• Login
  • Register
Kamis, 3 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Tasawuf Perspektif Buya Syakur Yasin

Tasawuf bukanlah jalan untuk mencari kesaktian atau keistimewaan tertentu, tetapi lebih kepada proses penyucian diri dan memahami hati.

Manggala Kayan Manggala Kayan
28/03/2025
in Personal
0
Syakur Yasin

Syakur Yasin

644
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Kita sudah pernah dengar belum kata Tasawuf? Yuk kita belajar tentang Tasawuf untuk mendapatkan jalan spiritual dengan bimbingan yang benar. Kali ini kita belajar tasawuf perspektif Buya Syakur dalam Kanal YouTube KH Buya Syakur Yasin MA dengan judul inti Tasawuf-Buya Syakur.

Secara umum, Tasawuf merupakan cabang dalam Islam yang menekankan pendekatan spiritual dan penyucian diri untuk mendekatkan diri kepada Allah. Dalam ceramahnya, KH Buya Syakur Yasin MA membahas berbagai perspektif terkait tasawuf. Termasuk pentingnya sanad dalam belajar, peran mursyid, serta bagaimana seseorang bisa menjalani perjalanan spiritual dengan benar.

Ada pandangan yang mengatakan bahwa seseorang harus memiliki sanad (mata rantai keilmuan) dalam belajar tasawuf. Sementara ada pula yang berpandangan bahwa seseorang dapat langsung berhubungan dengan Allah tanpa perantara. Buya Syakur menekankan bahwa pencarian ilmu, terutama dalam bidang spiritual, harus kita lakukan dengan bimbingan yang tepat agar tidak tersesat.

Pentingnya Bimbingan dalam Tasawuf

Dalam dunia tasawuf, ada pepatah yang mengatakan bahwa “barang siapa belajar ilmu tanpa guru, maka gurunya adalah setan.” Hal ini menunjukkan bahwa perjalanan spiritual bukanlah sesuatu yang bisa kita lakukan sendiri tanpa bimbingan.

Bahkan Nabi Ibrahim AS pun diuji oleh setan yang mengaku sebagai Tuhan, sehingga menunjukkan bahwa perjalanan mencari kebenaran sering kali penuh dengan tipu daya dan ujian. Oleh karena itu, seorang mursyid (guru spiritual) memiliki peran penting dalam membimbing muridnya agar tidak tersesat.

Baca Juga:

Tafsir Sakinah

Islam Menolak Kekerasan, Mengajarkan Kasih Sayang

Kesalehan Perempuan di Mata Filsuf Pythagoras

Kisah Ibunda Hajar dan Sarah dalam Dialog Feminis Antar Agama

Namun, Buya Syakur juga memperingatkan bahwa tidak semua mursyid adalah benar-benar pembimbing yang lurus. Ada banyak yang mengaku sebagai mursyid tetapi justru membawa muridnya ke jalan yang salah. Banyak di antara mereka yang akhirnya tergoda oleh kesaktian dan keajaiban duniawi seperti mencari benda-benda mistis, menggandakan uang, atau praktik yang jauh dari ajaran Islam yang murni.

Oleh karena itu, bukan murid yang seharusnya mencari mursyid, melainkan mursyid sejati yang akan mencari murid yang benar-benar memiliki niat untuk mendekatkan diri kepada Allah.

Standar dalam Memilih Mursyid

Salah satu cara untuk menilai keabsahan seorang mursyid adalah dengan melihat bagaimana ia menjalankan syariat. Islam menekankan bahwa sebelum masuk ke dalam ranah spiritual yang lebih dalam, seseorang harus memahami dan mengamalkan dasar-dasar syariat seperti salat, puasa, dan memahami hukum-hukum fikih dengan benar.

Mursyid yang tidak menjalankan syariat dengan baik, tidak bisa membaca Al-Qur’an dengan benar, atau tidak memahami hukum-hukum Islam sebaiknya tidak kita ikuti.

Buya Syakur memberikan perumpamaan bahwa seseorang yang ingin masuk ke dalam rumah harus melewati pintu, bukan melalui jendela. Jika ada orang yang ingin mencapai kedalaman spiritual tanpa melewati syariat, maka ia bisa dianggap sebagai “maling” dalam agama, seperti perumpaan seseorang yang masuk rumah lewat jendela. Oleh karena itu, syariat harus kita jalankan dengan baik sebagai pintu gerbang menuju jalan tasawuf yang benar.

Menjadi Wali Bukanlah Tujuan Akhir

Dalam diskusi ini, Buya Syakur juga menekankan bahwa tujuan utama dari tasawuf bukanlah untuk menjadi wali atau memiliki kesaktian tertentu. Ada kasus-kasus di mana seseorang yang awalnya pendosa besar seperti perampok atau pemabuk akhirnya menjadi wali, seperti kisah Rabi’ah al-Adawiyah. Namun, kasus seperti ini sangat jarang terjadi dan bukan sesuatu yang bisa kita jadikan acuan dalam menjalani kehidupan spiritual.

Yang lebih penting adalah bagaimana seseorang mempersiapkan diri agar layak menerima karunia dari Allah Swt. Hal ini kita lakukan dengan cara mendisiplinkan diri dalam menjalankan syariat, memperbaiki akhlak, dan memiliki kesadaran spiritual yang tinggi. Doa memang penting, tetapi lebih penting lagi adalah bagaimana seseorang menyiapkan dirinya agar doa tersebut dikabulkan oleh Allah Swt.

Mujalasah dan Dialog dengan Diri Sendiri

Buya Syakur juga menjelaskan konsep “mujalasah”, yaitu bagaimana seseorang sebaiknya lebih banyak berdialog dengan diri sendiri dan hatinya. Dalam Islam, hati memiliki peran penting sebagai pusat kejujuran.

Sementara otak sering kali mencari pembenaran dan alasan untuk membenarkan kesalahan, hati tidak pernah berbohong. Oleh karena itu, dalam tasawuf, introspeksi dan mendengarkan suara hati menjadi bagian penting dalam perjalanan spiritual seseorang.

Seseorang yang tidak bisa berdamai dengan hati dan pikirannya sendiri akan mengalami kesulitan dalam mencapai ketenangan batin. Hal ini diibaratkan seperti pertengkaran antara hati dan otak yang jika tidak terselesaikan akan membuat seseorang sulit tidur dan gelisah. Ketika hati dan pikiran telah berdamai, barulah seseorang bisa mencapai ketenangan sejati dalam hidupnya.

Tasawuf dan Kecerdasan

Selain itu, Buya Syakur juga menekankan bahwa seorang wali atau seseorang yang berada di jalan tasawuf tidak boleh menjadi orang yang bodoh. Wali bukan hanya sekadar orang yang berzikir dan melakukan ritual keagamaan, tetapi juga seseorang yang memiliki wawasan luas tentang dunia.

Pemahaman tentang ekonomi, politik, dan perkembangan sosial juga penting agar seseorang tidak menjadi naif dalam menghadapi kehidupan sehari-hari. Maka dari itu, mencari ilmu tidak hanya terbatas pada ilmu agama, tetapi juga mencakup ilmu-ilmu lain yang dapat membantu seseorang menjalani kehidupannya dengan lebih baik.

Tasawuf adalah jalan spiritual yang bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt, tetapi harus kita jalani dengan benar dan tidak asal-asalan. Belajar tanpa bimbingan guru yang sahih bisa membuat seseorang tersesat, tetapi memilih guru yang salah juga berbahaya.

Pada dasarnya, standar utama dalam memilih mursyid adalah memastikan bahwa mereka menjalankan syariat dengan benar. Selain itu, tasawuf bukanlah jalan untuk mencari kesaktian atau keistimewaan tertentu, tetapi lebih kepada proses penyucian diri dan memahami hati.

Di sisi lain, seseorang yang ingin mendalami tasawuf harus memiliki wawasan luas, tidak hanya dalam hal agama tetapi juga dalam aspek kehidupan lainnya. Dengan begitu, perjalanan spiritual tidak hanya membawa manfaat bagi diri sendiri tetapi juga bagi orang lain.

Akhirnya, perjalanan tasawuf sejati adalah tentang bagaimana seseorang bisa hidup selaras dengan syariat, memiliki hati yang bersih, dan menggunakan akalnya dengan baik untuk mencapai kehidupan yang lebih bermakna di dunia dan akhirat. []

 

 

Tags: HakikatislamMakrifatSufiSyakur YasinSyariattasawuf
Manggala Kayan

Manggala Kayan

Mahasiswa PascaSarjana Magister Studi Islam UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Ia pun Alumni Institut Studi Islam Fahmina. Ia terus belajar dan belajar menulis. Saling terhubung Ig @Manggala_kayan.

Terkait Posts

Vasektomi

Vasektomi, Gender, dan Otonomi Tubuh: Siapa yang Bertanggung Jawab atas Kelahiran?

2 Juli 2025
Narasi Pernikahan

Pergeseran Narasi Pernikahan di Kalangan Perempuan

1 Juli 2025
Toxic Positivity

Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman

30 Juni 2025
Second Choice

Women as The Second Choice: Perempuan Sebagai Subyek Utuh, Mengapa Hanya Menjadi Opsi?

30 Juni 2025
Tradisi Ngamplop

Tradisi Ngamplop dalam Pernikahan: Jangan Sampai Menjadi Beban Sosial

29 Juni 2025
Humor Seksis

Tawa yang Menyakiti; Diskriminasi Gender Di Balik Humor Seksis

26 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Marital Rape

    Ketika Istilah Marital Rape Masih Dianggap Tabu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Fokus Potensi, Difabel Bukan Objek Konten Kesedihan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Perceraian Begitu Mudah untuk Suami?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hak dan Kewajiban Laki-laki dan Perempuan dalam Fikih: Siapa yang Diuntungkan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Meninjau Ulang Cara Pandang terhadap Orang yang Berbeda Keyakinan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Bisnis Mentoring Poligami: Menjual Narasi Patriarkis atas Nama Agama
  • Hak dan Kewajiban Laki-laki dan Perempuan dalam Fikih: Siapa yang Diuntungkan?
  • Fokus Potensi, Difabel Bukan Objek Konten Kesedihan!
  • Mengapa Perceraian Begitu Mudah untuk Suami?
  • Ketika Istilah Marital Rape Masih Dianggap Tabu

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID