• Login
  • Register
Jumat, 16 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Beragam Tanpa Mengancam, Beragama Yang Manusiawi.

Fatikha Yuliana Fatikha Yuliana
02/03/2020
in Publik
0
manusiawi, beragam
31
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Islam sesungguhnya adalah agama kasih. Nabi Muhammad diutus untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam, ini telah disebutkan di dalam Alquran QS al-Anbiya: 107. Artinya, jangankan terhadap sesama manusia bahkan tehadap seluruh makhluk ciptaan-Nya, setiap manusia niscaya memberikan kasih sayang.

Allah SWT bahkan memihak para hamba-Nya sejauh hamba-hamba itu mengasihi dan membela sesama. Nabi bersabda, “Barang siapa yang mengasihi apa yang di bumi, maka yang di Atas akan mengasihimu.”

Namun, perbedaan agama kerap digunakan sebagai alasan utama terhadap ancaman, perisakan, pembantaian, dan pemusnahan yang tidak manusiawi seolah tidak penah ada akhirnya.

Ada keterkaitan antara agama dan perilaku umat beragama. Di mana satu sisi, ajaran agama mana pun menjunjung tinggi sikap egalitarianisme dan tidak akan menafikan kemanusiaan. Yang mana semua manusia itu berderajat sama sebagai manusia serta berhak dihargai dan diperlakukan selayaknya tanpa terkecuali, terlepas dari status sosial yang melekat padanya. Yang membedakan semata hanya tingkat ketakwaan kepada Tuhan.

Di sisi lain, kontekstualisasi agama dalam perilaku sehari-hari adalah sejauh umat beragama memahami agama yang dipeluknya. Artinya, terdapat celah besar antara agama dan umat pemeluknya, sehingga bisa disalahgunakan.

Baca Juga:

Menggugat Poligami, Menegakkan Monogami

Kashmir: Tanah yang Disengketakan, Perempuan yang Dilupakan

Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia: Bersama Ulama dan Guru Perempuan, Bangkitlah Bangsa!

Suami Pengangguran, Istri dan 11 Anak Jadi Korban

Karenanya, agama hari ini bukan lagi menawarkan aroma dan warna surga, justru hanya menjadi tangis yang pedih bagi pemeluk agama yang berbeda. Kini yang hilang dari cara beragama kita adalah spirit egalitarianisme.

Padahal Nabi sendiri berpesan dalam sebuah hadis,

لَا تَقْتُلُوا الْوِلْدَانَ، وَلَا أَصْحَابَ الصَّوَامِعِ

“Janganlah kalian membunuh anak-anak dan orang-orang yang berada di gereja.” (HR. Al-Baihaqi, 2834)”

Dalam hadis tersebut ditegaskan bahwa, perang dalam Islam bukan dilakukan karena perbedaan agama atau paham keagamaan, melainkan karena ada faktor-faktor lain yang semuanya kembali kepada pembelaan dan penyelamatan diri dari serangan. Faktor tersebut bisa disebabkan karena persoalan ekonomi, perebutan sumber daya alam, politik, maupun yang lainnya.

R. Scott Appleby dalam The Ambivalence of the Sacred, Religion, Violence, and Reconciliation (2000)  menemukan adanya ambiguitas fungsi agama. Agama, satu sisi bisa menghadirkan nilai-nilai humanis, toleran, keadilan, keselamatan, kesejahteraan, cinta kasih, inklusifitas, dan perdamaian.

Namun pada sisi yang lain, agama terlihat arogansi sehingga menampilkan otoritarianisme, kekerasan, konflik, penindasan, bahkan peperangan.  Seakan semua itu telah  melekat  pada  citra  agama.

Relasi manusia dalam kehidupannya memiliki dua konsep. Pertama, relasi manusia dan Tuhannya, yakni perintah untuk bertakwa kepada Tuhan di mana pun berada dan seruan untuk menghapus (dosa) atau amal buruk dengan amal baik. Kedua, relasi antar sesama manusia, yakni seruan untuk berlaku baik kepada siapa pun.

Karena iman letaknya dalam hati yang harus kita teguhkan dengan menjalani syariatnya: yaitu menjalani perintah-Nya dan menghindari larangan-Nya  “hablum minallah”. Serta berbuat kebaikan sesama umat manusia tanpa memikirkan sebuah perbedaan “hablum minannas”.

لَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ أَنْ تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ

“Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan Berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang Berlaku adil.” (QS. Al-Mumtahanah : 8)

Dalil di atas membuktikan bahwa dalam hubungan sosial, Islam menghargai dan melindungi hak-hak manusia, entah muslim maupun nonmuslim.

Akan tetapi kita lupa bahwa keimanan yang sesungguhnya harus kita perjuangkan dengan bentuk keteguhan hati.  Karena kesempurnaan iman dapat dibentuk dengan pemantapan hati kepada-Nya, relasi sosial yang baik, serta aktivitas kebaikan-kebaikan sosial dan spiritual. []

Fatikha Yuliana

Fatikha Yuliana

Fatikha Yuliana, terlahir di Indramayu. Alumni Ponpes Putri Al-Istiqomah Buntet Pesantren Cirebon. Berkuliah di Institut Studi Islam Fahmina (ISIF) Cirebon. Jatuh cinta pada kopi dan pantai.

Terkait Posts

Kashmir

Kashmir: Tanah yang Disengketakan, Perempuan yang Dilupakan

16 Mei 2025
Nakba Day

Nakba Day; Kiamat di Palestina

15 Mei 2025
Nenek SA

Dari Kasus Nenek SA: Hukum Tak Lagi Melindungi yang Lemah

15 Mei 2025
Solusi Kemiskinan

Vasektomi Sebagai Solusi Kemiskinan, Benarkah Demikian?

15 Mei 2025
Orang Miskin

Haji dan Ekonomi: Perjuangan Orang Miskin Menaklukkan Kesenjangan

14 Mei 2025
Vasektomi

Vasektomi Jadi Syarat Terima Bansos: Kekuasaan Negara dan Otonomi Tubuh

14 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Perempuan Fitnah

    Perempuan Fitnah Laki-laki? Menimbang Ulang dalam Perspektif Mubadalah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nakba Day; Kiamat di Palestina

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Qiyas Sering Dijadikan Dasar Pelarangan Perempuan Menjadi Pemimpin

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Membuka Tabir Keadilan Semu: Seruan Islam untuk Menegakkan Keadilan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ketika Sejarah Membuktikan Kepemimpinan Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Menggugat Poligami, Menegakkan Monogami
  • Kashmir: Tanah yang Disengketakan, Perempuan yang Dilupakan
  • Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia: Bersama Ulama dan Guru Perempuan, Bangkitlah Bangsa!
  • Suami Pengangguran, Istri dan 11 Anak Jadi Korban
  • 5 Kewajiban Suami untuk Istri yang sedang Menyusui

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version