• Login
  • Register
Minggu, 2 April 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Begini Cara Rasulullah Memperlakukan Perempuan di Masanya

"Kami semula tidak menganggap perempuan penting. Ketika Islam datang dan Allah menyebut mereka, kami baru menyadari bahwa ternyata mereka juga memiliki hak mereka atas diri kami." (Umar bin Khattab)

Lutfiana Dwi Mayasari Lutfiana Dwi Mayasari
22/09/2022
in Hikmah, Rekomendasi
0
Cara Rasulullah Memperlakukan Perempuan

Cara Rasulullah Memperlakukan Perempuan

364
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Dakwah yang Nabi Muhammad SAW bawa di tengah bangsa Arab bukanlah perjalanan yang mudah. Tidak semua ajaran Nabi, khususnya tentang bagaimana memanusiakan perempuan bisa bangsa Arab terima. Laki-laki yang sebelumnya memiliki sifat superior, pasti tidak terima jika harus disamakan dengan perempuan yang sebelumnya berada di bawah kekuasaannya. Sehingga ada cara Rasulullah memperlakukan perempuan di masa itu.

Naasnya, sikap diskriminatif bangsa Arab yang berbarengan dengan ajaran syariat agama Islam tersebut, anggapannya salah satu bagian dari ajaran agama Islam. Sehingga banyak stigma buruk yang ternisbatkan kepada Islam, akibat ketidaksiapan bangsa Arab untuk menerima perempuan sebagai manusia yang utuh.

Padahal, ayat-ayat al-Quran yang memanusiakan perempuan adalah sebuah gagasan yang progresif dan revolusioner di tengah tradisi dua peradaban sebelumnya. Maka menjadi sangat tidak lazim, jika al-Quran yang sangat menghargai kedudukan laki-laki dan perempuan sebagai sama-sama makhluk Tuhan ini justru menjadi alat untuk mendiskreditkan kedudukan perempuan.

Daftar Isi

    • Kedudukan Perempuan di Masa Nabi Muhammad
  • Baca Juga:
  • Kiprah Nyai Khairiyah Hasyim Asy’ari: Ulama Perempuan yang terlupakan
  • Gerakan Perempuan Melestarikan Tradisi Nyadran
  • Kemerdekaan Indonesia Bukti dari Keberkahan Ramadan
  • Hikmah Walimah Pernikahan Dalam Islam
    • Kerjasama Laki-laki dan Perempuan
    • Cara Rasulullah Memperlakukan Perempuan

Kedudukan Perempuan di Masa Nabi Muhammad

Cara rasulullah memperlakukan perempuan di masa beliau adalah praktik yang berdasar pada syariat Islam. Tak hanya pada perempuan, misi nabi Muhammad adalah memanusiakan manusia. Sehingga, nilai yang ia usung adalah nilai kesetaraan dan menolak kelas sosial. Hal yang pertama kali beliau tekankan adalah kesamaan derajat manusia di hadapan Allah.

Umar bin Khatab sebagaimana dikutib oleh Kyai Husein Muhammad (2007) menyatakan:

Baca Juga:

Kiprah Nyai Khairiyah Hasyim Asy’ari: Ulama Perempuan yang terlupakan

Gerakan Perempuan Melestarikan Tradisi Nyadran

Kemerdekaan Indonesia Bukti dari Keberkahan Ramadan

Hikmah Walimah Pernikahan Dalam Islam

“Kami semula tidak menganggap perempuan penting. Ketika Islam datang dan Allah menyebut mereka, kami baru menyadari bahwa ternyata mereka juga memiliki hak mereka atas diri kami.”

Beberapa praktik baik Nabi Muhammad dalam memanusiakan perempuan, tampak dalam hal-hal berikut ini:

Pertama, memberi hak waris, di masa sebelum disyariatkannya Islam, perempuan tidak diberi hak atas waris. Kedua, izin untuk ikut berperang. Nabi Muhammad tidak melarang perempuan untuk terlibat dalam perpolitikan. Dalam Qs at-Taubah ayat 71 ada pernyataan bahwa “laki-laki dan perempuan adalah auliya bagi sebagian yang lain.”

Kerjasama Laki-laki dan Perempuan

Auliya dalam ayat tersebut dimaknai sebagai kerjasama, bantuan dan penguasaan. (Quraisy Shihab, 2007) Beberapa perempuan yang terjun di medan perang antara lain Aisyah, Ummu Salamah, Shafiyyah, Layla al-Ghaffariyah, Ummu Sinam al-Aslamiyah.

Ketiga, memperoleh Hak Politik. Adapun kaum perempuan yang terjun di dunia politik antara lain Fathimah binti Rasulullah, Athika binti Yazid ibn Muawiyah, Ummu Salamah binti Ya’qub, al-Khayzaran binti Athok. Keempat, bebas memilih pekerjaan. Para perempuan di masa Nabi diberi hak untuk memilih pekerjaan baik di dalam maupun di luar rumah.

Antara lain, Khadijah bini Khuwailid seorang saudagar kaya, Zaynab binti Jahsy seorang penyamak kulit hewan, Ummu Salim binti Malhan berprofesi sebagai perias pengantin, Qilat Ummi Bani Anmar seorang wiraswasta yang sukses, al-Syifa sebagai sekretaris Umar bin Khattab dan pernah menerima tanggung jawab untuk mengatur pasar di Madinah. (Nasaruddin Umar, 2010)

Kelima, mendapat hak pendidikan. Beberapa tokoh perempuan yang tercatat menguasai keilmuan antara lain Aisyah Ra sebagai perawi dan kritikus hadits, as-Sayyidah Sakinah putri Husain dan as-Syaikhah Syuhrah sebagai salah satu guru Imam Syafii.

Cara Rasulullah Memperlakukan Perempuan

Dari penjabaran tentang kedudukan perempuan dari masa ke masa tersebut, dapat kita simpulkan bahwa Islam memberikan posisi dan kedudukan yang setara antara laki-laki dan perempuan. Islam pulalah yang mengeluarkan perempuan dari penjara kenistaan pada peradaban besar sebelumnya. Nabi Muhammad saw. adalah tokoh yang sangat memuliakan perempuan, bahkan beliau memberikan hak pada perempuan untuk mengakses berbagai bidang sebagaimana laki-laki.

Dari sikap Nabi Muhammad saw. tersebut, kita juga bisa mengambil pelajaran bahwa segala bidang pekerjaan layak bagi perempuan dan laki-laki. Pekerjaan tidak memiliki jenis kelamin, dan kompetisi terbaik adalah kompetisi berbasis kemampuan. Bukan kompetisi berbasis jenis kelamin.

Maka jika ada beberapa kelompok yang berusaha mendomestikasi perempuan dengan menggunakan narasi ekstremis, maka perlu kita ajukan kajian historisitas untuk mendapatkan pemahaman yang komprehensif. Hubungan laki-laki dan perempuan sebagaimana tercatat dalam al-Quran harus kita kaji menggunakan dua kacamata baik dari perspektif laki-laki maupun perempuan. Karena teks bukan milik jenis kelamin tertentu. []

Tags: islamperadabansahabat nabisejarahSunah NabiZaman Nabi
Lutfiana Dwi Mayasari

Lutfiana Dwi Mayasari

Dosen IAIN Ponorogo. Berminat di Kajian Hukum, Gender dan Perdamaian

Terkait Posts

Mahar adalah Simbol

Mahar Adalah Simbol Cinta dan Komitmen Suami Kepada Istri

2 April 2023
Manusia Pilihan Tuhan

Keheningan Laku Spiritualitas Manusia Pilihan Tuhan

2 April 2023
Tujuan menikah

Menikah Harus Menjadi Tujuan Bersama, Suami Istri

1 April 2023
Sarana Menikah

Menikah Adalah Sarana untuk Melakukan Kebaikan

1 April 2023
kerja rumah tangga

Nabi Muhammad Saw Biasa Melakukan Kerja-kerja Rumah Tangga

1 April 2023
Pekerjaan rumah tangga suami istri

Pekerjaan Rumah Tangga Bisa Dikerjakan Bersama, Suami dan Istri

1 April 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Sarana Menikah

    Menikah Adalah Sarana untuk Melakukan Kebaikan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Momen Ramadan, Mengingat Masa Kecil yang Berkemanusiaan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kasus KDRT: Praktik Mikul Dhuwur Mendem Jero yang Salah Tempat

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menikah Harus Menjadi Tujuan Bersama, Suami Istri

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ketika Anak Kehilangan Sosok Ayah dalam Kehidupannya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Mahar Adalah Simbol Cinta dan Komitmen Suami Kepada Istri
  • Ketika Anak Kehilangan Sosok Ayah dalam Kehidupannya
  • Keheningan Laku Spiritualitas Manusia Pilihan Tuhan
  • Menikah Harus Menjadi Tujuan Bersama, Suami Istri
  • Momen Ramadan, Mengingat Masa Kecil yang Berkemanusiaan

Komentar Terbaru

  • Profil Gender: Angka tak Bisa Dibiarkan Begitu Saja pada Pesan untuk Ibu dari Chimamanda
  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Petasan, Kebahagiaan Semu yang Sering Membawa Petaka pada Maqashid Syari’ah Jadi Prinsip Ciptakan Kemaslahatan Manusia
  • Berbagi Pengalaman Ustazah Pondok: Pentingnya Komunikasi pada Belajar dari Peran Kiai dan Pondok Pesantren Yang Adil Gender
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist