• Login
  • Register
Rabu, 9 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Keluarga

Dad Shaming itu Ada

Fatikha Yuliana Fatikha Yuliana
19/05/2020
in Keluarga
0
29
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Fenomena mom shaming yang menyerang para ibu terkait pola asuh seringkali kita temui. Tetapi ternyata komentar menghakimi atau meremehkan yang mengganggu para ibu juga dialami oleh para ayah.

New York Times mengungkapkan data dari survey nasional di Amerika bahwa, dua tahun belakangan sebanyak 52% dari total laki-laki yang memiliki anak berusia di bawah 13 tahun mengalami dad shaming.

Bentuk perilaku dad shaming ini bisa berupa komentar miring, kritik, bahkan celaan atas pola asuh mereka terapkan. Tidak jarang, dad shaming ini berdampak pada penurunan kepercayaan diri sang ayah dan justru membuatnya selalu khawatir melakukan kesalahan dalam mengemban tanggung jawab.

Hal yang sama rupanya juga banyak terjadi di Indonesia. Seiring berkembangnya zaman dan akses informasi melalui media yang semakin mudah, fenomena dad shaming ini juga semakin sering kita jumpai dalam berbagai bentuk.

Siapa pun bisa saja menjadi pelaku dad shaming: orang tua dan mertua, teman kantor, tetangga, orang tua anak lain, bahkan istri pun bisa menjadi pelaku dad shaming secara sengaja maupun tidak sengaja.

Baca Juga:

Melawan Perundungan dengan Asik dan Menyenangkan

Relasi Imam-Makmum Keluarga dalam Mubadalah

Mengebiri Tubuh Perempuan

Mengapa Perempuan Lebih Religius Daripada Laki-laki?

Tentu saja penyebabnya bisa banyak hal, mulai dari pandangan pola asuh yang berbeda, hingga faktor narsisme yang membuat pelaku merasa lebih superior dan lebih baik daripada orang lain. Hal ini bisa menyebabkan si ayah tersebut stres atau depresi.

Percaya atau tidak, fenomena “sekadar mengingatkan” yang banyak dianut oleh masyarakat Indonesia menjadi salah satu timbulnya berbagai konflik. Hal ini dikarenakan banyak orang memberikan saran saat tidak diminta dan di waktu yang tidak tepat, sehingga biasanya akan sulit diterima dengan baik.

Apalagi jika saran tak diminta itu berkaitan dengan pola asuh yang sudah disepakati masing-masing pasangan. Misalnya, seseorang yang tidak tahu alasan dan latar belakang kondisi anak memberi saran pada sangat ayah, “Kok anaknya kurusan? Air susu ibunya (ASI) sedikit, ya? Harusnya kamu sebagai ayah bisa membahagiakan istri dan rajin mengajak istri belanja supaya ASInya melimpah.”

Tak bisa dipungkiri saran dan komentar yang dilontarkan orang lain seperti itu membuat jengkel dan menyentil rasa kepercayaan diri. Padahal, orang tersebut tidak tahu perjuangan apa yang telah orang tua lakukan agar anak tetap sehat dan kebutuhan keluarga tercukupi. Bahkan meskipun saran dan komentar tersebut datangnya dari orang tua maupun kerabat dekat sendiri, bukan berarti itu tidak membuat sang ayah kehilangan kepercayaan diri.

Pepatah mengatakan bahwa saat seorang anak terlahir ke dunia, di saat yang sama lahirlah sosok ayah dan ibunya. Dengan kata lain, menjadi ayah dan ibu adalah sebuah hal baru yang akan membutuhkan proses belajar tanpa henti.

Namun, pada kenyataannya banyak sekali orang yang serta-merta merasa lebih tahu dan berhak mengintervensi dalam pola pengasuhan keluarga lain yang berbeda hanya karena mereka memiliki pengalaman lebih dulu dalam hal mengasuh anak.

Faktanya, ilmu pengetahuan terus berkembang dan pola asuh anak pun beragam jenisnya. Dalam hal ini, dad shaming biasanya dilakukan jika sang ayah menerapkan metode belajar yang berbeda dan jarang dijumpai oleh masyarakat pada umumnya. Padahal tidak semua hal yang berbeda berarti salah. Jadi, stop menghakimi pola asuh orang lain. []

Fatikha Yuliana

Fatikha Yuliana

Fatikha Yuliana, terlahir di Indramayu. Alumni Ponpes Putri Al-Istiqomah Buntet Pesantren Cirebon. Berkuliah di Institut Studi Islam Fahmina (ISIF) Cirebon. Jatuh cinta pada kopi dan pantai.

Terkait Posts

Relasi Imam-Makmum

Relasi Imam-Makmum Keluarga dalam Mubadalah

9 Juli 2025
Jiwa Inklusif

Menanamkan Jiwa Inklusif Pada Anak-anak

8 Juli 2025
Pemimpin Keluarga

Siapa Pemimpin dalam Keluarga?

4 Juli 2025
Marital Rape

Ketika Istilah Marital Rape Masih Dianggap Tabu

2 Juli 2025
Anak Difabel

Di Balik Senyuman Orang Tua Anak Difabel: Melawan Stigma yang Tak Tampak

1 Juli 2025
Peran Ibu

Peran Ibu dalam Kehidupan: Menilik Psikologi Sastra Di Balik Kontroversi Penyair Abu Nuwas

1 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Pernikahan Tradisional

    Sadar Gender Tak Menjamin Bebas dari Pernikahan Tradisional

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kemanusiaan sebagai Fondasi dalam Relasi Sosial Antar Manusia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menanamkan Jiwa Inklusif Pada Anak-anak

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Meruntuhkan Mitos Kodrat Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Perempuan Lebih Religius Daripada Laki-laki?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Melawan Perundungan dengan Asik dan Menyenangkan
  • Relasi Imam-Makmum Keluarga dalam Mubadalah
  • Mengebiri Tubuh Perempuan
  • Mengapa Perempuan Lebih Religius Daripada Laki-laki?
  • Mengapa Pengalaman Biologis Perempuan Membatasi Ruang Geraknya?

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID