• Login
  • Register
Rabu, 9 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah

Feminisme, Agenda Kesalingan untuk Peradaban Berkeadilan

Semangat feminisme ada pada kemanusiaan perempuan, yang dalam sejarah peradaban patriarki mengalami peminggiran sebagai si Liyan

Moh. Rivaldi Abdul Moh. Rivaldi Abdul
07/12/2023
in Tak Berkategori
0
Kesalingan

Kesalingan

802
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Sewaktu men-scroll Tiktok, tiba-tiba saya melihat scene dari film Cars 1 yang menampilkan adegan kesalingan. McQueen yang sudah hampir mencapai garis finis, malah berbalik membantu The King yang tengah kecelakaan. Dia mendorong The King, sehingga dapat sampai ke garis finis bersamanya.

Akibat aksi itu, McQueen gagal memenangkan Piala Piston. Kata The King, “Kaumenyerahkan Piala Pistonmu begitu saja.” Kerennya, McQueen tak menyesal. Dia malah bangga dengan aksinya. Dia berkata, “Ah, mobil balap tua yang suka ngomel (Doc Hudson) pernah bilang padaku kalau, itu cuma piala kosong.”

Masih terbayang oleh McQueen ketika Doc Hudson bertanya padanya; “Kapan kau peduli dengan sesuatu yang bukan dirimu sendiri? Sebutkan satu kali saja!” Perkataan yang menyadarkan McQueen kalau hidup ini tak melulu soal persaingan. Tidak selalu soal menjadi si paling…. Hidup juga tentang kesalingan. Tentang menjadi kita yang saling….

Scene di atas mungkin tidak ada hubungannya dengan agenda feminisme. Cars juga memang bukan film yang spesifik mengangkat isu kesetaraan gender. Namun, prinsip hidup kesalingan yang menjadi pesan dalam adegan itu termasuk nilai dalam agenda feminisme. Bentuk relasi saling dalam kehidupan yang baik bagi semua pihak.

Ilusi Biner Patriarki

Dalam peradaban patriarki, laki-laki dan perempuan seakan terprogram untuk beroposisi biner. Di mana, ideologi gender maskulin menuntut laki-laki untuk berkompetisi, dalam agenda mengalahkan perempuan. Kenapa begitu? Ya, agar laki-laki mampu mendapatkan dan mempertahankan maklumat penuh atas kejantanan (kehebatan). Kalau sampai si laki-laki kalah dari perempuan yang feminin, hm, harga diri kemaskulinan tercoreng.

Baca Juga:

Benarkah Feminisme di Indonesia Berasal dari Barat dan Bertentangan dengan Islam?

Perbedaan Feminisme Liberal dan Feminisme Marxis

Herland: Membayangkan Dunia Tanpa Laki-laki

Dr Nahla Shabry: Qawwamun bukan Pemimpin yang Mendominasi Perempuan

Oleh karena itu, laki-laki harus selalu menjadi si paling. Ketika dia malah kalah dari perempuan, maka berbagai bentuk ketidakterimaan pun muncul. Misalnya, melabeli perempuan sebagai “ras terkuat di bumi.” Ini bukan pengakuan, melainkan lebih ke kejengkelan kalah adu pamor dengan perempuan.

Agenda superioritas gender maskulin dapat memunculkan perlawanan dari si feminin. Sesuatu yang wajar, sebab siapa juga yang mau jadi objek paten (budak) peradaban. Perempuan terdorong melawan penindasan atas dirinya. Sepanjang sejarah manusia perlawanan perempuan sudah banyak contohnya.

Yang jadi pertanyaan adalah siapa lawannya? Jika jawabanmu adalah laki-laki, maka patriarki sukses menjebakmu dalam ilusi biner pertentangan antara si maskulin dan feminin. Kamu terjebak dalam konstruksi patriarki bahwa seakan-akan laki-laki dan perempuan diciptakan berbeda adalah to compete bukan to complete.

Masih Terjebak Ilusi Biner Patriarki

Banyak yang sering salah paham terhadap feminisme. Mengira kalau feminisme sebagai agenda perempuan melawan laki-laki. Padahal feminisme hadir bukan dalam rangka membangun budaya persaingan baru. Dia hadir justru untuk menghancurkan budaya kepalingan (persaingan) lama, agar wujud peradaban kesalingan yang berkeadilan.

Dalam hal ini, semangat feminisme ada pada kemanusiaan perempuan yang dalam sejarah peradaban patriarki mengalami peminggiran sebagai si Liyan. Jadi, bukan pada agenda melawan kaum laki-laki. Sebab, lawan feminisme bukan laki-laki, melainkan konstruksi patriarki. Biang kesenjangan yang menciptakan paradigma peradaban non-berkeadilan.

Jika cara kita melihat agenda feminisme terjebak pada kerangka persaingan perempuan melawan laki-laki, sebenarnya kita masih ada dalam ilusi biner patriarki. Sebab, kita hanya ingin mengganti subjek peradaban dari laki-laki menjadi perempuan. Artinya, masih akan ada pihak inferior untuk menjadi objek. Belum sepenuhnya peradaban adil gender yang menjadikan semua pihak, sekalipun tidak punya power, sebagai subjek.

Kesalingan untuk Peradaban Berkeadilan

Saya ingin mengutip apa yang Nadya Karima Melati jelaskan dalam Membicarakan Feminisme. Katanya, “Hal yang harus diutamakan dalam feminisme adalah sifatnya yang nonkompetitif, artinya ia tidak bekerja berdasarkan persaingan, melainkan kolaborasi dalam sebuah masyarakat yang adil gender.”

Jadi, dalam agenda feminisme, laki-laki bukan lawan, melainkan mitra dalam melawan peradaban yang tidak berkeadilan. Tentu syarat kemitraan ini adalah nalar kesalingan, bukan kepalingan.

Jika nalar kita masih berdasarkan kepalingan, maka kerja kesetaraan gender bakal terpandang sebagai agenda menyuperiorkan perempuan dan menginferiorkan laki-laki. Sebab, kita melihat sesuatu selalu berdasarkan kacamata persaingan. Akibatnya, kita terjebak pada nalar vis a vis antara laki-laki dan perempuan.

Namun dalam nalar kesalingan adalah sebaliknya. Alih-alih terjebak dalam lingkaran persaingan, kita terdorong untuk saling peduli dan membantu dalam kehidupan bersama.

Dalam kacamata ini, kerja feminisme terpandang sebagai agenda bersama, sebab perempuan dan laki-laki membangun relasi to complete. Bukan dalam rangka menyuperiorkan atau menginferiorkan pihak tertentu. Melainkan untuk mewujudkan kehidupan yang berkeadilan bagi semua pihak. []

Tags: Agenda FeminisfeminismePeradaban BerkeadilanRelasi KesalinganRelasi Saling
Moh. Rivaldi Abdul

Moh. Rivaldi Abdul

S1 PAI IAIN Sultan Amai Gorontalo pada tahun 2019. S2 Prodi Interdisciplinary Islamic Studies Konsentrasi Islam Nusantara di Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Sekarang, menempuh pendidikan Doktoral (S3) Prodi Studi Islam Konsentrasi Sejarah Kebudayaan Islam di Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Terkait Posts

Seksualitas

Ketika Perempuan Tak Punya Hak atas Seksualitas

9 Juli 2025
Tubuh Perempuan

Mengebiri Tubuh Perempuan

9 Juli 2025
Pengalaman Biologis Perempuan

Mengapa Pengalaman Biologis Perempuan Membatasi Ruang Geraknya?

9 Juli 2025
Perjanjian Pernikahan

Perjanjian Pernikahan

8 Juli 2025
Kemanusiaan sebagai

Kemanusiaan sebagai Fondasi dalam Relasi Sosial Antar Manusia

8 Juli 2025
Kodrat Perempuan

Meruntuhkan Mitos Kodrat Perempuan

8 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Perempuan Lebih Religius

    Mengapa Perempuan Lebih Religius Daripada Laki-laki?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Relasi Imam-Makmum Keluarga dalam Mubadalah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Pengalaman Biologis Perempuan Membatasi Ruang Geraknya?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengebiri Tubuh Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sadar Gender Tak Menjamin Bebas dari Pernikahan Tradisional

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Melawan Perundungan dengan Asik dan Menyenangkan
  • Ketika Perempuan Tak Punya Hak atas Seksualitas
  • Relasi Imam-Makmum Keluarga dalam Mubadalah
  • Mengebiri Tubuh Perempuan
  • Mengapa Perempuan Lebih Religius Daripada Laki-laki?

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID