• Login
  • Register
Selasa, 17 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Fenomena #KaburAjaDulu: Gus Nadir, Brain Drain, dan Harapan untuk Negeri

Gus Nadir: Meskipun Indonesia tidak sempurna, bukan berarti negeri ini harus ditinggalkan.

Ibnu Fikri Ghozali Ibnu Fikri Ghozali
20/02/2025
in Publik
0
#KaburAjaDulu

#KaburAjaDulu

1.9k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Belakangan ini, media sosial di Indonesia diramaikan dengan tagar #KaburAjaDulu, sebuah tren yang mencerminkan keresahan anak muda terhadap situasi sosial, ekonomi, dan politik dalam negeri. Fenomena ini berakar dari keinginan banyak generasi muda untuk mencari peluang yang lebih baik di luar negeri, baik dalam pendidikan maupun karier.

Banyak yang melihat negara lain sebagai tempat dengan masa depan yang lebih menjanjikan, baik dari segi kesejahteraan ekonomi, lingkungan kerja yang lebih profesional, hingga kebebasan berekspresi yang lebih terjamin.

Tren ini bukan sekadar fenomena media sosial belaka. Tetapi juga mencerminkan realitas brain drain, yaitu kondisi ketika individu-individu berbakat dan terampil lebih memilih meninggalkan tanah air demi mencari peluang di luar negeri.

Dalam jangka panjang, fenomena ini bisa membawa dampak signifikan bagi Indonesia, baik secara ekonomi maupun sosial. Namun, apakah meninggalkan negeri sendiri benar-benar menjadi solusi? Ataukah kita seharusnya justru melihat fenomena ini sebagai tantangan untuk membangun Indonesia yang lebih baik?

Faktor Pendorong Memilih ke Luar Negeri

Ada beberapa faktor yang mendorong generasi muda untuk lebih memilih pergi ke luar negeri daripada menetap dan membangun Indonesia. Pertama, ketimpangan ekonomi dan kurangnya kesempatan kerja di dalam negeri membuat banyak anak muda merasa sulit mendapatkan pekerjaan yang layak.

Upah yang rendah, lapangan kerja yang tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan, hingga minimnya kesejahteraan tenaga kerja menjadi alasan utama. Beberapa negara lain menawarkan gaji yang lebih kompetitif, perlindungan tenaga kerja yang lebih baik, serta jalur karier yang lebih menjanjikan.

Kedua, ketidakpastian politik dan kebijakan yang tidak berpihak kepada anak muda juga menjadi faktor pendorong brain drain. Banyak generasi muda merasa kecewa dengan kebijakan pemerintah yang tidak memberikan ruang bagi mereka untuk berkembang. Isu korupsi, birokrasi yang berbelit, hingga kebijakan ekonomi yang kurang mengakomodasi pengusaha muda membuat mereka merasa lebih sulit bertahan di tanah air.

Baca Juga:

Two State Solution: Solusi Perdamaian bagi Palestina-Israel atau Tantangan Integritas Nasional Terhadap Pancasila?

Tauhid secara Sosial

Prinsip Keadilan Sosial dalam Ajaran Islam

3 Faktor Sosial yang Melanggengkan Terjadinya KDRT

Ketiga, lingkungan yang tidak mendukung inovasi dan kreativitas menjadi alasan lain mengapa banyak anak muda memilih kabur. Beberapa bidang pekerjaan, terutama yang berkaitan dengan sains, teknologi, dan seni, masih kurang mendapatkan perhatian serius di Indonesia. Banyak anak muda berbakat di bidang ini akhirnya memilih untuk bekerja di luar negeri, di mana apresiasi terhadap kreativitas dan inovasi lebih tinggi.

Keempat, standar hidup dan kualitas pendidikan di luar negeri juga menjadi daya tarik bagi mereka yang ingin meraih masa depan lebih baik. Kesejahteraan dan standar hidup di beberapa negara maju dianggap lebih baik dibandingkan Indonesia. Faktor seperti transportasi publik yang lebih baik, layanan kesehatan yang lebih terjangkau, serta kebebasan berekspresi yang lebih luas juga menjadi alasan banyak anak muda ingin tinggal di luar negeri.

Menilik Fenomena Brain Drain

Fenomena brain drain yang semakin meningkat tentu membawa dampak bagi Indonesia. Jika semakin banyak tenaga kerja berbakat yang memilih untuk meninggalkan Indonesia, negara ini bisa mengalami kesulitan dalam mengembangkan sektor-sektor strategis yang bergantung pada sumber daya manusia unggul. Kehilangan SDM berkualitas bisa berdampak pada lambatnya perkembangan teknologi dan industri dalam negeri.

Seperti yang Oded Stark jelaskan dalam bukunya The New Economics of Brain Drain: Tackling the Challenge of Globalization, “keputusan individu untuk bermigrasi bukan hanya didorong oleh faktor ekonomi semata, tetapi juga oleh harapan akan peningkatan kesejahteraan dan akses terhadap kesempatan yang lebih luas” (Stark, 2005, hlm. 42).

Selain itu, brain drain juga mengurangi jumlah sosok pemimpin muda yang visioner. Jika generasi muda terbaik lebih memilih meninggalkan Indonesia, maka negeri ini akan kehilangan sosok-sosok yang seharusnya menjadi pemimpin masa depan. Mereka yang seharusnya berkontribusi dalam membangun sistem yang lebih baik justru memilih untuk mengabdi di negeri orang.

Pandangan Gus Nadir

Di tengah ramainya perbincangan tentang #KaburAjaDulu, Gus Nadir (Nadirsyah Hosen), seorang cendekiawan Muslim yang aktif berdiskusi di media sosial, turut memberikan pandangannya. Dalam unggahan terbarunya, ia menyampaikan bahwa meskipun Indonesia tidak sempurna, bukan berarti negeri ini harus kita tinggalkan.

Menurut Gus Nadir, negeri ini ibarat ladang yang luas. Untuk menjadikannya subur, dibutuhkan orang-orang yang mau bekerja keras mengolahnya, bukan sekadar mereka yang mencari ladang lain yang sudah subur.

Pandangan ini mengingatkan kita bahwa meskipun tantangan di Indonesia besar, justru di situlah kesempatan bagi anak muda untuk menciptakan perubahan.

Tidak semua orang harus bertahan di Indonesia jika memang ada peluang lebih baik di luar negeri. Tetapi mereka yang memilih pergi seharusnya tetap memiliki semangat untuk berkontribusi bagi tanah air, baik dengan kembali membawa ilmu dan pengalaman baru maupun dengan memberikan kontribusi dari luar negeri.

Agar fenomena ini tidak menjadi ancaman bagi Indonesia, ada beberapa hal yang bisa dilakukan baik oleh pemerintah, masyarakat, maupun generasi muda itu sendiri. Pemerintah perlu membenahi sistem dan meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja agar para profesional tidak tergoda untuk meninggalkan Indonesia.

Jika Indonesia ingin mempertahankan talenta-talenta terbaiknya, maka perlu ada reformasi dalam berbagai sektor. Mulai dari kebijakan tenaga kerja, pendidikan, hingga insentif bagi mereka yang ingin berinovasi dan berkontribusi.

Ekosistem yang Mendukung Anak Muda

Selain itu, penting juga untuk mendorong ekosistem yang mendukung anak muda agar mereka merasa memiliki harapan untuk sukses di negeri sendiri. Pemerintah dan dunia usaha perlu menciptakan ekosistem yang lebih kondusif bagi anak muda untuk berkembang. Dengan mendukung startup, industri kreatif, dan inovasi teknologi, generasi muda akan lebih terdorong untuk membangun karier mereka di Indonesia.

Dari sisi individu, generasi muda juga perlu membangun mentalitas pejuang, bukan hanya pencari kesempatan. Anak muda perlu menyadari bahwa tantangan dalam negeri bisa menjadi peluang untuk menciptakan perubahan. Jika setiap individu hanya ingin mencari kenyamanan tanpa berusaha memperbaiki keadaan, maka negeri ini tidak akan pernah maju.

Bukan berarti merantau atau mencari pengalaman di luar negeri itu salah. Justru, pengalaman internasional bisa menjadi aset berharga bagi individu dan bagi Indonesia jika mereka kembali dengan wawasan dan keterampilan baru.

Namun, jika semua anak muda terbaik memilih untuk pergi dan tidak kembali, siapa yang akan membangun negeri ini? Indonesia memang belum sempurna, tetapi negeri ini akan selalu membutuhkan tangan-tangan yang mau bekerja keras, bukan sekadar mereka yang mencari ladang lain yang lebih subur. []

 

Tags: #KaburAjaDuluBrain DainGus NadirIndonesiapolitiksosial
Ibnu Fikri Ghozali

Ibnu Fikri Ghozali

Saat ini sedang menempuh pendidikan Pascasarjana di Prince of Songkla University, Thailand.

Terkait Posts

Raja Ampat

Tambang Nikel dan Masa Depan yang Terancam di Raja Ampat

17 Juni 2025
Raja Ampat yang

Melihat lebih Dekat Tradisi Sasi: Kearifan Lokal yang Melestarikan Laut Raja Ampat

16 Juni 2025
Tragedi Perkosaan Massal

Tragedi Perkosaan Massal Mei 1998 itu Nyata !!!

16 Juni 2025
Sejarah Perempuan

Penulisan Ulang Sejarah Indonesia: Peminggiran Sejarah Perempuan

16 Juni 2025
Tragedi Pemerkosaan

Negara Amnesia, Korban Masih Terjaga: Kami Menolak Lupa atas Tragedi Pemerkosaan 98

15 Juni 2025
Palestina-Israel

Two State Solution: Solusi Perdamaian bagi Palestina-Israel atau Tantangan Integritas Nasional Terhadap Pancasila?

14 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kesalehan Perempuan

    Kesalehan Perempuan di Mata Filsuf Pythagoras

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tragedi Perkosaan Massal Mei 1998 itu Nyata !!!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bagaimana Mewujudkan Perkawinan yang Kokoh dan Penuh Kasih Sayang?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pearl Eclipse: Potret Keberanian Perempuan Dalam Bela Negara

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Melihat lebih Dekat Tradisi Sasi: Kearifan Lokal yang Melestarikan Laut Raja Ampat

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Tambang Nikel dan Masa Depan yang Terancam di Raja Ampat
  • Melihat Istri Marah, Benarkah Suami Cukup Berdiam dan Sabar agar Berpahala?
  • Nabi Saw Memuliakan dan Menolak Semua Tindakan Kekerasan Terhadap Perempuan
  • Multitasking itu Keren? Mitos Melelahkan yang Membebani Ibu Rumah Tangga
  • Melihat lebih Dekat Tradisi Sasi: Kearifan Lokal yang Melestarikan Laut Raja Ampat

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID