mengenal Ruby Kholifah
  • Jihad Santri di Era Revolusi Industri 4.0 - Mubadalah pada Kepedulian KH. Hasyim Asy’ari terhadap Pendidikan Perempuan
  • Refleksi Menulis: Upaya Pembebasan Diri Menciptakan Keadilan pada Cara Paling Sederhana Meneladani Gus Dur: Menulis dan Menyukai Sepakbola
  • 5 Konsep Pemakaman Muslim Indonesia pada Cerita Singkat Kartini Kendeng dan Pelestarian Lingkungan
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist