• Login
  • Register
Sabtu, 5 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Keluarga

Empat Model Keluarga dalam AlQur’an

Para ulama menjelaskan, bahwa ketika Allah Swt mengisahkan sesuatu dalam Al-Quran bertujuan untuk menjadi pelajaran bagi manusia. Maka, penting bagi kita dan keluarga masa kini untuk mengambil pelajaran berharga pada model-model keluarga yang ada dalam Al-Quran.

Shofi Puji Astiti Shofi Puji Astiti
23/11/2020
in Keluarga, Rekomendasi
0
433
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Dalam kehidupan, pijakan pertama manusia baik secara fisik atau psikis, sosial maupun spiritual, paling menentukan bagi keberhasilan keluarga dan kehidupan. Keluarga yang harmonis menentukan optimalisasi perkembangan pribadi, kemampuan bersosialisasi, kecerdasan, kreativitas, dan dalam mengembangkan potensi-potensi yang ada dalam diri individu, yang saling mendukung dalam kebaikan, dan saling bekerja sama antar keluarga, begitupun sebaliknya.

Sehingga keluarga disebut sebagai lembaga pendidikan pertama (madrasatul ula) dalam membentuk karakter dan akhlak setiap orang. Seperti yang terdapat dalam hadist Al-Hakim

مَا نَحَلَ وَالِدٌ وَلَدًا مِنْ نَحْلٍ أَفْضَلَ مِنْ أَدَبٍ حَسَنٍ

“Tiada suatu pemberian yang lebih utama dari orang tua kepada anaknya selain adab yang baik. (HR. Al-Hakim).

Banyak kesuksesan, kebahagiaan dan kebaikan lahir dari keluarga yang taat dan berakhlak yang baik, yang saling kerjasama, saling bahagia dan membahagiakan, saling mengingatkan dalam kebaikan dan saling memaafkan ketika ada kesalahan. Dalam syair arab dikatakan

Baca Juga:

Islam Memuliakan Orang yang Bekerja

Siapa Pemimpin dalam Keluarga?

Islam Melawan Oligarki: Pelajaran dari Dakwah Nabi

Mengapa Islam Harus Membela Kaum Lemah?

وإنما الأمم الأخلاق ما بقيت * فإن هم ذهبت أخلاقهم ذهبوا

“Sesunggunya umat suatu bangsa itu ditentukan oleh akhlaknya, jika akhlak telah hilang dari mereka maka hilang pula kejayaannya.”

Keluarga yang baik adalah keluarga yang memperhatikan pendidikan agama dalam keluarga. Karena agama merupakan hal yang paling penting dalam kehidupan manusia. Allah berfirman dalam surat At-Tahrim ayat 6 yang berbunyi:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ قُوٓا۟ أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.”

Dalam Tafsir Ibnu Katsir dikatakan untuk tidak bermaksiat kepada Allah Swt, sedangkan dalam Tafsir Al-Misbah dikatakan maksud dari memelihara adalah dengan mendidik dan membimbing keluarga. Sedangkan dalam Tafsir Al-Maroghi maksud dari menjaga mengarah pada ketaatan kepada Allah dan menuruti segala perintah-Nya.

Para ulama menjelaskan, bahwa ketika Allah Swt mengisahkan sesuatu dalam Al-Quran bertujuan untuk menjadi pelajaran bagi manusia. Maka, penting bagi kita dan keluarga masa kini untuk mengambil pelajaran berharga pada model-model keluarga yang ada dalam Al-Quran. Ada empat model keluarga yang bisa kita ambil pelajaran berharganya dalam Al-Qur’an yaitu

Pertama, Model keluarga Abu Lahab yakni suami dan isteri sama-sama tidak taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Abu Lahab adalah seorang paman Nabi Muhammad saw, yang menjadi provokator menggerakkan massa untuk menghadang dakwah Nabi beserta istrinya Ummu Jamil. Sehingga kelicikan Abu Lahab dan isterinya digambarkan dalam Alquran, (QS. Al-Lahab: 1-5).

Jika melihat realitas sosial saat ini, tentu akan menemukan keluarga semisal model keluarga Abu Lahab. Di mana suami dan isteri sama-sama menjadi pemicu ketidakbaikkan dalam masyarakat, seperti dalam tindakan adu domba, kekerasan, penipuan, korupsi, pertikaian, kemaksiatan, perilaku amoral dan lain sebagainya. Sehingga mereka berdua mendekam di penjara dalam kasus yang sama.

Kedua, Model keluarga Fir’aun yakni suami tidak taat dan isteri taat kepada Allah Swt dan Rasul-Nya. Fir’aun merupakan raja Mesir yang hidup pada masa kenabian Musa as. Model keluarga Fir’aun juga dapat ditemukan dalam kehidupan sosial masa kini.

Di mana suami menjadi pemicu dan provokator dalam setiap kemaksiatan dan kejahatan, meskipun isterinya berkali-kali menasehati. Model keluarga seperti menjadi ladang pahala dan ujian bagi isteri untuk sabar dan tetap taat kepada Allah SWT. Maka isteri dituntut untuk tetap konsisten (istiqamah)  dalam mencegah perilaku tercela suami.

Ketiga, Model keluarga Nabi Nuh as dan Nabi Luth as, yakni suami taat, sedangkan isteri tidak taat kepada Allah Swt. Kedua mereka merupakan Rasul utusan Allah Swt untuk mendakwahi umat masing-masing. Nabi Nuh as diutus kepada Bani Rasib, yakni suatu kaum yang menyembah patung-patung berhala. Sedangkan Nabi Luth as, diutus untuk kaum Sodom, yakni suatu kaum yang berperilaku seks menyimpang. Meskipun mereka diutus untuk memperbaiki kondisi akidah umat. Akan tetapi, isteri mereka juga menjadi bagian dari orang-orang yang ingkar kepada Allah Swt.

Hal ini menunjukkan ketidakshalihan isteri tidak serta merta membuat mereka menjerumuskan diri dalam perilaku tercela isteri. Sebab itu, banyak orang mendapatkan gelar pemuka agama di lingkungan masyarakat, akan tetapi memperoleh pasangan yang durhaka kepada Allah Swt. Maka diperlukan ketabahan, kesabaran, keistiqomahan dalam membina, mengajak pada kebaikan dalam berkeluarga dengan cara yang santun, tepat, yakni tidak dengan cara memaksa dan dengan cara kekerasan.

Keempat, Model keluarga Nabi Ibrahim as, yakni merupakan keluarga utuh yang taat kepada Allah Swt, baik suami maupun isteri-isterinya. Nabi Ibrahim as termasuk satu dari para Nabi dan Rasul yang mendapatkan gelar ulul azmi, yakni Nabi yang paling banyak cobaan dan rintangan dalam menjalani kehidupan. Ia  memiliki dua isteri, yakni Siti Sarah dan Siti Hajar dan memiliki anak dari kedua istrinya tersebut.

Dari sanalah lahir anak-anak yang taat kepada Allah Swt, sehingga menjadi Nabi dan Rasul. Tentu hal itu karunia Allah Swt bagi Nabi Ibrahim as, sebagai seorang yang memiliki ketabahan, kesabaran dan keuletan yang luar biasa dalam menjalankan tugas sucinya sebagai rasul, walaupun menghadapi berbagai rintangan, dan cobaan yang luar biasa tetapi masih kuat dalam ketaatannya bersama keluarganya.

Mari belajar keteladanan dari keempat model keluarga tersebut dan mempraktekkannya dalam keluarga sehingga bisa menjadi keluarga ahli surga, keluarga penebar kebaikan dengan kebajikan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. []

 

Tags: islamkeluargaKisah InspiratifKisah Nabiperkawinan
Shofi Puji Astiti

Shofi Puji Astiti

Dosen IAIN Salatiga

Terkait Posts

Ancaman Intoleransi

Menemukan Wajah Sejati Islam di Tengah Ancaman Intoleransi dan Diskriminasi

5 Juli 2025
Pemimpin Keluarga

Siapa Pemimpin dalam Keluarga?

4 Juli 2025
Gerakan KUPI

Berjalan Bersama, Menafsir Bersama: Epistemic Partnership dalam Tubuh Gerakan KUPI

4 Juli 2025
Ruang Aman, Dunia Digital

Laki-laki Juga Bisa Jadi Penjaga Ruang Aman di Dunia Digital

3 Juli 2025
Marital Rape

Ketika Istilah Marital Rape Masih Dianggap Tabu

2 Juli 2025
Kebencian Berbasis Agama

Egoisme dan Benih Kebencian Berbasis Agama

2 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Gerakan KUPI

    Berjalan Bersama, Menafsir Bersama: Epistemic Partnership dalam Tubuh Gerakan KUPI

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kisah Jun-hee dalam Serial Squid Game dan Realitas Perempuan dalam Relasi yang Tidak Setara

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ISIF akan Gelar Halaqoh Nasional, Bongkar Ulang Sejarah Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kholidin, Disabilitas, dan Emas : Satu Tangan Seribu Panah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Islam Memuliakan Orang yang Bekerja

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Bekerja itu Ibadah
  • Menemukan Wajah Sejati Islam di Tengah Ancaman Intoleransi dan Diskriminasi
  • Jangan Malu Bekerja
  • Yang Benar-benar Seram Itu Bukan Hidup Tanpa Nikah, Tapi Hidup Tanpa Diri Sendiri
  • Islam Memuliakan Orang yang Bekerja

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID