Tidak terasa, tahu-tahu kita hampir sampai ke bulan Maret lagi. Sejak dari November tahun lalu, gema dan suara untuk menggaungkan dan menggelorakan Women March sudah terus kita dengar. Saat berselancar di internet, saya tidak sengaja menemukan bahwa ternyata buku antologi Bicaralah Perempuan yang saya tulis beberapa tahun lalu bersama-sama para penyintas kekerasan dan pelecehan seksual, kini sudah ada dan bisa diakses lewat tiga belas perpustakaan terkenal di berbagai negara.
Ketiga belas perpustakaan itu adalah, National Library Of Australia, Hamilton Library – University of Hawaii at Manoa, Leiden University, UC Berkeley Library, United States, Univercity of California Los Angeles, Arizona State University Library, Univercity of Wisconsin Madison, US, University of Michigan, US, Cornell Univercity Library, US, Ohio University, US, Yale University Library, US, dan Library of Congress, Washington, US.
Buku ini menyuarakan tentang berbagai bentuk kekerasan terhadap perempuan. meski banyak berbicara tentang luka, pengkhianatan, dan air mata ; namun tidak hendak mengajak berlarut-larut dalam duka. Setiap bagian dalam buku ini membawa pesan tersendiri. Kendati kebanyakan dari mereka adalah penyangga keluarga dan tidak punya cadangan hidup, tetapi bagi mereka perjuangan martabat manusia sebagai perempuan harus lebih penting.
Sehingga ketika Menjadi bagian tak terpisahkan dari ‘Kampanye 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan’ yang dilaksanakan bersama-sama dengan Komnas Perempuan, buku ini menjadi tonggak penting kebangkitan Kaum Perempuan Indonesia; untuk lebih peduli, berbagi daya, dan bergandengan tangan dalam hangatnya kebersamaan.
Dalam pengantarnya, Yuniyanti Zhuzaifah, Ketua Kominasi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) mengatakan : “Membaca buku ini serasa membaca karya sastra para penerima award penulisan bergengsi di nusantara. Yang membedakan adalah, semua aksara tersebut menghantarkan tuturan buah pengalaman nyata soal pelecehan dan kekerasan seksual yang dialami oleh sahabat-sahabat kita. Tidak hanya yang terjadi di dalam negeri, tetapi juga, yang berada di luar negeri.
Menyadari bahwa sedemikian besarnya minat orang-orang di luar sana terhadap suara perempuan ini, seharusnya membuat kita terus bersemangat untuk menyuarakan meskipun masih banyak sekali hal yang belum dibenahi di negara ini. Karena jika kita merasa lelah, bosan atau putus asa, maka justru kita yang akan rugi. So Go Speak Up!.
Apalagi sebentar lagi kita memasuki kembali masa-masa Women’s March yang berangkat dari acara parade dan mengangkat isu tentang pentingnya memerhatikan hak-hak perempuan. Sebab hak perempuan adalah bagian dari hak asasi manusia. Kita tidak akan berhenti sampai perempuan juga mendapat hak yang sama di semua lapisan masyarakat.
Melalui Women March, perlahan-lahan terjadi peningkatan kesadaran masyarakat terkait belum tercapainya pemenuhan hak perempuan, kelompok minoritas, marginal dan lainnya. Juga makin meluasnya keterlibatan orang-orang baru dalam gerakan perempuan ini.
Maka mari kita mengambil bagian dari gerakan ini dan menyukseskan program-programnya sesuai dengan tema Women March tahun 2020 ini I am Generation Equality: Realizing Women’s Rights. “Saya Generasi Kesetaraan : Menyadari Hak-hak Perempuan.” []