• Login
  • Register
Sabtu, 19 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Benarkah Beauty Standard bagi Perempuan?

Pergeseran makna inner beauty yang ada saat ini, justru menjadi tirani yang memenjarakan perempuan. Sebab perempuan tidak lagi bisa menjadi dirinya sendiri secara utuh

Nuril Qomariyah Nuril Qomariyah
16/03/2022
in Personal, Rekomendasi
0
Male Entitlement

Male Entitlement

166
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Beauty standard menjadi hal yang tidak pernah selesai untuk dibahas. Salah satu produk patriarki sekaligus kapitalisme ini sering kali merugikan banyak kalangan, dan kebanyakan korbannya adalah perempuan. Tak jarang kemudian kita temui banyak perempuan yang tidak pernah selesai dengan dirinya sendiri, hanya sebab dia tidak percaya diri dengan bentuk fisiknya yang tidak sesuai dengan standard patriarki.

Beberapa waktu lalu, saya mengikuti salah satu webinar yang membahas tentang membongkar paradigma yang salah tentang beauty standard, dalam forum tersebut ada dua hal yang menarik menjadi diskursus mengenai kecantikan yang sering disalah artikan, yakni terkait ‘beauty filter’ dan ‘inner beauty’.

Beauty Filter yang Menjamur di Berbagai Media Sosial

“Apakah filter yang ada di sosial media saat ini membuat perempuan lebih percaya diri atau justru mendukung beauty standard yang ada?”Mungkin begitu kira-kira pertanyaan dari salah satu peserta di forum online yang saya ikuti.

Jika kita cari di internet, problem beauty filter sebenarnya sudah lama diperbincangkan. Bahkan sempat muncul campaign untuk mengurangi penggunaan filter yang dilakukan oleh model dari luar negeri, Sasha Pallari, dengan memposting foto tanpa filter, dan diviralkan melalui tagar #filterdrop yang diikuti oleh banyak perempuan lainnya pada waktu itu.

Baca Juga:

COC: Panggung yang Mengafirmasi Kecerdasan Perempuan

Aisyah: Perempuan dengan Julukan Rajulah Al-‘Arab

Mengapa Perempuan Ditenggelamkan dalam Sejarah?

Kehamilan Perempuan Bukan Kompetisi: Memeluk Setiap Perjalanan Tanpa Penghakiman

Kembali pada pertanyaan tadi, pada dasarnya jika kita perhatikan filter yang ada saat ini seperti halnya mata pisau yang sangat tajam, yang kegunaannya bergantung pada bagaimana kita memakainya. Jika kita menggunakan dengan hati-hati tidak berlebihan, mungkin dampak yang kita rasakan adalah menambah rasa percaya diri saat akan memposting foto di sosial media.

Namun, disadari atau tidak filter yang semakin beragam hingga hari ini, justru membuat kita semakin ketergantungan bahkan lebih jauh lagi kita justru kehilangan rasa percaya diri, dan tidak berani untuk memposting foto kita jika tidak menggunakan filter. Alih-alih menambah rasa percaya diri, hadirnya ragam jenis filter justru membuat kita semakin tidak menerima bentuk wajah yang kita miliki.

Dampak jangka panjang dari kondisi ini tentunya akan berpengaruh pada kondisi mental. Bahkan sampai muncul tren selfie dysmorphia, yakni kondisi seseorang yang ingin mengubah wajahnya mirip dengan filter Instagram. Dari sini saja sudah sangat terlihat pengaruh beauty filter yang ada, justru membuat perempuan semakin memiliki obsesi perihal kecantikan yang tidak lagi manusiawi, sebab sampai membuat mereka ingin mengubah bentuk wajahnya sedemikian rupa, agar terlihat sama dengan filter Instagram yang ada.

Jika statemen “Nggak usah pakai skincare dan make-up, cukup pakai filter aja” terus dilanggengkan, dampaknya ternyata sangat buruk bagi perempuan. Sebab Beauty Filter yang ada kebanyakan memperlihatkan bagaimana perempuan dengan hidung mancung, pipi tirus, bulu mata lentik dan dagu yang lancip  yang menjadi idaman semua orang. Filter yang ada saat ini juga menghapuskan keberagaman kecantikan dan warna kulit yang ada di dunia, sebab warna kulit wajah yang ada hanya putih glowing layaknya para artis pemain drama.

Lantas apakah kita tidak boleh memakai beauty filter yang ada? Tentu saja tidak, kita masih bisa menggunakan itu semua. Namun, pada batasan kita sadar penuh sebagai perempuan yang memiliki nilai meski tanpa filter sekalipun. Dengan tetap ingat bahwa sebagai perempuan kita adalah perempuan seutuhnya, tanpa label apapun yang melekat pada diri kita, kita adalah perempuan seutuhnya.

Konsep Inner Beauty yang Justru Menjadi Tirani Bagi Perempuan itu Sendiri

Selanjutnya masih seputar beauty standard, mungkin sudah ramai pula dibicarakan di masyarakat bahwa ‘perempuan tak perlu cantik fisik, cukup cantik hatinya’ atau lebih dikenal dengan istilah inner beauty. Konsep ini sebenarnya menjadi suatu paradoks tersendiri bagi perempuan.

Di satu sisi cantik dari dalam bagi perempuan diidentikkan dengan perempuan salehah yang selalu menjaga aurat, pandangan dan perilakunya. Di sisi lain, perempuan yang tidak melakukan itu semua dianggap sebagai perempuan tidak baik, meski memiliki hati yang tulus sekalipun.

Lebih jauh lagi, pemahaman masyarakat tentang inner beauty yang telah dibangun hingga ke ranah rumah tangga adalah perempuan yang penurut pada suami, tetap diam meski sang suami melakukan tindakan KDRT sekalipun, adalah bentuk dari perempuan yang memiliki inner beauty yang sesuai dengan beauty standar masyarakat pada umumnya. Pergeseran makna inner beauty yang ada saat ini, justru menjadi tirani yang memenjarakan perempuan. Sebab perempuan tidak lagi bisa menjadi dirinya sendiri secara utuh.

Konsep beauty atau cantik yang terus mengalami penyempitan makna hingga hari ini adalah bentuk dari semakin kuatnya sistem patriarki yang ada di masyarakat. Bagaimana kemudian perempuan cantik secara fisik dan juga hatinya sudah distandarisasi oleh masyarakat itu sendiri. Sehingga, tugas kita hari ini adalah #BreakTheBias perihal kecantikan yang membelenggu perempuan. Karena kita adalah seutuhnya perempuan meski tanpa label cantik yang disematkan di belakang kata perempuan. []

Tags: Beauty FilterBeauty StandardBreak The BiasInner Beautymedia sosialperempuan
Nuril Qomariyah

Nuril Qomariyah

Alumni WWC Mubadalah 2019. Saat ini beraktifitas di bidang Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak di Kabupaten Bondowoso. Menulis untuk kebermanfaatan dan keabadian

Terkait Posts

Penindasan Palestina

Refleksi tentang Solidaritas yang Tidak Netral dalam Menyikapi Penindasan Palestina

18 Juli 2025
Mengantar Anak Sekolah

Mengantar Anak Sekolah: Selembar Aturan atau Kesadaran?

18 Juli 2025
Kehamilan Perempuan

Kehamilan Perempuan Bukan Kompetisi: Memeluk Setiap Perjalanan Tanpa Penghakiman

18 Juli 2025
Wonosantri Abadi

Harmoni Iman dan Ekologi: Relasi Islam dan Lingkungan dari Komunitas Wonosantri Abadi

17 Juli 2025
eldest daughter syndrome

Fenomena Eldest Daughter Syndrome dalam Drakor When Life Gives You Tangerines, Mungkinkah Kamu Salah Satunya?

17 Juli 2025
Love Bombing

Love Bombing: Bentuk Nyata Ketimpangan dalam Sebuah Hubungan

16 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Fazlur Rahman

    Fazlur Rahman: Memahami Spirit Kesetaraan dan Keadilan Gender dalam Al-Qur’an

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pesan Terakhir Nabi Saw: Perlakukanlah Istri dengan Baik, Mereka adalah Amanat Tuhan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Aisyah: Perempuan dengan Julukan Rajulah Al-‘Arab

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Refleksi tentang Solidaritas yang Tidak Netral dalam Menyikapi Penindasan Palestina

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kehamilan Perempuan Bukan Kompetisi: Memeluk Setiap Perjalanan Tanpa Penghakiman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • COC: Panggung yang Mengafirmasi Kecerdasan Perempuan
  • Pesan Terakhir Nabi Saw: Perlakukanlah Istri dengan Baik, Mereka adalah Amanat Tuhan
  • Fazlur Rahman: Memahami Spirit Kesetaraan dan Keadilan Gender dalam Al-Qur’an
  • Aisyah: Perempuan dengan Julukan Rajulah Al-‘Arab
  • Refleksi tentang Solidaritas yang Tidak Netral dalam Menyikapi Penindasan Palestina

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID