• Login
  • Register
Kamis, 10 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Kekerasan Seksual Bisa Dicegah Kalau Islam dan Freud Ngobrol Bareng

Islam dan Freud berpesan bahwa kekerasan seksual merupakan tindakan yang aneh secara psikologi dan lemah secara spiritual keimanan.

Achmad Sofiyul Achmad Sofiyul
26/06/2025
in Personal
0
Kekerasan Seksual

Kekerasan Seksual

1.5k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Rasa-rasanya kekerasan seksual semakin mengerikan dan sering kita jumpai di Indonesia, bahkan seminggu sekali. Banyak tipe kekerasan seksual yang terjadi yang berbentuk pelecehan seksual secara fisik dan verbal.

Jika merujuk pasal 4 UU TPKS tepat Pasal 4 ayat (1) UU TPKS, berikut sebagian jenis kekerasan seksual : pelecehan seksual nonfisik, yaitu pernyataan, gerak tubuh, atau aktivitas yang tidak patut dan mengarah kepada seksualitas dengan tujuan merendahkan atau mempermalukan; pelecehan seksual fisik, pemaksaan kontrasepsi, pemaksaan sterilisasi, dan sebagainya.

Kekerasan seksual dapat dikatakan dengan tindakan manusia yang berakal hewan, tidak menggunakan akal dan nuraninya sebagai manusia bermartabat. Maka, kekerasan seksual bukan cuma soal nafsu, ini soal kekuasaan, ketimpangan, dan hilangnya rasa kemanusiaan. Ironisnya, tindakan tersebut makin marak dan menjamur dalam dinamika masyarakat yang katanya religius.

Ngomongin kekerasan seksual memang berat, apalagi kalau kita mau bahas dari sudut pandang agama dan psikologi sekaligus. Tapi justru dengan memahami kedua perspektif ini, kita bisa dapat gambaran yang lebih utuh tentang bagaimana mencegah dan menangani masalah yang kompleks ini.

Psikologi Kekerasan Seksual Ringkas Dari Sigmund Freud.

Perihal psikologi, Sigmun Freud merupakan nama yang jarang tidak kita jumpai. Ia mengatakan bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh dorongan bawah sadar, konflik internal, dan perkembangan psikoseksual.

Baca Juga:

Ketika Istilah Marital Rape Masih Dianggap Tabu

Difabel dan Kekerasan Seksual: Luka yang Sering Tak Dianggap

Dr. Nur Rofiah Tegaskan Pentingnya Mengubah Cara Pandang untuk Hentikan Kekerasan Seksual pada Anak

Sebuah Refleksi atas Kekerasan Seksual di Pesantren Disabilitas

Gagasannya yang epik itu selalu menjadi rujukan ketika berbicara psikologi manusia. Berikut gagasannya saya gambarkan dengan ringkas, sekalian menunjukkan analisis kekerasan seksual.

Teori Freud yang familiar adalah : struktur kepribadian, yang terdiri dari Id (dorongan mencari kepuasan instan) yang menyimpan libido dan agresi. Ego, mediator tindakan natural manusiawi untuk memenuhi Id. Superego, Moral compass yang berisi nilai-nilai dan norma.

Dalam konteks terjadinya kekerasan seksual, karena Id tak terkendali mengakibatkan dorongan seks dan agresif mendominasi. Sedangkan Ego melemah tidak mampu menahan impulse dari Id. Dan, Superego bermasalah karena menafikan norma-norma yang ada.

Sementara konsep perkembangan psikoseksual terdidik pada masa kecil. Menurut Freud, manusia itu sudah “seksual” sejak bayi tapi bukan dalam arti seksual orang dewasa, melainkan soal bagaimana kita menikmati dunia melalui tubuh (zona erotis) dan bagaimana konflik-konflik kecil sejak usia dini bisa berdampak besar di masa depan.

Jika dalam konteks ini, tindakan tersebut bisa terjadi karena fiksasi (rekaman) seseorang selalu terobsesi dengan seksual dan kekuasaan. Maka implikasinya pada saat menginjak umur dewasa (genital) bisa bikin seseorang sulit menyalurkan hasratnya secara dewasa, dan bisa berujung pada kekerasan seksual.

Bagaimana solusinya untuk mencegah hal demikian? Freud memberikan Winning Solution yang ringan. Solusinya yaitu berupa sublimasi tindakan negatif ke positif. Salurkan dorongan itu ke hal yang lebih aman dan bermanfaat kayak seni, olahraga, atau kegiatan spiritual. Jangan dibiarkan mendekam di dalam dan meledak di luar.

Pada intinya, dengan psikoanalisis freud dapat saya katakan ia mencegah dari dalam dan mengenali bawah kesadaran manusia.

Islam Juga Punya Solusi

Kekerasan seksual dalam islam bukan hanya perihal dosa, tapi juga kejahatan sosial kemanusiaan. Islam punya cara untuk mencegahnya dengan kompleks.

Terkait teori psikoanalisis Freud, tedapat paralelisasi konsep dengan Islam. Dalam konteks kekerasan seksual dapat saya analogikan, cara mencegahnya l: Id berarti Nafs Ammarah, yang selalu mendorong berbuat keburukan tidak terkendali. Kemudian menjaga Nafsu lawwamah (Ego) dengan nuansa positif, dan menciptakan superego yang sehat dengan Nafsu muthmainnah yang menuntun kepuasan sesuai yang tidak melanggar syariat.

Selain itu, hadis “Yuladu alal fitrah, (يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ)” selalu menjadi ajaran islam bahwasannya manusia suci dan mulia sejak lahir. Ini menjadi jawaban, bahwa dalam diri manusia terdapat sifat profetik yang luhur. Seharusnya dapat mengandalikan jiwa dengan baik dan melakukan tindakan positif. Maka kekerasan seksual tidak akan terjadi.

Solusi yang paling mendasar yang Islam ajarkan dalam kemanusiaan adalah konsep purifikasi jiwa melalui muhasabah diri, berdzikir, dan menjalankan praktik spiritual yang bernilai ibadah. Yang sering kita kenal dengan tazkiyah nafs.

Pada konteks sosial, Islam bukan hanya menjadi media relasi kemanusiaan, tapi juga menjadi ajaran pokok membangun peradaban. Islam mengatur interaksi antara lawan jenis bukan buat membatasi, tapi buat mencegah celah terjadinya pelecehan. Dalam sejarah, Nabi Muhammad SAW juga selalu berpihak pada korban, bukan pelaku.

Maka dengan demikian Islam memberikan framework moral dan spiritualitas yang kuat untuk mencegah menjamurnya kekerasan seksal, sementara Freud memberikan understanding yang mendalam tentang human behavior. Kombinasi keduanya bukan cuma mungkin, tapi necessary. Realitanya kita tidak bisa mengandalkan “iman” tanpa mengetahui dinamika psikologi manusia, dan juga tidak bisa mengabaikan dimensi spiritual.

Karena pada akhirnya, mencegah kekerasan seksual bukan cuma tentang menjaga tubuh orang lain, tapi juga tentang merawat akal, hati, dan jiwa kita sendiri. Islam dan Freud berpesan bahwa kekerasan seksual merupakan tindakan yang aneh secara psiklogi dan lemah secara spiritual keimanan. []

Tags: Dampak Kekerasan seksualKajian PsikologisKekerasan seksualPsikologi Islamsigmun freud
Achmad Sofiyul

Achmad Sofiyul

Bernafas, nir-intelektuil, dan suka eksis di IG @achmadyullllll_

Terkait Posts

Pelecehan Seksual

Stop Menormalisasi Pelecehan Seksual: Terkenal Bukan Berarti Milik Semua Orang

9 Juli 2025
Pernikahan Tradisional

Sadar Gender Tak Menjamin Bebas dari Pernikahan Tradisional

8 Juli 2025
Menemani dari Nol

From Zero to Hero Syndrome: Menemani dari Nol, Bertahan atau Tinggalkan?

7 Juli 2025
Sejarah Ulama Perempuan

Mencari Nyai dalam Pusaran Sejarah: Catatan dari Halaqah Nasional “Menulis Ulang Sejarah Ulama Perempuan Indonesia”

7 Juli 2025
Hidup Tanpa Nikah

Yang Benar-benar Seram Itu Bukan Hidup Tanpa Nikah, Tapi Hidup Tanpa Diri Sendiri

5 Juli 2025
Ruang Aman, Dunia Digital

Laki-laki Juga Bisa Jadi Penjaga Ruang Aman di Dunia Digital

3 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Pelecehan Seksual

    Stop Menormalisasi Pelecehan Seksual: Terkenal Bukan Berarti Milik Semua Orang

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Perempuan Lebih Religius Daripada Laki-laki?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Relasi Imam-Makmum Keluarga dalam Mubadalah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Pengalaman Biologis Perempuan Membatasi Ruang Geraknya?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Melawan Perundungan dengan Asik dan Menyenangkan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Melawan Perundungan dengan Asik dan Menyenangkan
  • Ketika Perempuan Tak Punya Hak atas Seksualitas
  • Relasi Imam-Makmum Keluarga dalam Mubadalah
  • Mengebiri Tubuh Perempuan
  • Mengapa Perempuan Lebih Religius Daripada Laki-laki?

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID