• Login
  • Register
Minggu, 13 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Film Mom 2017 Pencarian Keadilan bagi Korban Kekerasan Seksual

Point akhir dari film ini menegaskan bahwa kelambananan penegak hukum dalam menjerat hukuman bagi para pelaku kekerasan seksual dapat melahirkan tindakan-tindakan kekerasan selanjutnya

Ainul Luthfia Al Firda Ainul Luthfia Al Firda
02/08/2022
in Film
0
Korban Kekerasan Seksual

Korban Kekerasan Seksual

522
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Film Mom 2017,  adalah film thriller Bollywood yang resmi rilis tanggal 7 Juli 2017 di India. Film ini mengisahkan tentang perjuangan seorang ibu tiri dalam mencari keadilan atas nama anaknya. Sebagai keluarga korban kasus kekerasan seksual ex perkosaan, sebagai seorang ibu dan perempuan tentu merasakan hal yang sama dengan apa yang anak gadisnya alami. Seperti pada perjuangan korban lainnya, perjalanan mencari keadilan selalu menemui duri-duri diskriminasi.

Suatu ketika Arya, seorang gadis yang sedang beranjak dewasa pergi dengan teman kelasnya untuk mengikuti pesta Valentine Day di Farm house.  Saat makan malam sedang berlangsung Arya meminta izin kepada orang tuanya untuk mengikuti acara tersebut. Karena adanya kekhawatiran dari pihak orang tua, Arya tidak mendapat izin. Akhirnya ia pun marah dan kesal karena tak boleh pergi. Melihat situasi tersebut Devki (Ibu) dan Arnand (ayah) mendiskusikannya kembali, dan akhirnya mereka mengizinkan Arya untuk mengikuti pesta Valentine Day.

Malam pesta Valentine akhirnya tiba, Arya langsung bergegas menyiapkan kostum terbaik untuk menghadiri pesta tersebut. Harapan dapat melepaskan penat dan kebahagiaan ternyata mendapat peristiwa naas yang menimpa Arya. Di tengah meriahnya pesta, ia mulai didekati, digoda hingga dilecehkan oleh seorang lelaki. Lelaki tersebut ialah orang yang menaruh perasaan terhadap Arya. Karena merasa tidak ada respon lelaki tersebut akhirnya membalas dendam kepada Arya dengan memperkosa secara masal bersama ketiga temannya.

Malam Valentine yang Menjadi Tragedi

Devki yang merasa gelisah karena Arya telat untuk pulang dan sudah 3 jam tidak merespon panggilannya. Ia pun akhirnya bergegas menemui Arya ke lokasi, namun hasil nihil dan akhirnya ia melaporkannya ke polisi. Setibanya di kantor polisi untuk meminta bantuan, ia justru menerima diskriminasi gender.

Pihak kepolisian menganggap normal apabila ada seorang remaja yang terlambat pulang saat perayaan Valentine Day. Menganggap bahwa seks bebas  sangat normal, perempuan dianggap murahan. Divki marah karena apa yang terlontarkan seorang polisi sangat jauh dari kepribadian anaknya. Bukannya terlindungi justru dijatuhkan oleh pelindung masyarakat.

Baca Juga:

Pentingnya Perspektif Keadilan Gender dalam Memahami Tafsir

Ketika Istilah Marital Rape Masih Dianggap Tabu

Kekerasan Seksual Bisa Dicegah Kalau Islam dan Freud Ngobrol Bareng

Korban KBGO Butuh Dipulihkan Bukan Diintimidasi

Sama halnya dengan orang tua pada umumnya, sebagai seorang ibu pasti mengalami keresahan apa bila anak gadisnya tidak kunjung pulang ke rumah. Arya yang dinyatakan hilang selama tiga hari dan ditemukan dalam keadaan sangat terluka, ia diperkosa secara masal oleh orang-orang bengis yang hadir di acara Valentine Day.

Kasih Seorang Ibu Tiri

Devki sebagaimana representasi ibu tiri yang selalu dianggap jahat justru menunjukkan sisi lain di mana ia sangat perhatian dengan apa yang telah menimpa anaknya. Devki sering mondar-mandir untuk mengurus kasus yang menimpa anaknya. Lagi-lagi bukan rahasia umum, proses persidangan selalu diwarnai kejanggalan di mana bukti-bukti korban yang kuat berhasil dibelokkan dan para pelaku berhak menghirup udara segar tanpa rasa bersalah.

Devki dan Arnand yang merasa kurang puas dengan putusan hakim ketua, mereka akhirnya kembali mengumpulkan bukti-bukti lain agar keadilan bagi anaknya dapat mereka peroleh. Mereka sama-sama melakukan perlawanan dengan mengumpulkan kembali bukti kuat yang mereka dapatkan. Kelambanan hukum dalam memberi putusan bagi pelaku sering membuat keinginan keluarga korban kekerasan seksual menyerah.

Melihat hal itu, Devki sebagai seorang guru cerdas selalu memiliki 1001 cara untuk melawan dan memberi pelajaran bagi pelaku.  Sebagaimana mengutip teori perlawanan Jamess Scot, perlawanan dapat kita tunjukkan secara terbuka atau tertutup.  Dan ia menlawan dengan cara terbuka karena ini menyangkut nasib anaknya, perempuan dan kebijakan hukum agar lebih terang. Perlawanan yang tidak hanya mengatas namakan individu melainkan atas nama korban kekerasan seksual.

Pelajaran dari Film Mom 2017

Orang tua tiri selalu diberi stigma dengan pandangan buruk. Kebiasaan yang dianggap kurang mampu menggantikan sosok pengganti baik ibu maupun ayah. Beberapa faktnya menunjukkan kebenaran karena namanya orang tua sambung jelas berbeda dengan orang tua kandung. Namun sosok Devki sebagai ibu sambung dari Artha ( korban) menunjukkan bahwa ibu sambung turut merasakan apa yang telah anaknya rasakan. Mulai dari suka, pilu, duka dan derita. Hal ini karena terbentuknya sisi emosional dari kedua belah pihak.

Devki juga menggambarkan tentang perjuangan seorang ibu, di mana ibu selalu menjadi garis terdepan untuk kebahagiaan anak dan keluarganya. Di dalam film ini, ia rela mengorbankan waktu hingga nyawa demi keadilan atas nama Artha. Karena lambannya pergerakan dari polisi dan ketidakberpihakan pengadilan dengan korban, Devki memilih untuk memberi efek jera kepada para pelaku dengan bekerja sama pada seorang detektif handal.

Point akhir dari film ini menegaskan bahwa kelambananan penegak hukum dalam menjerat hukuman bagi para pelaku kekerasan seksual dapat melahirkan tindakan-tindakan kekerasan selanjutnya. Mulai dari intimidasi keluarga, korban, teman, sekolah dan pihak-pihak lain yang berhubungan dengan korban.

Selain itu menjadi catatan agar perlindungan bagi korban kekerasan seksual selalu menjadi landasan awal. Agar keadilan dapat kita tegakkan. Tentunya dengan melakukan analisis kritis pada kedua belah pihak. Sebab hal ini dapat melahirkan regulasi pencegahan dan penanganan yang sesuai sasaran baik bagi korban maupun pelaku. Semoga bermanfaat dan terimakasih. []

Tags: Film Mom 2017keadilan genderKekerasan seksualperjuangan perempuanPerlindungan Korban
Ainul Luthfia Al Firda

Ainul Luthfia Al Firda

Ainul Luthfia Al Firda Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Focus pada kajian-kajian agama dan sosial

Terkait Posts

Film Sultan Agung

Peran Perempuan dan Perjuangannya dalam Film Sultan Agung

11 Juli 2025
Film Rahasia Rasa

Film Rahasia Rasa Kelindan Sejarah, Politik dan Kuliner Nusantara

6 Juli 2025
Squid Game

Kisah Jun-hee dalam Serial Squid Game dan Realitas Perempuan dalam Relasi yang Tidak Setara

3 Juli 2025
Nurhayati Subakat

Nurhayati Subakat, Perempuan Hebat di Balik Kesuksesan Wardah

26 Juni 2025
Film Animasi

Belajar Nilai Toleransi dari Film Animasi Upin & Ipin

22 Juni 2025
Film Azzamine

Film Azzamine: Ketika Bentuk Proteksi Orang Tua Kepada Anak Perempuan Disalahartikan

20 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Mas Pelayaran

    Kedisiplinan Mas Pelayaran: Refleksi tentang Status Manusia di Mata Tuhan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kala Kesalingan Mulai Memudar

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Merebut Kembali Martabat Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pentingnya Menempatkan Ayat Kesetaraan sebagai Prinsip Utama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Praktik Kesalingan sebagai Jalan Tengah: Menemukan Harmoni dalam Rumah Tangga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Pentingnya Perspektif Keadilan Gender dalam Memahami Tafsir
  • Merebut Kembali Martabat Perempuan
  • Kedisiplinan Mas Pelayaran: Refleksi tentang Status Manusia di Mata Tuhan
  • Kala Kesalingan Mulai Memudar
  • Hancurnya Keluarga Akibat Narkoba

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID