• Login
  • Register
Kamis, 19 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Esensi Insan Kamil; Bersatunya Maskulinitas dan Feminitas

Halimah Garnasih Halimah Garnasih
23/08/2022
in Hikmah
0
Esensi Insan Kamil; Bersatunya Maskulinitas dan Feminitas

Ilustrasi: pixabay[dot]com

416
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.Id-Berikut penjelasan tentang esensi insan kamil, teori yang dikembangkan para sufi falsafi. Sejatinya esensi dari insan kamil (manusia sempurna) ialah yang menyadari tentang eksistensi dirinya dalam kesatuan antara maskulinitas dan feminitas.

Dulu, dulu sekali, saat masa kesantrianku, aku kerap berjalan menuju sekolahan, Madrasah Tsanawiyah, dengan melamun.

Dalam lamunanku itu, aku bertanya-tanya apa sih tujuan aku hidup ini? Apa tujuan hidup itu sendiri? Apa maksud Tuhan menciptakanku?

Masa itu, setiap aku bertanya pada para ustaz-ustazah ataupun para Bu Nyai dan Kiaiku, tiada jawaban yang benar-benar memuaskanku. Tidak ada jawaban yang benar-benar membuat kegelisahan yang menangkupi batinku lumer, lenyap, terbang. Tidak ada. Atau barangkali belum ada.

Aku melihat teman-teman perempuanku yang lulus bahkan banyak juga yang belum lulus dari pesantren dipertemukan dengan sebuah pilihan bernama ‘pernikahan’.

Baca Juga:

Kesalehan Perempuan di Mata Filsuf Pythagoras

Menyulam Spiritualitas dan Rasionalitas: Belajar Menyebut Nama Tuhan dari Perempuan Abad 16

Kisah Rumi, Aktivis, dan Suara Keledai

Tasawuf Perspektif Buya Syakur Yasin

Aku tengok ke sana, di tengah rumah tangga mereka, barangkali aku menemukan jawaban kegelisahanku di sana. Tapi tidak jua aku jumpai. Bahkan, di beberapa kasus, sungguh aku menaruh rasa kasihan kepada mereka.

Teman-teman perempuanku yang masih sangat belia, namun harus menanggung beban rumah tangga yang sama sekali tak diketahui apa itu rumah tangga? Siapa itu suami?

Sampai pergulatan hidup menghantarkanku pada dunia yang fokus dengan isu-isu perempuan. Potongan-potongan hidup yang prosesnya harus aku lalui, dan dinamisasinya mesti aku cecapi.

Bukan tanpa alasan saat aku menggunakan teori dekonstruksi dan post-strukturalisme dalam mendedah antologi cerpen Nawal Sa’dawy dalam penyusunan skripsiku.

Di sana, bersamaan teori yang aku pakai, aku tawarkan bahwa potensi maskulinitas bukan hanya milik lelaki, dan potensi feminitas bukan hanya milik perempuan. Keduanya, pada diri perempuan dan laki-laki menjadi idealitas adanya.

Kegelisahanku lamat-lamat terurai semenjak ngaji filsafat di Masjid Jendral Sudirman yang berada di Jalan Colombo Yogyakarta. Menyisa kegelisahan berkerak saja.

Belajar mendalami tasawuf, kegelisahanku terdedah purna. Aku jadi tahu bahwa tujuan manusia hidup adalah untuk menjadi insan kamil.

Hal yang menjadi paling dasar menujunya adalah mengoptimalkan potensi ‘jamaliyah’ dan ‘jalaliyah’ Tuhan dalam diri kita. Potensi ‘feminitas’ dan ‘maskulinitas’. Dalam teologi Cina, ini juga dikenal dengan ‘yin’ dan ‘yang’.

“Esensi tujuan hidup manusia baik laki-laki maupun perempuan adalah menjadi insan kamil, yaitu manusia yang dapat menyatukan sisi ilahiah ‘jamal’ dan ‘jalal’ menuju ‘kamal’,” begitu redaksi keilmuan yang aku baca.

Semua itu, tujuannya, agar sifat ‘jamaliyah’ dan ‘jalaliyah’ Tuhan maksimal menyelimuti diri manusia. Baik laki-laki maupun perempuan. Agar, tugas manusia sebagai ‘khalifatullah’ di muka bumi ini terjamah dengan potensi dan kerja-kerja yang maksimal pula.

Kini, aku mulai bisa bernafas lega. Mulai bisa menatap kehidupan dengan indah. Dan tentu saja, mulai siap untuk melakukan tugas manusia di atas kehidupan ini. Menjadi khalifatullah dalam balutan ibadah hanya kepada-Nya.[]

Tags: femininitasfilsafatinsan kamiljalaliyahjamaliyahMadrasahmaskulinitasperenungantasawufyangyin
Halimah Garnasih

Halimah Garnasih

Membaca dan menulis adalah kekasih. Jatuh cinta pada sastra, filsafat, wacana perempuan, dan kemanusiaan. Santri ngaji filsafat (MJS) Masjid Jendral Sudirman Yogyakarta.

Terkait Posts

Perkawinan

Perkawinan Bukan Perbudakan: Hak Kemandirian Perempuan dalam Rumah Tangga

19 Juni 2025
Pasangan Hidupnya

Jangan Rampas Hak Perempuan Memilih Pasangan Hidupnya

19 Juni 2025
Kekerasan dalam

Saatnya Mengakhiri Tafsir Kekerasan dalam Rumah Tangga

18 Juni 2025
Pemukulan

Nabi Tak Pernah Membenarkan Pemukulan Terhadap Perempuan

18 Juni 2025
Rumah Tangga yang

Teladan Nabi dalam Rumah Tangga: Menolak Kekerasan, Memanusiakan Perempuan

16 Juni 2025
Kehidupan Rumah Tangga

Belajar dari Kehidupan Rumah Tangga Nabi: Menyelesaikan Konflik Tanpa Kekerasan

16 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Sister in Islam

    Doa, Dukungan dan Solidaritas untuk Sister in Islam (SIS) Malaysia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Berproses Bersama SIS Malaysia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nelayan Perempuan Madleen, Greta Thunberg, dan Misi Kemanusiaan Palestina

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Dr. Nur Rofiah Tegaskan Pentingnya Mengubah Cara Pandang untuk Hentikan Kekerasan Seksual pada Anak

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nabi Tak Pernah Membenarkan Pemukulan Terhadap Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Tastefully Yours : Membongkar Konstruksi Sosial dari Dapur
  • Perkawinan Bukan Perbudakan: Hak Kemandirian Perempuan dalam Rumah Tangga
  • Ibnu Khaldun sebagai Kritik atas Revisi Sejarah dan Pengingkaran Perempuan
  • Jangan Rampas Hak Perempuan Memilih Pasangan Hidupnya
  • Lelaki Patriarki : Bukan Tidak Bisa tapi Engga Mau!

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID