• Login
  • Register
Minggu, 6 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Cinta Laura: Ragam Budaya dan Agama adalah Akar Indonesia

Cinta mengatakan bahwa terjebaknya cara berfikir masyarakat dikarenakan kurangnya bimbingan dan tools (perangkat) yang dibutuhkan untuk memahami sebuah ajaran dengan akal kritis

Sulma Samkhaty Maghfiroh Sulma Samkhaty Maghfiroh
04/10/2021
in Publik
0
refleksi menghormati perbedaan

refleksi menghormati perbedaan

314
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Dalam pidatonya di acara Kemenag, Cinta Laura Kiehl, seorang pemudi multitalenta, menyatakan bahwa akar dari Indonesia adalah keragaman suku, budaya, dan agama. bahkan secara sadar dia mengatakan bahwa generasi muda-lah yang akan bertanggungjawab dalam beberapa tahun ke depan atas arah yang akan diambil negara ini. Arah untuk menjadikan Indonesia negara yang lebih maju, modern, sejahtera, dan tentunya terkemuka di mata dunia melalui keragamannya.

Meski menyadari bahwa Indonesia memiliki akar agama dan budaya yang beragam, namun tidak membuat polarisasi opini masyarakat terhindarkan. Ragam opini tentang ketidaksepakatan dalam menentukan apa yang dibutuhkan negara demi terwujudnya kesatuan Indonesia yang kuat. Juga opini tentang keinginan generasi muda Indonesia dalam mengenalkan budaya dan identitas bangsanya di kancah dunia, dimana mereka yakin bahwa penting bagi negara di luar sana untuk mengetahui ragam budaya Indonesia yang hebat, penuh potensi dan unik.

Namun di sisi lain, sampai detik ini masih sering ditemukan masyarakat yang berkelahi dan menjatuhkan satu atas lainnya hanya karena perbedaan budaya, ras, suku, dan terutama agama. Ironis, menurut Cinta. Bukankah pasal 1 UU PNPS menyatakan bahwa ada 6 agama resmi yang diakui Indonesia? Bukankah “Bhinneka Tunggal Ika” adalah semboyan negara kita?

Konflik atas nama agama dan Tuhan, membuat Cinta mengutip pendapat filsuf kenamaan ‘Rene Descartes’ yang mengatakan bahwa manusia adalah makhluk yang finite (terbatas) sedangkan Tuhan adalah sosok yang infinite (tidak terbatas), oleh karena itu bagaimana mungkin manusia sebagai makhluk yang terbatas merasa mempunyai kemampuan untuk mengerti sesuatu yang jauh di luar kapasitasnya?

Bagaimana manusia sebagai makhluk yang terbatas bisa memahami esensi dari sesuatu yang tidak terbatas? Menurut Cinta, inilah masalah dalam masyarakat, tentang pemahaman yang terbatas dan pemikiran yang tidak kritis. Masyarakat terjebak dalam cara berfikir, dimana mereka telah memanusiakan Tuhan, merasa memiliki hak dalam mendikte kemauan Tuhan, merasa tahu pikiran Tuhan, dan merasa berhak untuk bertindak atas nama Tuhan. Inilah yang menjadi cikal bakal radikalisme.

Baca Juga:

Pentingnya Menanamkan Moderasi Beragama Sejak Dini Ala Gus Dur

Kontekstualisasi Ajaran Islam terhadap Hari Raya Waisak

Lebaran Ketupat, dari Filosofi hingga Merawat Tradisi

Masa Depan Majelis Masyayikh: Profil 8 Kiai dan Bu Nyai Pengasuh Periode 2021-2026

Cinta mengatakan bahwa terjebaknya cara berfikir masyarakat dikarenakan kurangnya bimbingan dan tools (perangkat) yang dibutuhkan untuk memahami sebuah ajaran dengan akal kritis. Sehingga mereka menjadi tersesat dalam cara berfikir mereka dan lupa pentingnya menyeimbangkan segala ilmu yang dipelajari dan dimiliki dengan nilai-nilai yang ada dalam budaya, ataupun aliran pemikiran lainnya.

Sekali lagi Cinta menyinggung budaya dan agama sebagai akar dari keragaman. Cinta juga berefleksi bahwa ragam literatur dan filsafat mengantarnya untuk memahami keindahan setiap agama dan sadar bahwa pada akhirnya fungsi terbesar agama adalah satu, yaitu sebagai kompas moral manusia, untuk mengingatkan manusia bahwa kita harus memperlakukan satu sama lain dengan hormat.

Cinta juga menuturkan 4 hal sebagai upaya peningkatan pemberdayaan masyarakat, yakni (1) kembali mengingatkan masyarakat akan indah, kaya, dan uniknya budaya-budaya yang kita miliki di negara ini, sehingga perlu diinisiasi sejak dini melalui sekolah, media, dan platform digital yang ada. Karena “our culture is cool, not oldschool” (kebudayaan kita keren, tidak kuno).

(2) ajaran agama yang ada dalam sistem pendidikan harus adil dalam merepresentasikan agama-agama yang ada di negara ini. (3) pentingnya critical thinking (berfikir kritis) ajarkanlah adik-adik kita untuk membaca dan mempelajari segala sesuatu dari berbagai sudut pandang. Biarkan mereka bertanya, tumbuhkan rasa ingin tahu mereka sehingga tidak mudah dipengaruhi dan dijajah pikirannya. (4) gunakanlah teknologi yang semakin canggih sebagai alat yang dapat terus menyebarkan nilai-nilai toleransi agar negara ini bisa kembali menjadi Indonesia sejati.

Sebagai penutup dari pidatonya, Cinta Laura mengutip kata-kata bijak dari Marcus Garvey seorang orator dan aktivis politik Jamaika “a people without knowledge of their past history, origin and culture is like a tree without roots” yang artinya masyarakat tanpa pengetahuan tentang sejarah masa lalu mereka, asal-usul dan budaya, adalah seperti pohon tanpa akar. “Oleh karena itu, ayo kita bersama-sama menjelmakan lambang garuda dimanapun kita berada. Mari kita taat dalam beragama agar menjadi manusia yang bermoral. Tapi mari kita juga merangkul budaya indonesia untuk membimbing identitas bangsa”, pungkasnya. []

 

 

Tags: Cinta Laura KiehlKementerian AgamaModerasi Beragama
Sulma Samkhaty Maghfiroh

Sulma Samkhaty Maghfiroh

Penulis Merupakan Anggota Komunitas Puan Menulis, dan berasal dari Ungaran Jawa Tengah

Terkait Posts

Ahmad Dhani

Ahmad Dhani dan Microaggression Verbal pada Mantan Pasangan

5 Juli 2025
Tahun Hijriyah

Tahun Baru Hijriyah: Saatnya Introspeksi dan Menata Niat

4 Juli 2025
Rumah Tak

Rumah Tak Lagi Aman? Ini 3 Cara Orang Tua Mencegah Kekerasan Seksual pada Anak

4 Juli 2025
Kritik Tambang

Pak Bahlil, Kritik Tambang Bukan Tanda Anti-Pembangunan

4 Juli 2025
Isu Iklim

Komitmen Disabilitas untuk Isu Iklim

3 Juli 2025
KB sebagai

Merencanakan Anak, Merawat Kemanusiaan: KB sebagai Tanggung Jawab Bersama

3 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Gerakan KUPI

    Berjalan Bersama, Menafsir Bersama: Epistemic Partnership dalam Tubuh Gerakan KUPI

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kisah Jun-hee dalam Serial Squid Game dan Realitas Perempuan dalam Relasi yang Tidak Setara

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ISIF akan Gelar Halaqoh Nasional, Bongkar Ulang Sejarah Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Islam Memuliakan Orang yang Bekerja

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kholidin, Disabilitas, dan Emas : Satu Tangan Seribu Panah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Bekerja itu Ibadah
  • Menemukan Wajah Sejati Islam di Tengah Ancaman Intoleransi dan Diskriminasi
  • Jangan Malu Bekerja
  • Yang Benar-benar Seram Itu Bukan Hidup Tanpa Nikah, Tapi Hidup Tanpa Diri Sendiri
  • Islam Memuliakan Orang yang Bekerja

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID