• Login
  • Register
Senin, 20 Maret 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Cinta Sejati Pertama dan Terakhir Al Abil Akbar Bagian Kedua (Habis)

Seberapakah kesanggupan kita untuk turut merasakan beratnya penderitaan yang ummati Nabi alami? Yang mungkin kebetulan semua adalah teman, tetangga, saudara, atau bahkan pasangan, suami-istri, anak-anak, bangsa, ataupun diri kita sendiri

Hafidzoh Almawaliy Ruslan Hafidzoh Almawaliy Ruslan
19/02/2023
in Hikmah, Rekomendasi
0
Cinta Sejati

Cinta Sejati

495
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Cinta memang aneh. Sebagaimana yang saya tulis dalam artikel sebelumnya “Cinta Sejati Pertama dan Terakhir Al Abil Akbar Bagian Pertama.” Si pecinta akan dapat merasakan apa yang kekasihnya alami. Jika ada duri yang menusuk sang kekasih, si pecinta akan turut merasa kesakitan. Jika tubuh sang kekasih terluka, maka tubuh sang pecinta juga akan mengeluarkan darahnya. Benarkah demikian? Allahu a’lam.

Namun Al Habib Ali bin Muhammad bin Husein Al Habsyi juga pernah bercerita, bahwa suatu hari Habib Alwi bin Alfaqihil Muqaddam sedang pergi haji. Sebagai wali besar yang terkenal, kedatangannya sangat disambut semua penduduk di kota Makkah. Tak terkecuali sekelompok “keluarga” darwis yang tinggal di kota tersebut.

Daftar Isi

    • Cinta Agung yang Aneh
  • Baca Juga:
  • Poligami Bukan Tradisi yang Dilahirkan Islam
  • Ngaji Rumi: Patah Hati Dengan Dunia, Puasa Sebagai Obatnya
  • Mati Mencari Nafkah untuk Keluarga, Lebih Baik daripada Mati Berjihad
  • Haideh Moghissi : Fundamentalisme Islam dan Perempuan
    • Cinta Sang Baginda Nabi
    • Izinkan Kami Membalas Cinta Sang Baginda Nabi

Cinta Agung yang Aneh

Darwis sesungguhnya adalah orang-orang yang sedang menempuh jalan zuhud, dengan berusaha ‘melepaskan’, mengosongkan kemelekatan diri dari duniawi. Termasuk berhati- hati tentang makanan dan juga pergaulannya.

Mendengar kedatangan Habib Alwi, salah seorang di antara darwis itu menemuinya. Ia meminta makanan pada sang wali, agar dapat peroleh berkahnya. Pada khadim Habib Alwi, si darwis meminta 10 potong roti sesuai jumlah mereka. Oleh pelayan Habib, roti itu diberikan semua dan langsung dihabiskan si darwis sendirian. Menyaksikan itu, sang khadim merasa kesal, dan melaporkannya pada Al Habib.

Habib Alwi pun meminta darwis itu untuk membawa semua temannya, dan bertanya:

Baca Juga:

Poligami Bukan Tradisi yang Dilahirkan Islam

Ngaji Rumi: Patah Hati Dengan Dunia, Puasa Sebagai Obatnya

Mati Mencari Nafkah untuk Keluarga, Lebih Baik daripada Mati Berjihad

Haideh Moghissi : Fundamentalisme Islam dan Perempuan

“Benarkah kini kalian semua telah kenyang? Padahal yang menghabiskan roti hanya salah satu di antara kalian?”

Semuanya pun menjawab serempak, bahwa mereka semua telah kenyang. Tapi Habib Alwi tak ingin percaya begitu saja. Lalu, ia mengambil inisiatif untuk melukai lengan salah seorang darwis dengan jarum. Benar saja, satu di antara mereka terlukai, sembilan yang lainnya turut mengeluarkan darah karenanya. Lalu mereka berkata:

“Lihatlah Habib inilah yang dinamakan cinta. Ana man ahwa, wa man ahwa ana. Nahnu ruuhani hallalna badana… Akulah yang mencintai, dan yang dicintai adalah aku. Kami adalah dua ruh (ruh yang berbeda) penghuni satu badan.”

Cinta Sang Baginda Nabi

Dengan kisah para darwis itu, batiniah para pecinta shalawat akan bisa tahu dan mengamini, bagaimana setiap saat Nabi Muhammad saw. akan selalu dapat merasakan ahwal semua umatnya. Karena partikel-partikel Nur itu telah bercampur, bersatu-padu.

Menurut mereka Nabi setiap hari akan bisa merasakan batin yang teriris karena  melihat umatnya yang terluka, tak bisa makan, atau menderita, terpuruk dalam kemaksiatan, dan sebagainya. Untungnya perasaan Baginda Nabi yang ada dalam dada telah Allah swt. bentangkan seluas jagad raya ini, bahkan melebihi. Sehingga penderitaan apapun akan mampu tertampung. Dan Nabi akan selalu mendoakan, memohonkan ampunan serta keselamatan.

Dalam QS. Ali Imran [3]: 144, Allah swt. menerangkan bahwa Nabi Muhammad saw. sesungguhnya adalah insan yang meninggalkan jasadnya. Namun rahmat dan kasih sayangnya akan tetap terus hidup, mengalir untuk umatnya hingga akhir masa.

Semua itu karena kecintaan Nabi untuk membimbing, menyelamatkan seluruh alam raya. Seperti saat-saat awal di padang arwah (QS. Al A’raf [7]: 172). Saat Sang Maha Pencipta mengambil ikrar kesaksian, syahadah bagi setiap jiwa.

“Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Semua umat saat itu terdiam, antara  tidak tahu dan tidak berani menjawab. Lalu ruh Nabi Muhammad saw. lah yang memulai memimpin dan menuntun : “Balaa, syahidtu… Betul Engkau Tuhanku, aku bersaksi”.

Seluruh arwah pun mengikuti Sang Nabi : “Balaa, syahidna… Betul Engkau Tuhan kami. Kami semua bersaksi”. Maka saat itulah Nabi Muhammad saw, telah menyandang status Rasul, utusan Allah swt. untuk semesta.

Bagi para pecinta shalawat, inilah moment ikrar kesaksian bahwa pada asal mulanya semua ruh sesungguhnya adalah beriman. Nabi Muhammad lah yang menjadi pemimpin bagi semua semenjak awal mulanya. Karenanya dalam hadits Abi Hurairah ra. meriwayatkan, bahwa Nabi saw. bersabda: “Kuntu awwalan nabiyyina fil khalqi wa akhirahum fil ba’tsi.” Nabi Muhammad lah sesungguhnya Nabi yang paling awal/ pertama tercipta, namun paling akhir terutusnya.

Izinkan Kami Membalas Cinta Sang Baginda Nabi

Kini, bagaimana dengan kita umat Nabi hari ini? Bisakah kita menggapai kembali cinta Baginda yang sedemikian rupa? Dapatkah kita meneladani kasih sayang Nabi terhadap seluruh umat alam raya?

Seberapakah kesanggupan kita untuk turut merasakan beratnya penderitaan yang ummati Nabi alami? Yang mungkin kebetulan semua adalah teman, tetangga, saudara, atau bahkan pasangan, suami-istri, anak-anak, bangsa, ataupun diri kita sendiri.

Seberapa komitmen kita terhadap umat ini, seperti Nabi yang sangat menginginkan keimanan dan keselamatan bagi kita semua?

Adakah cinta kita seperti cinta pertama sekaligus terakhir Al Abil Akbar, yang mampu “mengalami”, merasakan, sehingga berkeinginan untuk menuntun dan membela, serta tak terbersit sedikit pun untuk meninggalkan dalam kebodohan dan kebingungan kita? Adakah keinginan kita untuk menunjukkan jalan Tuhan pada semua yang terlena atas hidup yang sesaat saja?

“Allahumma shalli ‘ala ruhi Sayyidinaa Muhammadin fil arwah. Wa ‘ala jasadihi fil ajsad… Ya  Allah limpahkanlah shalawat salam teruntuk ruh Nabi Muhammad yang ada dalam seluruh arwah semesta; Serta limpahkanlah shalawat salam teruntuk jasad Baginda Nabi yang ada dalam seluruh jasad umat”.

Akhirnya, semoga saja Tuhan sampaikan kita semua kepada-Nya, dengan jalan ‘wasilah’ membalas segenap cinta kasih dan rindu Sang Baginda pada seluruh umat; Dengan mengabdikan diri, menolong dan membela segenap mereka yang terluka, terpinggirkan, serta teraniaya di manapun kita berada. Selamanya, selamat hari kasih sayang bagi semua umat Nabi di sepanjang zaman. Wallahu a’lam bis shawab. []

 

Tags: Akhlak NabiAl Abil AkbarCinta SejatiHikmahislamNur MuhammadiyTeladan Nabi
Hafidzoh Almawaliy Ruslan

Hafidzoh Almawaliy Ruslan

Ibu dua putri, menyukai isu perempuan dan anak, sosial, politik, tasawuf juga teologi agama-agama

Terkait Posts

tujuan perkawinan

Tujuan Perkawinan Dalam Al-Qur’an

20 Maret 2023
Poligami

Cara Al-Qur’an Merespon Poligami

20 Maret 2023
Travel Haji dan Umroh

Bagaimana Menghindari Penipuan Biro Travel Umroh dan Haji?

20 Maret 2023
Poligami Perempuan

Poligami Banyak Merugikan Kaum Perempuan

19 Maret 2023
Poligami

Poligami Bukan Tradisi yang Dilahirkan Islam

19 Maret 2023
Puasa sebagai Obat

Ngaji Rumi: Patah Hati Dengan Dunia, Puasa Sebagai Obatnya

19 Maret 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Rethink Sampah

    Meneladani Rethink Sampah Para Ibu saat Ramadan Tempo Dulu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tujuan Perkawinan Dalam Al-Qur’an

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Meminang Siti Khadijah Bint Khwailid

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Webinar Zakat Peduli Perempuan Korban Kekerasan akan Digelar Nanti Malam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bagaimana Menghindari Penipuan Biro Travel Umroh dan Haji?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Webinar Zakat Peduli Perempuan Korban Kekerasan akan Digelar Nanti Malam
  • Pengalaman Dinafkahi Istri, Perlukah Merasa Malu?
  • Tujuan Perkawinan Dalam Al-Qur’an
  • Meneladani Rethink Sampah Para Ibu saat Ramadan Tempo Dulu
  • Meminang Siti Khadijah Bint Khwailid

Komentar Terbaru

  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Petasan, Kebahagiaan Semu yang Sering Membawa Petaka pada Maqashid Syari’ah Jadi Prinsip Ciptakan Kemaslahatan Manusia
  • Berbagi Pengalaman Ustazah Pondok: Pentingnya Komunikasi pada Belajar dari Peran Kiai dan Pondok Pesantren Yang Adil Gender
  • Kemandirian Perempuan Banten di Makkah pada Abad ke-20 M - kabarwarga.com pada Kemandirian Ekonomi Istri Bukan Melemahkan Peran Suami
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist