• Login
  • Register
Minggu, 13 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Aktual

Dialog Kebudayaan: Dr. Ngatawi Al-Zastrouw Sebut 3 Kunci Membaca Keterlibatan Perempuan dalam Sejarah

“Maka rute peradaban ini sejak awal telah menempatkan perempuan dalam konstruksi kebudayaan masyarakat. Sehingga sejak awal bangsa ini berdiri, sudah ada peran perempuan di sana,” katanya.  

Redaksi Redaksi
26/03/2024
in Aktual
0
Tadarus Budaya Ramadhan

Tadarus Budaya Ramadhan

846
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Institut Studi Islam Fahmina (ISIF) bersama Pesantren Luhur Manhajiy Fahmina menggelar Tadarus Budaya Ramadhan, di Halaman Kampus ISIF Majasem, Kota Cirebon, pada Selasa, 26 Maret 2024.

Tadarus Budaya Ramadhan tersebut dimeriahkan langsung oleh konser musik Ki Ageng Ganjur, Yogyakarta: sebuah grup musik modern-tradisional religius yang mendunia.

Dalam Tadarus ini diisi dengan beberapa agenda kegiatan di antara Bincang Literasi bersama Gusdurian Cirebon, Pentas Budaya Lokal, Dialog Kebudayaan dan Istighosah dan Konser Ki Ageng Ganjur Yogyajarta feat Sarah Saputri dan Budi Cilok.

Kegiatan ini dihadiri langsung oleh Pembina Yayasan Fahmina Buya KH. Dr. Husein Muhammad, Rektor ISIF KH. Marzuki Wahid, Ketua Yayasan Fahmina KH. Dr. Faqihuddin Abdul Kodir. Serta Pengasuh Pondok Pesantren Luhur Manhajiy Fahmina Ny. Nurul Bahrul Ulum, M.P.P.

Sementara itu, beberapa tokoh utama yang hadir dalam Tadarus Budaya Ramadhan adalah Budayawan dari Kalangan Nahdliyin Dr. Ngatawi Al-Zastrouw, Sekretaris Kesultanan Kanoman Hj. Ratu Raja Arimbi Nurtina, S.T, Kiai Kondang KH. Dr. Ibrohim Nawawi (Mang Dhalban) dan KH. Munib Khumaidi.

Baca Juga:

Merebut Kembali Martabat Perempuan

Laki-laki dan Perempuan adalah Manusia yang Setara

Tauhid: Kunci Membongkar Ketimpangan Gender dalam Islam

Peran Perempuan dan Perjuangannya dalam Film Sultan Agung

Dalam Dialog Kebudayaan, Dr. Ngatawi Al-Zastrouw mengatakan untuk memahami soal keterlibatan perempuan dalam sejarah. Maka setidaknya ada tiga hal yang bisa menjadi kunci utama dalam membacanya. Adapun tiga kunci utama tersebut di antaranya:

Pertama, sejarah harus kita dudukan sebagai rute peradaban suatu bangsa. Kalau kita ngutip bagaimana bangsa nusantara, tradisi nusantara, dan budaya nusantara berdiri. “Maka rute peradaban ini sejak awal telah menempatkan perempuan dalam konstruksi kebudayaan masyarakat. Sehingga sejak awal bangsa ini berdiri, sudah ada peran perempuan di sana,” katanya.

Referensi Hidup

Kedua, sejarah harus dilihat sebagai referensi hidup, kalau kita tidak mengerti sejarah, maka kita tidak bisa mengerti referensi hidup. Hal inilah, menurut Dosen UI tersebut, akhirnya membuat sebagian orang kerap kali menelan mentah-mentah.

Misalnya, dalam kasus kecil adalah soal khilafah, maka bagi orang yang tidak memiliki referensi hidup, ia akan memakan mentah-mentah soal konsep khilafah ini.

Lebih lanjut, Ia juga menjelaskan, bahwa bagi orang-orang yang tidak memiliki referensi hidup, maka dia tidak akan pernah tahu bahwa di Nusantara ini pernah ada sulthonah perempuan (pemimpin perempuan kesultanan Islam, atau menjadi ratu Islam).

“Karena dalam sejarah di bumi Nusantara ini banyak perempuan yang memimpin kerajaan Islam. Dan ini penting sebagai sumber referensi kehidupan,” jelasnya.

Ketiga, sejarah harus dijadikan sebagai sumber pengetahuan. Pria yang kerap disapa Kang Zastrouw itu menyampaikan bahwa sejarah harus menjadi mata air yang bisa menjadi pembelajaran bagi semua orang.

Bahkan, karena sebagai sumber mata air, maka menurut Kang Zastrouw di situ ada peran ulama yang berkebudayaan sebagai gorong-gorong untuk menyalurkan mata air tersebut.

“Peran budayawan dalam hal ini memiliki pengaruh untuk menyambungkan dari masa lalu, masa kini hingga masa depan nanti,” ungkapnya.

Sampah-sampah Peradaban

Namun sayangnya, Mantan Ketua Lesbumi PBNU ini mengungkapkan bahwa sejarah pada poin ketiga ini kerap kali tersumbat. Sehingga sumber air jernih peradaban kebudayaan ini tidak mengalir lagi. Karena banyak gorong-gorongnya yang mengalami tersumbat dan penuh dengan sampah-sampah peradaban bangsa lain.

“Sehingga kalau sumber mata airnya mampet terus gorong-gorongnya hilang maka yang mengalir adalah air comberan yang datang dari mana saja, comberan dari timur tengah, comberan dari eropa, dan dari mana saja. Bahkan tidak jarang kita bebersih dan bersuci tiap hari pakai air comberan,” paparnya.

Oleh sebab itu, dalam kesempatan Tadarus Budaya Ramadhan ini Kang Zastrouw mengingatkan bahwa ia ingin melalui dialog budaya ini ada spirit untuk membuka sumbatan ini dan membersihkan gorong-gorong. “Harapannya, peradaban kebudayaan kita kembali mengalir, dan kita kembali menggunakan referensi-referensi tersebut,” tukasnya. []

Tags: dialogDr. Ngatawi Al-ZatrouwKebudayaanKeterlibatankuncimembacaperempuansejarah
Redaksi

Redaksi

Terkait Posts

Marzuki Wahid

Membongkar Narasi Sejarah Maskulin: Marzuki Wahid Angkat Dekolonisasi Ulama Perempuan

6 Juli 2025
Sejarah Ulama Perempuan

Menulis Ulang Sejarah Ulama Perempuan: Samia Kotele Usung Penelitian Relasional, Bukan Ekstraktif

6 Juli 2025
Samia

Samia Kotele: Bongkar Warisan Kolonial dalam Sejarah Ulama Perempuan Indonesia

6 Juli 2025
Ulama Perempuan

Menelusuri Jejak Ulama Perempuan Lewat Pendekatan Dekolonial

6 Juli 2025
Sejarah Ulama Perempuan ISIF

ISIF akan Gelar Halaqoh Nasional, Bongkar Ulang Sejarah Ulama Perempuan Indonesia

5 Juli 2025
kekerasan seksual terhadap anak

Dr. Nur Rofiah Tegaskan Pentingnya Mengubah Cara Pandang untuk Hentikan Kekerasan Seksual pada Anak

18 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Hak Perempuan

    Perbedaan Biologis Tak Boleh Jadi Dalih Mendiskriminasi Hak Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pentingnya Menempatkan Ayat Kesetaraan sebagai Prinsip Utama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Praktik Kesalingan sebagai Jalan Tengah: Menemukan Harmoni dalam Rumah Tangga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Perempuan dan Pembangunan; Keadilan yang Terlupakan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tidak Ada yang Sia-sia Dalam Kebaikan, Termasuk Menyuarakan Isu Disabilitas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Merebut Kembali Martabat Perempuan
  • Kedisiplinan Mas Pelayaran: Refleksi tentang Status Manusia di Mata Tuhan
  • Kala Kesalingan Mulai Memudar
  • Hancurnya Keluarga Akibat Narkoba
  • Praktik Kesalingan sebagai Jalan Tengah: Menemukan Harmoni dalam Rumah Tangga

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID