• Login
  • Register
Rabu, 9 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Aktual

Glenn Fredly, Ambon dan Kota Musik

Hasna Azmi Fadhilah Hasna Azmi Fadhilah
10/04/2020
in Aktual
0
Glenn Fredly

Glenn Fredly

39
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Kemarin malam, kabar duka menyelimuti dunia permusikan tanah air. Musisi berdarah Maluku, Glenn Fredly meninggalkan kita semua. Sebagai anak 90an, lagu-lagu racikan Glenn sangatlah akrab di telinga saya. Bahkan ketika saya menginjakkan kaki di kota Ambon awal Januari lalu, suara mendayu-dayu Glenn langsung terngiang di kepala.

Kini, meski sosoknya telah menjadi kenangan, perjuangannya dalam membantu Ambon hingga dinobatkan menjadi salah satu kota musik dunia patut diapresiasi. Meski ia dilahirkan di Jakarta, Glenn turut berkontribusi dalam memajukan permusikan di tanah Maluku, utamanya mendorong perwujudan Ambon sebagai kota musik.

Selain melakukan pendekatan kepada pemerintah, baik di tingkat nasional maupun lokal, ia dan para musisi lain ikut sibuk menggerakkan masyarakat agar dapat berpartisipasi aktif mewujudkan impian tersebut. Akhirnya, harapan itu terkabul pada Oktober 2019 lalu. UNESCO pun mencanangkan Ambon sebagai city of music bersanding dengan berbagai kota kreatif lainnya di dunia.

Perihal Ambon sebagai kota musik, mungkin banyak orang hanya mengaitkannya dengan fakta bahwa banyak penyanyi besar lahir di kota ini. Namun, dibalik itu semua, musik sebenarnya bukan hanya menjadi DNA anak muda Ambon, tapi juga berperan dalam menjembatani konflik panjang di sana.

Bila teman-teman sempat berkeliling di Ambon, pengamen jalanan di sana bukan hanya sekadar menyanyi. Mereka membawakan lagu dengan paripurna. Dua-tiga kali saya dibuai bagaimana menyanyi adalah bakat alami yang dititipkan Tuhan pada mereka.

Baca Juga:

Perjanjian Pernikahan

Sadar Gender Tak Menjamin Bebas dari Pernikahan Tradisional

Kemanusiaan sebagai Fondasi dalam Relasi Sosial Antar Manusia

Menanamkan Jiwa Inklusif Pada Anak-anak

Bahkan, suatu kali ketika makan seafood di pinggir jalan, bukan hanya satu dua orang pengamen yang datang ke saya, tapi satu grup koor alias paduan suara. Begitu epiknya talenta mereka seakan didukung juga oleh panorama Ambon yang tiada tara. Tengoklah bagaimana pantai Pintu Kota hingga Fort Victoria. Pemandangan di sekitarnya memang berpadu padan dengan suara para Jong Ambon yang aduhai tidak ada duanya.

Saking mendarah dagingnya musik disini, walikota Ambon sempat berseloroh, “Anak kalau baru lahir itu dokter pegang tangannya dan dipukul bokongnya menangis. Tapi, kalau orang Ambon, anak kecil lahir anak kecil dipukul bokongnya oleh dokter langsung nyanyi dia itu.”

Tak salah kiranya, ketika konflik berdarah sempat menjadi catatan kelam tanah ini, berbagai pihak yang mengupayakan perdamaian panjang kemudian mengajukan musik sebagai solusi. Deretan nada dengan ritme dinamis kemudian melunakkan hati para ‘pejuang perang’ yang nyatanya hanya mengedepankan egoisme semata, bukan kepentingan bersama.

Dan ternyata, bukan hanya di Ambon saja, musik berperan melampaui batas. Sebuah studi yang dipublikasi oleh Journal of Agression, Conflict, and Peace Research mengungkapkan bahwa dalam beberapa kasus musik membantu mencairkan komunikasi antara kedua belah pihak yang berkonflik dan membantu menciptakan harmoni di antara komunitas. Ketika tekanan sosialnya merendah melalui musik, masyarakat pun tergerak untuk lebih terbuka dan resolusi untuk berdamai juga dapat tercipta.

Meski musik bukan satu-satunya faktor terwujudnya perdamaian di kawasan timur Indonesia ini. Namun, kita perlu membuka pikiran dan mata bahwa tak selamanya musik itu berkait erat dengan hedonisme dan hura-hura. Musik dari kacamata warga Ambon, tidak hanya sebagai lirik bernada yang dinyanyikan secara individu maupun bersama. Tetapi musik menjadi penengah konflik intensitas tinggi antar sesama. Ibarat kata, musik sudah menjadi bagian dari jiwa dan bahkan sumber pencaharian untuk meraup pundi-pundi uang agar dapat bertahan hidup serta lepas dari nestapa.

Sekarang dengan kondisi Ambon yang jauh lebih kondusif, saya berharap semoga Ambon akan terus menyumbang talenta-talenta besar seperti Glenn Fredly yang tidak hanya menjadikan musik sebagai hiburan semata, namun juga sebagai penggerak ekonomi warga hingga pemersatu bangsa. []

Hasna Azmi Fadhilah

Hasna Azmi Fadhilah

Belajar dan mengajar tentang politik dan isu-isu perempuan

Terkait Posts

Marzuki Wahid

Membongkar Narasi Sejarah Maskulin: Marzuki Wahid Angkat Dekolonisasi Ulama Perempuan

6 Juli 2025
Sejarah Ulama Perempuan

Menulis Ulang Sejarah Ulama Perempuan: Samia Kotele Usung Penelitian Relasional, Bukan Ekstraktif

6 Juli 2025
Samia

Samia Kotele: Bongkar Warisan Kolonial dalam Sejarah Ulama Perempuan Indonesia

6 Juli 2025
Ulama Perempuan

Menelusuri Jejak Ulama Perempuan Lewat Pendekatan Dekolonial

6 Juli 2025
Sejarah Ulama Perempuan ISIF

ISIF akan Gelar Halaqoh Nasional, Bongkar Ulang Sejarah Ulama Perempuan Indonesia

5 Juli 2025
kekerasan seksual terhadap anak

Dr. Nur Rofiah Tegaskan Pentingnya Mengubah Cara Pandang untuk Hentikan Kekerasan Seksual pada Anak

18 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Nikah Massal

    Menimbang Kebijakan Nikah Massal

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menggugat Batas Relasi Laki-Laki dan Perempuan di Era Modern-Industrialis

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sejarah Ulama Perempuan yang Membisu dalam Bayang-bayang Kolonialisme Ekonomi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Intoleransi di Sukabumi: Ketika Salib diturunkan, Masih Relevankah Nilai Pancasila?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pengrusakan Retret Pelajar Kristen di Sukabumi, Sisakan Trauma Mendalam bagi Anak-anak

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Perjanjian Pernikahan
  • Sadar Gender Tak Menjamin Bebas dari Pernikahan Tradisional
  • Kemanusiaan sebagai Fondasi dalam Relasi Sosial Antar Manusia
  • Menanamkan Jiwa Inklusif Pada Anak-anak
  • Meruntuhkan Mitos Kodrat Perempuan

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID