• Login
  • Register
Selasa, 28 Maret 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Featured

Cara Gus Dur Mendidik Anak-Anaknya Menjadi Orang yang Bermanfaat

Menurut cerita mba Alissa, Gus Dur selalu mengajarkan anak-anaknya untuk menentukan jalan hidupnya sendiri. Dengan begitu, setiap keputusan yang akan diambil oleh anak-anaknya, selalu dikembalikan pada dirinya masing-masing.

Fitri Nurajizah Fitri Nurajizah
22/01/2020
in Featured, Publik
0
Gus, Dur
71
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Acara Haul Gus Dur ke-10 yang diselenggarakan oleh komunitas Gusdurian Cirebon di kampus Institut Studi Islam Fahmina (ISIF),  pada tanggal 16 Januari 2020 menghadirkan beberapa tamu undangan yang keren-keren banget, bukan hanya dari kalangan Nahdliyin saja tetapi dari semua kalangan. Misalnya, ada dari Vihara Welas Asih, Gereja Katolik, Gereja Santo Yusuf dan anak-anak panduan suara gabungan dari lima gereja di Cirebon.

Selain itu, acara haul ke-10 dengan tema “Kebudayaan Melestarikan Kemanusiaan” ini juga dihadiri oleh anak-anak muda dari berbagai kampus dan pesantren . Ada dari ISIF, IAIN Syekh Nurjati Cirebon, Unswagati, Pondok Pesantren Kebun Jambu, Pesantren Buntet, Pesantren Kempek, anak-anak OSIS dari berbagai SMA, dan mungkin masih banyak lagi komunitas lain yang ikut hadir.

Ini adalah pengalaman ke dua saya ikut haul Gus Dur di Cirebon, setiap mengikuti acara ini saya selalu menemukan hal-hal yang baru tentang kemuliaan Gus Dur sebagai guru bangsa Indonesia. Seperti acara ini,  saat mba Alissa Wahid maju untuk bercerita soal alm. Ayahnya.  Beliau bilang “Ayah saya, yaitu Gus Dur, bukan hanya milik kami keluarganya, dan juga bukan milik satu golongan saja. Tetapi Gus Dur  adalah milik semua orang, termasuk anak-anak muda penerus bangsa Indonesia”.

Saya sempat berpikir keras, harus dengan cara apa ya, kami sebagai anak muda bisa mengenal Gus Dur, dan meneladani hal-hal baik yang telah beliau contohkan selama hidupnya?

Kemudian, mba Alissa menceritakan banyak hal tentang Gus Dur. Salah satunya, tentang cara beliau mendidik mba Alissa dan adik-adiknya untuk menjadi orang  yang bermanfaat bagi orang lain, terutama bagi masyarakat Indonesia.

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • Jalan Tengah Pengasuhan Anak
  • Mengapa Menjadi Bapak Rumah Tangga Dianggap Rendah?
  • Wahai Ayah dan Ibu, Jadilah Sahabat Bagi Anakmu!
  • Salahkah Memilih Childfree?

Baca Juga:

Jalan Tengah Pengasuhan Anak

Mengapa Menjadi Bapak Rumah Tangga Dianggap Rendah?

Wahai Ayah dan Ibu, Jadilah Sahabat Bagi Anakmu!

Salahkah Memilih Childfree?

Menurut cerita mba Alissa, Gus Dur selalu mengajarkan anak-anaknya untuk menentukan jalan hidupnya sendiri. Dengan begitu, setiap keputusan yang akan diambil oleh anak-anaknya, selalu dikembalikan pada dirinya masing-masing. Tetapi beliau juga tidak lupa untuk memberikan saran. Misalnya, setiap mba Alissa tengah galau menentukan pilihan-pilihan dalam hidupnya Gus Dur selalu memberinya saran dengan cara pandang yang “Gitu aja kok repot”. Artinya, dalam melihat semua persoalan coba dicari esensi dari persoalan tersebut. Jangan dibikin ribet.

Menurut saya, cara Gus Dur mendidik anak-anaknya itu keren banget. Masih dari ceritanya mba Alissa, beliau bercerita tentang titik awal beliau berani menentukan langkah hidupnya di masa depan.  Pada saat mba Alisa masih kelas dua SMA, beliau melakukan sebuah perjalanan dengan keluarganya ke suatu tempat menggunakan sebuah mobil.  lalu mobil tersebut berhenti di perempatan jalan Salemba Jakarta.

Kami, kata mba Alisa, waktu itu melihat anak kecil mengelap kaca mobil, demi mendapatkan uang. Yenni yang masih kelas dua SMP ngomong begini ke Gus dur ”Pak, ini kan melanggar UUD pak, bukankah di UUD anak yatim piatu dan anak terlantar di pelihara oleh negara?. Kok ini ada anak terlantar di jalan malam-malam, ngelap kaca mobil, demi mendapatkan uang. Ini kan melanggar. Saya  mau tulis tentang ini dan akan aku kirim ke media masa.”

Waktu itu, Gus Dur adalah salah satu pegiat gerakan masyarakat sipil yang melawan segala bentuk penindasan. Biasanya kalau kita sedang memperjuangkan sesuatu, terus ada orang yang mendukungnya pasti akan bilang ”oh iya kamu nulis aja, kamu kan anak kecil, jika  ngomongin soal itu, pasti akan bombastis” kira-kira akan begitu lah.

Tetapi Gus Dur justru menjawab begini “Yenny Kamu itu masih kecil, umurmu masih remaja, kalau kamu nulis di media masa, kamu gak bisa membawa perubahan apa-apa,” Yang ada namamu  akan di blacklist.

Karena pada masa itu kalau ada orang yang kritis terhadap kesewenang-wenangan yang terjadi, masa depan orang tersebut akan dihalangi dan ruang geraknya akan dibatasi.

Kemudian Gus Dur menjawab kegelisahan mba Yenny dengan kata-kata begini “kalau kamu mau menolong orang-orang ini, tuntutlah ilmu setinggi-tingginya. Dan gunakan ilmu tersebut untuk menolong orang-orang yang perlu ditolong”.

Berbekal kata-kata Gus Dur di atas, semenjak saat itu,  mba Alissa selalu memilih apa yang ingin beliau lakukan, sembari memikirkan hal itu ada manfaatnya atau tidak untuk orang lain.  Karena Gus Dur selalu mengajarkan bahwa “setiap keputusan yang kita ambil harus benar-benar mashlahat dan bermanfaat bagi orang lain”. Tentu ini petuah yang sangat bagus sekali.

Menurut saya nasihat-nasihat yang diberikan oleh Gus Dur kepada anak-anaknya, bisa diteladani oleh anak-anak muda lainnya. Apalagi,  sebagai anak muda kita selalu dihadapkan dengan pilihan-pilihan yang kadang sulit untuk ditentukan. Tetapi, dengan cara Gus Dur, kita bisa mengambil setiap keputusan dengan berpijak pada “apakah jalan ini berdampak baik atau tidak untuk orang-orang dilingkungan kita” . Baik bagi diri sendiri, keluarga, sahabat atau masyarakat umum.

Terakhir, hal yang cukup menarik bagi saya dari cerita mba Alissa tentang Gus Dur ialah soal keteguhan Gus Dur dalam memegang prinsip-prinsip. Gus Dur ketika sedang mempunyai kekuatan atau kekuasaan, beliau tidak pernah menggunakannya untuk menindas orang lain. Justru dengan kekuatan tersebut Gus Dur memanfaatkannya untuk membebaskan orang yang tertindas.

Lalu, ketika Gus Dur sedang gagal, beliau tidak pernah merasa itu adalah akhir dari segalanya. Sehingga apapun yang terjadi kita harus terus berjalan

Kiranya itu bagian terkecil yang bisa kita teladani dari Gus Dur. Selamat jalan Gus Dur, semoga cahayamu selalu menerangi kami, dan menjadikan Indonesia tetap menjadi Negeri yang damai. []

Tags: bulan gus durhaul gus durkeluargaparenting
Fitri Nurajizah

Fitri Nurajizah

Perempuan asal Garut, kelahiran Tahun 1997. Telah lulus dari Institut Studi Islam Fahmina Cirebon, Jurusan Ekonomi Syariah. Biasa disapa Fitri, hobi kelayapan, pecandu mie instan dan penikmat ketinggian. Biasa mengabadikan kesehariannya di Instagram @fitri_nurajizah

Terkait Posts

Sittin al-‘Adliyah

Kitab Sittin Al-‘Adliyah: Prinsip Kasih Sayang Itu Timbal Balik

28 Maret 2023
Tradisi di Bulan Ramadan

Menggali Nilai-nilai Tradisi di Bulan Ramadan yang Mulia

28 Maret 2023
Propaganda Intoleransi

Waspadai Propaganda Intoleransi Jelang Tahun Politik

27 Maret 2023
Akhlak dan perilaku yang baik

Pentingnya Memiliki Akhlak dan Perilaku yang Baik Kepada Semua Umat Manusia

26 Maret 2023
kitab Sittin al-‘Adliyah

Kitab Sittin Al-‘Adliyah: Laki-laki dan Perempuan Dilarang Saling Merendahkan

26 Maret 2023
Penutupan Patung Bunda Maria

Kisah Abu Nawas dan Penutupan Patung Bunda Maria

26 Maret 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Tradisi di Bulan Ramadan

    Menggali Nilai-nilai Tradisi di Bulan Ramadan yang Mulia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Flexing Ibadah selama Ramadan, Bolehkah?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Pinatih: Sosok Ulama Perempuan Perekat Kerukunan Antarumat di Gresik

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Piagam Madinah: Prinsip Hidup Bersama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Puasa Dalam Perspektif Psikologi dan Pentingnya Pengendalian Diri

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Islam Pada Awalnya Asing
  • Jalan Tengah Pengasuhan Anak
  • Imam Malik: Sosok yang Mengapresiasi Tradisi Lokal
  • Mengapa Menjadi Bapak Rumah Tangga Dianggap Rendah?
  • Kitab Sittin Al-‘Adliyah: Prinsip Kasih Sayang Itu Timbal Balik

Komentar Terbaru

  • Profil Gender: Angka tak Bisa Dibiarkan Begitu Saja pada Pesan untuk Ibu dari Chimamanda
  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Petasan, Kebahagiaan Semu yang Sering Membawa Petaka pada Maqashid Syari’ah Jadi Prinsip Ciptakan Kemaslahatan Manusia
  • Berbagi Pengalaman Ustazah Pondok: Pentingnya Komunikasi pada Belajar dari Peran Kiai dan Pondok Pesantren Yang Adil Gender
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist