Mubadalah.id – Look Both Ways jadi film yang masuk dalam top 10 Netflix pekan ini. Seperti judulnya “Look Both Ways” kita bakal diajak untuk melihat dari dua sudut pandang berbeda, kira-kira mana yang lebih baik?
Kalau kamu pernah menghayal sama bestie, Film Look Both Ways juga begitu gais. Adegan dibuka dengan percakapan dua orang bestie, yaitu Natalie Bennett (Lili Reinhart) dan Gabe (Danie Ramirez). Mereka berbicara soal mimpi pasca lulus kuliah.
Natalie sebagai lulusan ilustrasi, doi bahkan udah punya rencanan jangka panjang, kira-kira dalam 5 tahun kedepan dia bakalan melakukan apa saja untuk meraih mimpinya. Begitupun Gabe, anak band yang masih merintis, mungkin dalam 5 tahun kedepan, band Gabe udah seterkenal Queen lah, kira-kira gitu.
Oke, kita langsung membahas konflik saja ya tema-teman. Oke, jadi uniknya film Look Both Ways ini, konfliknya memang benar ada di awal scene. Di mana Natalie sama Gabe, mereka mencoba untuk “one night stand” tanpa baper dan hubungan yang legal.
Kita tau kan hubungan seks di luar pernikahan itu memang banyak kemungkinan akan terjadi hal-hal yang buruk. Lalu scene mulai berpindah ke malam dimana orang-orang pada merayakan pesta kelulusan, tapi Natalie sama temennya Cara (Aisha Dee) sibuk sama tespek kehamilan Natalie.
Jangan harap kita bakalan dikasih tau faktanya, apakah Natalie benar hamil atau enggak. Karena, ini Two Both Ways gais, dua kenyataan yang pasti bakalan terjadi.
Perspektif Perempuan
Yap, Film Two Both Ways emang menghadirkan perempuan sebagai pemeran utama. Otomatis pasti kita juga bakalan diajak untuk melihatnya menggunakan kacamata gender.
Scene Natalie positif hamil dan milih jadi ibu rumah tangga itu memanglah lebih berat, mulai dari nggak bisa pergi ke LA buat jadi ilustrator, lalu terpaksa numpang tinggal sama orang tuanya, kemudian belum lagi tanggung jawab untuk mengasuh bayi, berdamai sama bapaknya bayi, sampai harus gigit jari liat temen pada sukses.
Pastinya perjuangan seorang perempuan ketika menjadi ibu yang hamil, lalu mengurus anak itu lebih kerasa dari pada bapak.
Akhirnya, Natalie menyerah dan minta Gabe untuk mengurus anaknya.
Natalie juga butuh Girl’s Time sama temennya yang udah lebih dulu tinggal di LA. Natalie juga terpaksa harus pulang padahal baru sehari di LA, karena dia menitipkan anaknya sama pengasuh, yang Natalie aja enggak tau siapa orangnya. Semua ibu pasti merasakan kegelisahan yang sama kan?
Lalu scene mulai berpindah ke Natalie yang nggak hamil, apakah nggak ada tantangan? Oh tentu enggak gais. Kalau yang udah pada lulus kuliah, pasti pernah merasakan gimana struggling seorang pencari kerja? Hal demikian juga, Natalie rasakan. Sampai mau jajan minum aja dia harus beli yang murah supaya sangunya cukup sampe dia dapat kerja.
Industri ilustrasi kayaknya emang lebih inklusif ya, mungkin peluang antara ilustrator laki-laki dan perempuan itu sama aja. Tapi, Natalie sendiri ngaku kalau ini tuh industri yang keras, apalagi waktu bosnya mengatakan semua hasil kerjanya adalah plagiat, dan dia terpaksa harus berhenti.
Support Sistem dan Cinta
Kenyataan relatable dalam film ini adalah Natalie Bennett sebagai seniman tuh bukan wong sugih (orang kaya) gais, selain itu dia juga harus melihat kenyataan dengan kerja keras membangun koneksi dengan teman yang jauh, belum pada awalnya keluarga enggak bisa menerima.
Tapi cinta itu perlahan hadir di mana saat Natalie yakin dia bisa jadi film maker ilustrasi sukses dengan kehadiran orang terdekat. Saat Natalie jadi ibu rumah tangga, orang tua Natalie dan pasangan mulai berbagi peran dalam pengasuhan anak. Natalie bahkan menggunakan waktu istirahat malamnya untuk belajar bikin ilustrasi. Bahkan anaknya jadi inspirasi ilustrasinya yang sukses itu.
Saat Natalie memilih untuk enggak hamil, dia lebih punya banyak ruang untuk belajar bikin ilustrasi, Natalie juga bahkan masih punya waktu untuk hangout sama temennya. Tapi ada tantangan dalam mencari inspirasi.
Hal yang paling aku suka dari Film Two Both Ways adalah kedua kemungkinan Natalie enggak ada yang lebih baik atau lebih buruk. Pada akhirnya Natalie tetap baik-baik saja, dia menjadi seorang pembuat film animasi perempuan dengan segala konflik yang hadir, bahkan perempuan juga lah yang merasakan hal tersebut.
Natalie masih bisa sukses dengan punya anak atau tidak, semua itu dibuktikan dengan keinginan belajar yang giat buat meningkatkan skill. Memang positive vibes banget, dan kayaknya memang begitulah perempuan, jadi agen problem solving yang andal. []