• Login
  • Register
Selasa, 20 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Ekologi dalam Puisi Rumi

Puisi-puisi ekologi Rumi kian menguatkan amanat agar manusia menyerap sifat kasih Tuhan, kepada seluruh makhluk di dunia, terlebih demi keberlanjutan alam

Thoah Jafar Thoah Jafar
17/09/2023
in Hikmah, Rekomendasi
0
Ekologi dalam Puisi Rumi

Ekologi dalam Puisi Rumi

1k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Siapa tak kenal Rumi? Ulama sekaligus penyair bernama lain Jalāl ad-Dīn Muhammad Balkhī, yang karya-karyanya terus dipuja dan dibaca banyak orang, hingga lebih dari tujuh abad terakhir.

Rumi adalah kata kunci dalam dunia tasawuf. Ia seakan menjadi khulasah (ringkasan) dari pemikiran-pemikiran dan sikap hidup kaum sufi. Ribuan bait puisinya mengajarkan banyak hal, tentang cinta yang hakiki, Tuhan, hidup, juga mati.

Namun, ada yang menarik untuk lebih kita telisik. Gaya bahasa, kiasan, maupun metafora yang dirangkai dalam sajak-sajak Rumi menunjukkan fokus dan perhatiannya sendiri. Salah satunya, ekologi dalam puisi Rumi.

Pantulan Allah Swt

Maulana Jalaluddin Rumi memahami alam sebagai pantulan Yang Maha Agung. Melalui puisi-puisinya, Rumi mengajak para pecinta karyanya untuk mengagumi jagat raya sebagai manifestasi keberadaa Allah Swt, Tuhan seluruh alam.

Dalam mahakaryanya, Matsnawi, Rumi bersyair:

Baca Juga:

Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

Mengapa Waktu Berlalu Cepat dan Bagaimana Mengendalikannya?

Jangan Nekat! Pentingnya Memilih Pasangan Hidup yang Tepat bagi Perempuan

Tidak Ada Cinta Bagi Ali

Kehadiran seluruh wujud yang ada di alam ini

Karena Tuhan ingin tunjukkan hikmah-Nya yang tersembunyi

Keindahan dan luasnya alam, oleh Rumi, diwanti-wanti sebagai bel pengingat akan ke-Esa-an Allah Swt. Rumi, tidak cuma menjadikan alam sebagai pengantar puisi, tetapi ia menjadikannya sebagai pesan penting tersendiri.

Dalam karyanya yang lain, Maulana Rumi menerjemahkan alam sebagai pengantar kemakrifatan atau pengetahuan hamba tentang Tuhannya, sekaligus memosisikan alam sebagai anak tangga alias prasyarat mencapai keridaan-Nya.

Dalam Diwan Syams Tabrizi, Rumi menegaskan, satu-satunya cara mencapai kemakrifatan hakiki itu ialah melalui tazkiyatun nafs, yakni membersihkan diri terhadap segala bentuk keegoisan, termasuk ketika bersinggungan dengan alam.

Seluruh wujud di alam adalah pencinta

Dan mereka semua rindu bersua

Jika tak mencintaimu, langit

Tak kan membentang cakrawala bening

Jika tak menyayangimu, matahari

Tak ada cahaya indah menyinari

Jika tanah dan gunung tak saling mencinta

Tak kan tumbuh darinya pohon dan bunga

Jika tak menyenangimu, laut

Entah hidup akan dibawa ke mana.

Timbal balik

Ajakan Rumi untuk mencintai alam bukan tanpa argumentasi yang kuat. Ada nuansa timbal balik antara jagat raya dan manusia yang perlu dihayati semua makhluk berakal.

Alam pun, kata Rumi, secara otomatis mengilhami manusia tentang hukum timbal balik. Mereka bisa menjadi teladan hingga terkait tanggung jawab dan kepercayaan.

Dalam Matsnawi, Rumi menulis:

Tanah selalu amanah

Apapun yang kau tanam

itu juga yang kau tuai

Tanah tak mengenal khianat.

Tidak sampai di situ, Rumi juga menekankan persamaan derajat antara manusia dan makhluk lainnya. Menurutnya, manusia dan alam tercipta dari bahan yang sama, senasib, sepenanggungan.

Dulu kita merdeka, berasal dari entitas yang sama

Tanpa kepala dan kaki, di alam azali kita berjumpa

Kita adalah pertikel bak matahari

Tanpa ikatan seperti air jernih

Ketika cahaya berubah wujud

Lahirlah aneka macam bentuk

Maka keluarlah dari rangka jasadmu

Sampai kau temukan wujud aslimu.

(Matsnawi, 686-689)

Di saat telah mencapai kesempurnaan bentuk itulah, manusia pun tertuntut untuk menunaikan komitmen untuk mencurahkan segala kasihnya, kepada sesama, termasuk kepada alam semesta.

Soal ini, Rumi menjabarkan bahwa manusia dengan bentuk yang jauh lebih sempurna pada akhirnya menjadikan mereka lupa dengan hakikat asalnya. Hanya orang-orang pilihanlah yang mampu melaksanakan perintah Tuhan, berbuat baik kepada alam.

Berjuta partikel bersembunyi di alam semesta. Mereka berkata:

“Aku mendengar, melihat, dan bersukacita. Tapi sayang, aku bisu bagi mereka yang asing dari maknawi. Karena engkau berhenti pada alam materi. Bagaimana mungkin kau paham bahasa kami.”

Begitulah sekelumit pesan dan amanat yang Rumi titipkan kepada para pembacanya tentang betapa pentingnya mencintai alam dengan menjaga kelestariannya. Puisi-puisi ekologi Rumi kian menguatkan amanat agar manusia menyerap sifat kasih Tuhan, kepada seluruh makhluk di dunia, terlebih demi keberlanjutan alam. []

 

 

Tags: alamCintaEkologimanusiaPuisi Rumi
Thoah Jafar

Thoah Jafar

Pengasuh Ponpes KHAS Kempek Cirebon

Terkait Posts

Nyai Nur Channah

Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

19 Mei 2025
Bersyukur

Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

19 Mei 2025
Pemukulan

Menghindari Pemukulan saat Nusyuz

18 Mei 2025
Nyai A’izzah Amin Sholeh

Nyai A’izzah Amin Sholeh dan Tafsir Perempuan dalam Gerakan Sosial Islami

18 Mei 2025
Gizi Ibu Hamil

Memperhatikan Gizi Ibu Hamil

17 Mei 2025
Pola Relasi Suami Istri

Pola Relasi Suami-Istri Ideal Menurut Al-Qur’an

17 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kekerasan Seksual Sedarah

    Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia
  • Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama
  • KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version