• Login
  • Register
Selasa, 20 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Pernak-pernik

Gerakan Perempuan Melestarikan Tradisi Nyadran

Tradisi Nyadran merupakan kekayaan tradisi bangsa Indonesia yang harus kita lestarikan keberadaannya

Firda Imah Suryani Firda Imah Suryani
31/03/2023
in Pernak-pernik
0
Melestarikan Tradisi Nyadran

Melestarikan Tradisi Nyadran

742
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Penyebaran agama Islam di Jawa yang massif tidak dapat kita pisahkan dari akulturasi agama ke dalam budaya dan tradisi yang telah ada. Tujuannya adalah supaya masyarakat lebih mudah menerimanya. Dalam Islam sendiri memiliki beragam tradisi. Salah satu tradisi yang masih terjaga dalam kehidupan masyarakat Jawa adalah tradisi nyadran. Tradisi nyadran sering kita kenal sebagai tradisi untuk menengok dan membersihkan makam keluarga. Lalu berlanjut dengan berdoa bersama sambil membagikan makanan tradisional kepada sekitar.

Tradisi Nyadran merupakan kekayaan tradisi bangsa Indonesia yang harus kita lestarikan keberadaannya, agar tidak tergerus arus modernisasi yang berkembang pesat.  Di Indonesia sendiri tradisi nyadran hampir bisa kita temui di beberapa daerah. Pendapat dari WJS Poerwadaminto mengartikan tradisi sebagai sesuatu hal yang bersangkutan dengan kehidupan pada masyarakat secara berkesinambungan. Contohnya tradisi, adat, budaya bahkan kepercayaan.

Arus Moderisasi tidak berarti bahwa kita menghancurkan tradisi dan budaya yang dianggap tidak sesuai dengan hukum Islam. Melainkan bagaimana tradisi itu kita resapi dengan nilai-nilai Islam. Karena negara yang hebat adalah negara yang tahu bagaimana meningkatkan dan mempertahankan tradisi dan budayanya.

Arus modernisasi menjadi kekuatan yang sangat dahsyat dalam mempengaruhi pola pikir manusia. Apabila masyarakat tidak memanfaatkan modernisasi ini dengan baik, maka budaya lokal tersebut dapat hilang karena arus modernisasi. Dengan adanya pengaruh modernisasi, masyarakat harus mampu menjaga nilai-nilai luhur dan tradisi demi mempertahakan identitas bangsa.

Melestarikan Tradisi di Masyarakat

Kehadiran pengerak untuk melestarikan tradisi di tegah modernisasi sangat penting dalam menciptakan, mempertahankan dan melestarikan tradisi di masyarakat. Perempuan menjadi salah satu pengerak yang memiliki peran sentral dan berkontribusi besar dalam menciptakan sekaligus mempertahankan dan melestarikan produk-produk tradisi kebudayaan di masyarakat sekitar.

Baca Juga:

Menilik Relasi Al-Qur’an dengan Noble Silence pada Ayat-Ayat Shirah Nabawiyah (Part 1)

Membuka Tabir Keadilan Semu: Seruan Islam untuk Menegakkan Keadilan

Ketika Sejarah Membuktikan Kepemimpinan Perempuan

Waisak: Merayakan Noble Silence untuk Perenungan Dharma bagi Umat Buddha

Perempuan memiliki peran penting dalam tradisi nyadran, sama pentingnya dengan laki-laki. Selain itu, perempuan juga menjadi bagian penggerak dalam merawat tradisi. Para ibu menjadi sosok pemimpin handal, akan mempengaruhi dinamika dalam rumah tangga dan masyarakat. Dari sinilah perubahan ke arah yang lebih baik kita mulai. Di mana perempuanlah yang mengatur dan menjadi aktor utama dalam masyarakat.

Fakta bahwa perempuan terlibat aktif dalam memajukan kesejahteraan desa, membuat partisipasi perempuan bisa meluas. Tidak hanya dalam rangka mengajak dan menyiapkan makanan saja. Justru, Penting dalam proses menyiapkan berupa makanan dan kue-kue, baiknya disiapkan oleh seluruh anggota keluarga, sehingga tidak menjadi tugas dari perempuan saja.

Partisipasi perempuan dalam melestarikan tradisi nyadran bisa terlihat melalui peran para ibu yang merasa nyaman menjadi bagian dari ritual tersebut. Banyak perempuan hadir dengan balutan pakaian adat dan pakaian sehari-hari. Mereka dengan hikmat mengikuti seluruh proses. Tidak ada aturan melarang perempuan menjadi bagian dari ritual. Sama saja dengan tidak ada larangan perempuan berziarah di kubur. Seorang perempuan mempunyai keterikatan yang kuat terhadap pertumbuhan anak dalam mengenalkan tradisi-tradisi. Alasannya karena anak sebagai penentu masa depan bangsa.

Peran Perempuan

Dengan mengajak para pemuda dan anak- anak mereka para ibu mengenalkan tradisi nyadran secara langsung. Menurut Dwi Rubiyanti Kholifah, sebagai direktur AMAN Indonesia  menegaskan bahwa perempuan memiliki hard dan soft power. Hard Power Perempuan sebagai ibu akan mampu mentransfer pengetahuan ini kepada anak dan ia memiliki “daya paksa” kepada anak agar bisa hormat kepada tradisi.

Soft power perempuan sebagai makhluk komunal akan menggerakkan semua perempuan dengan alasan yang masuk akal untuk berpartisipasi dalam tradisi leluhur. Karena perempuan penjaga tradisi, maka perempuan sangat efektif memainkan peran-peran  gerakan perempuan. Yakni dengan melestarikan tradisi nyadran sebagai penguatan budaya di tengah modernisasi. Mekanisme dari tradisi nyadran wajib kita lestarikan bersama perempuan.

Peran para perempuan tentunya bukan hanya menjadi simbol agen gerakan melestarikan tradisi. Tetapi sekaligus mendobrak stereotype bahwa perempuan tidak mempunyai peran penting. Di mana mereka hanya pintar menghabiskan uang dan bergosip saja. Sebaliknya, justru para perempuan juga bertanggung jawab atas pengetahuan tradisional terkait budaya komunitasnya. Mereka menjaga tradisi dan menjaga pengetahuan secara turun-temurun.

Melestarikan Tradisi Nyadran

Tradisi  Nyadran harus tetap kita lestarikan dan bisa kita jadikan contoh, bahwa gerakan perempuan juga ikut terlibat dalam melestarikan traidsi meskipun dalam lingkup Kampung, karena dengan dimulai dari ruang lingkup terkecil bukan tidak mungkin nilai agama dan tradisi tersebut akan menjalar dan merambat ke wilayah yang lebih luas.

Maka dari itu peran perempuan memiliki posisi strategis dan vital untuk melestarikan suatu tradisi.  Tradisi Nyadran menjadi wujud nyata kehadiran perempuan untuk semakin meneguhkan kepada leluhur, bahwa tradisi nyadran akan terus terjaga dan dilestarikan oleh banyak pihak. Termasuk perempuan sebagai penjaga tradisi yang handal melalui lintas generasi. []

Tags: islamMelestarikan Tradisipartisipasi perempuansejarahTradisi Nyadran
Firda Imah Suryani

Firda Imah Suryani

Saya perempuan bukan aib masyarakat, bukan juga orang kriminal.  Pengemar musik indie dan pemakan sayuran.

Terkait Posts

Pemukulan

Menghindari Pemukulan saat Nusyuz

18 Mei 2025
Gizi Ibu Hamil

Memperhatikan Gizi Ibu Hamil

17 Mei 2025
Pola Relasi Suami Istri

Pola Relasi Suami-Istri Ideal Menurut Al-Qur’an

17 Mei 2025
Peluang Ulama Perempuan

Peluang Ulama Perempuan Indonesia dalam Menanamkan Islam Moderat

16 Mei 2025
Nusyuz

Membaca Ulang Ayat Nusyuz dalam Perspektif Mubadalah

16 Mei 2025
Poligami dalam

Menggugat Poligami, Menegakkan Monogami

16 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kekerasan Seksual Sedarah

    Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Alasan KUPI Jadikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia
  • Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama
  • KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version