Mubadalah.id – Jaringan GUSDURian bekerja sama dengan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta akan menggelar Festival Beda Setara (Festival BEST) tanggal 10 hingga 16 November 2024.
Berbagai rangkaian kegiatan disiapkan oleh panitia Festival Beda Setara, seperti forum belajar, pameran keberagaman, panggung budaya, bioskop rakyat, pasar UMKM, simposium, fun walk, hingga Haul Gus Dur ke-15.
Salah satu agenda inti di dalam rangkaian festival ini adalah Simposium Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (KBB) yang akan diadakan pada 14-15 November 2024.
Jay Akhmad, penanggung jawab Festival BEST menyebut bahwa simposium ini akan menjadi ruang untuk belajar dan memperoleh perspektif baru tentang KBB.
“Kami menghadirkan lima belas pemateri dari berbagai latar belakang yang akan memaparkan kondisi KBB di Indonesia. Baik di level akar rumput, jejaring, hingga kebijakan,” jelas Jay Akhmad.
Para pemateri berasal dari berbagai latar belakang, antara lain Direktur Pendis Kemenag RI Ahmad Zainul Hamdi, anggota DPR RI MY Esti Wijayati, jurnalis Andreas Harsono, pakar hukum Asfinawati, dan ulama perempuan Iklillah Muzayyanah. Pada acara simposium, putri pertama Gus Dur Alissa Wahid juga akan menyampaikan orasi ilmiahnya.
Menurut Jay Akhmad, kondisi keberagaman di Indonesia menghadapi berbagai tantangan. Di satu sisi, praktik keberagaman sudah menunjukkan kemajuan yang positif.
Berbagai kegiatan yang diadakan oleh organisasi kemasyarakatan hingga program moderasi beragama yang dilakukan oleh Kementerian Agama RI membawa dampak positif.
Namun tidak bisa dimungkiri bahwa masih ada beberapa peristiwa diskriminasi yang dialami oleh sebagian masyarakat Indonesia. Hal tersebut terlihat dari hasil riset yang dilakukan oleh GUSDURian, Wahid Foundation, PPIM Jakarta, SETARA Institute, dan lain sebagainya.
Berdialog
“Melalui simposium ini kami ingin membuka ruang bagi kita semua yang berasal dari berbagai latar belakang suku, agama. Juga termasuk budaya untuk bertemu dan berdialog. Kami percaya bahwa dialog adalah kunci dari terciptanya kesetaraan dan keadilan bagi semua sebagaimana telah Gus Dur contohkan,” ujarnya.
Semasa hidupnya, Gus Dur terkenal sebagai tokoh yang bisa menjadi jembatan bagi seluruh golongan masyarakat. Semangat inilah yang Jaringan GUSDURian pegang melalui Festival BEST.
Selain mendapat berbagai materi terkait KBB dari para ahli, para peserta juga penyelenggara ajak dalam diskusi untuk merumuskan rekomendasi terkait kebijakan dan langkah-langkah terwujudnya kondisi yang adil dan setara untuk semua. Diskusi tersebut terbuka bagi siapa saja untuk bersuara dan menyampaikan gagasannya.
Pembukaan pendaftaran Simposium KBB buka hingga 5 November 2024 melalui link s.id/undangansimposium. “Pendaftaran sewaktu-waktu bisa kami tutup apabila sudah memenuhi kuota yang ada,” terang Jay Akhmad. (Rilis)