• Login
  • Register
Senin, 19 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Fenomena Klitih dan Moralitas Generasi Penerus Bangsa

Klitih tentu saja menjadi fenomena yang meresahkan bagi masyarakat. Hal ini seakan memperlihatkan kepada kita bahwa moralitas harus selalu melekat dalam diri manusia

Mohamad Kamil Firdaus Mohamad Kamil Firdaus
06/04/2023
in Publik
0
Fenomena Klitih

Fenomena Klitih

909
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Fenomena klitih yang terjadi di Yogyakarta dan Magelang beberapa waktu lalu sempat menyita perhatian publik. Kasus ini melibatkan pelajar yang masih duduk di bangku sekolah. Dalam menjalankan aksinya, pelaku biasanya membawa senjata tajam dengan mengendarai motor. Mereka biasanya menyerang kelompok atau geng di luar diri mereka. Bahkan dalam beberapa kasus, bisa menyerang warga masyarakat yang kebetulan melintas di sekitar mereka.

Klitih tentu saja menjadi fenomena yang meresahkan bagi masyarakat. Hal ini seakan memperlihatkan kepada kita bahwa moralitas harus selalu melekat dalam diri manusia dan harus menjadi bagian hidup. Terutama generasi muda di lingkungan kita.

Sebelum berbicara lebih jauh agaknya penting mengetahui terlebih dulu apa yang kita maksud dengan moral. Istilah moral secara etimologis, berasal dari bahasa latin mos yang berarti kebiasaan, adat-istiadat. Sedangkan, moral dalam bahasa Indonesia saya maknai sebagai aturan kesusilaan. Dengan demikian, moral dapat kita definisikan sebagai nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pedoman bagi individu atau kelompok dalam hidup bermasyarakat dan bernegara.

Pentingnya Nilai Moralitas

Menurut Emile Durkheim, sosiolog terkemuka yang menaruh minat terhadap pendidikan moral. Melalui buku berjudul “Pendidikan Moral” (Durkheim, 1990) berpendapat bahwa moralitas mempunyai peran sangat penting, baik secara teori dan praktik.

Pertama, moralitas secara teori. Di mana setiap sistem hubungan manusia yang abadi harus kita lihat sebagai sifat moral secara intrinsik meliputi: unsur-unsur wajib memaksa tingkah laku, konsepsi bersama tentang yang baik, dan menjadi dasar kesatuan sosial. Kedua, moralitas dalam praktik menurut Durkheim dengan adanya moralitas sekular yang kuat (mutlak) memungkinkan terciptanya kesehatan nasional dan kelangsungan hidup rakyatnya.

Baca Juga:

Menyusui Anak Menjadi Tanggungjawab Moral Kemanusiaan

KUPI Meneguhkan Nilai-nilai Keislaman, Kebangsaan dan Kemanusiaan

Menggugat Moral Monisme: Menjaga Toleransi di Negara Multikultural

Haul ke-15 Gus Dur di Yogyakarta: Refleksi Kebijaksanaan dan Warisan Pemikiran untuk Bangsa

Meskipun pandangan umum menilai bahwa pendidikan moral adalah keluarga. Akan tetapi, Durkheim mempunyai pandangan berbeda. Menurutnya peranan sekolah dalam perkembangan moral memiliki pengaruh yang sangat besar. Jika sekolah tidak menyediakan pendidikan moral, maka seluruh aspek kebudayaan (sesuatu yang sangat penting) itu akan hilang.

Dengan kata lain, keluarga adalah tempat tepat dan efektif untuk membangkitkan dan mengatur perasaan-perasaan mendasar yang sederhana. Namun keluarga bukanlah lembaga yang kita dirikan dan bertujuan mendidik moralitas untuk memenuhi tuntutan-tuntutan masyarakat sebagaimana sekolah.

Generasi Penerus Bangsa

Terlepas dari sejauh mana peranan keluarga dan sekolah seperti yang saya sampaikan sebelumnya. Di era perkembangan teknologi yang serba canggih ini, tujuannya agar mampu memudahkan umat manusia dalam mengakses informasi.

Itu sebabnya, tanggung jawab terhadap kelangsungan generasi penerus bangsa tidak hanya kita bebankan kepada keterlibatan satu pihak saja. Melainkan membutuhkan kerjasama di antara keduanya yakni sebagai wadah menanamkan pendidikan moral dalam diri generasi penerus bangsa.

Oleh sebab itu, pendidikan moral sudah seharusnya menjadi bagian penting bagi manusia. Keterlibatan keluarga dan sekolah adalah hal penting yang harus terus kita lakukan demi menciptakan manusia atau generasi masa depan yang mempunyai moralitas baik.

Dari sudut pandang Islam, (Mutahhari, 1986) dalam buku Masyarakat dan Sejarah berpendapat bahwa penyimpangan apapun dari jalan benar kemanusiaan adalah kezaliman. Dengan demikian, segala tindakan yang tidak patut, perusakan, kemudaratan, dan tidak bermoral adalah bentuk penyimpangan terhadap moral itu sendiri.

Sementara bagi bangsa Indonesia, kepribadian atau wataknya sangat ditentukan oleh nilai-nilai moral yang berlandaskan pancasila. Menurut (Soeparno, 1992) dalam buku Rekayasa Pembangunan Watak dan Moral Bangsa menjelaskan bahwa tujuan moral bagi manusia Indonesia sebagai pengarah atas pengalaman pancasila dalam pembangunan, sekaligus juga sebagai perwujudan harkat dan martabat kepribadian luhur bangsa Indonesia. []

 

Tags: KebangsaanKlitihmoralpelajarYogyakarta
Mohamad Kamil Firdaus

Mohamad Kamil Firdaus

Alumnus Ilmu Sejarah Universitas Negeri Semarang

Terkait Posts

Inses

Grup Facebook Fantasi Sedarah: Wabah dan Ancaman Inses di Dalam Keluarga

17 Mei 2025
Dialog Antar Agama

Merangkul yang Terasingkan: Memaknai GEDSI dalam terang Dialog Antar Agama

17 Mei 2025
Inses

Inses Bukan Aib Keluarga, Tapi Kejahatan yang Harus Diungkap

17 Mei 2025
Kashmir

Kashmir: Tanah yang Disengketakan, Perempuan yang Dilupakan

16 Mei 2025
Nakba Day

Nakba Day; Kiamat di Palestina

15 Mei 2025
Nenek SA

Dari Kasus Nenek SA: Hukum Tak Lagi Melindungi yang Lemah

15 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kekerasan Seksual Sedarah

    Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia
  • Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama
  • KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version