• Login
  • Register
Minggu, 2 April 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom

Gus Dur dalam Kenangan Tokoh Lintas Agama Cirebon

Fatikha Yuliana Fatikha Yuliana
18/12/2018
in Kolom
1
tokoh lintas agama Cirebon

tokoh lintas agama Cirebon

271
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Sebagaimana kita tahu, kepergian Gus Dur menjadi duka yang mendalam bagi banyak kalangan. Tidak hanya kalangan muslim, namun kalangan non-muslim juga turut merasakan duka atas wafatnya Gus Dur, termasuk tokoh lintas agama Cirebon.

Wafatnya Gus Dur menjadi fenomena. Berbagai kalangan dari seluruh lapisan masyarakat mengiring dan berta’ziyah pada saat pemakamannya.

Bahkan di berbagai daerah menyampaikan penghormatannya melalui berbagai cara, yakni dengan do’a bersama, seminar, bedah buku, istighosah, pameran seni, menyalakan lilin, renungan suci, dan tapak tilas pemikiran dan perjuangan Gus Dur semasa hidupnya.

Sebagai orang yang dilahirkan dari keluarga yang taat keagamaannya serta tempaan pendidikan keluarga dan lingkungan pesantren, Gus Dur mencerminkan sosok agamawan.

Gus Dur menjadi sosok yang memiliki pemahaman agama yang kuat, terutama tentang pemahaman Islam sebagai rahmat bagi semesta alam, Islam sebagai agama yang melindungi sekalian alam.

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • Momen Ramadan, Mengingat Masa Kecil yang Berkemanusiaan
  • Antara Israel, Gus Dur, dan Sepak Bola Indonesia
  • Kontroversi Gus Dur di Masa Lalu
  • Kewajiban Orang Tua Menjadi Teladan Ibadah bagi Anak

Baca Juga:

Momen Ramadan, Mengingat Masa Kecil yang Berkemanusiaan

Antara Israel, Gus Dur, dan Sepak Bola Indonesia

Kontroversi Gus Dur di Masa Lalu

Kewajiban Orang Tua Menjadi Teladan Ibadah bagi Anak

Ajaran Islam sebagai rahmat bagi semesta alam telah Gus Dur tunjukkan melalui sikap dan perbuatannya, salah satu wujud nyatanya adalah kedekatan Gus Dur dengan umat dan para tokoh agama lain.

Selain membangun tatanan kehidupan demokrasi, Gus Dur juga membangun rasa toleransi dalam kehidupan keberagamaan di Indonesia dengan pandangan pluralis.

Sikap dan rasa toleransi, pengakuan sekaligus perlindungan terhadap agama minoritas, telah membuktikan dirinya sebagai seorang pluralis.

Maka tak heran, jika para umat dan tokoh agama di luar Islam menaruh rasa hormat terhadapnya.

Seperti yang dikatakan salah satu umat Katolik Cirebon dan aktifis forum lintas agama Cirebon, Yohanes Muryadi.

Dalam tulisannya pada buku Gus Dur di Mata Wong Cirebon, Yohanes mengenang Gus Dur ketika menghadiri acara yang digelar oleh teman-teman Tionghoa Cirebon pada 2003 lalu, sebagai tanda ucapan terima kasih kepada Gus Dur atas perjuangannya kepada minoritas.

Beliau mengagumi Gus Dur dengan kharismanya yang luar biasa, sehingga para tamu yang hadir kala itu rela berlama-lama menunggu kedatangan Gus Dur  tanpa seorang pun pulang.

Kekaguman beliau bertambah saat selesai acara pada malam itu, Gus Dur masih harus melanjutkan perjalanannya ke Pekalongan, Rembang, dan Jombang.

Ketika ditanya oleh salah seorang tamu, mengapa ia mampu melakukan perjalanan sejauh itu? Gus Dur menjawab dengan sederhana, “Ya niat!”

Sontak membuat semua orang yang hadir pada saat itu menggelengkan kepala.

Betapa semangat Gus Dur untuk memperjuangkan nilai-nilai kemanusiaan. Hal itu telah tertanam di dalam hati. Sehingga dalam keadaan apapun ia masih terus melanjutkan perjalanan demi tujuan-tujuan kemanusiaan.

Kini, gagasan, pemikiran, dan teladan hidupnya adalah wasiat yang harus dilanjutkan perjuangannya. Tugas dan tanggung jawab kita adalah membangun kerukunan dalam kehidupan beragama di Bumi Pertiwi Indonesia.[]

Tags: cendikiawanCirebongus durJombangkarismakemanusiaanlintas imanteladantionghoaYohanes
Fatikha Yuliana

Fatikha Yuliana

Fatikha Yuliana, terlahir di Indramayu. Alumni Ponpes Putri Al-Istiqomah Buntet Pesantren Cirebon. Berkuliah di Institut Studi Islam Fahmina (ISIF) Cirebon. Jatuh cinta pada kopi dan pantai.

Terkait Posts

Anak Kehilangan Sosok Ayah

Ketika Anak Kehilangan Sosok Ayah dalam Kehidupannya

2 April 2023
Kasus KDRT

Kasus KDRT: Praktik Mikul Dhuwur Mendem Jero yang Salah Tempat

1 April 2023
Sepak Bola Indonesia

Antara Israel, Gus Dur, dan Sepak Bola Indonesia

1 April 2023
Keberkahan Ramadan, Kemerdekaan Indonesia

Kemerdekaan Indonesia Bukti dari Keberkahan Ramadan

31 Maret 2023
Agama Perempuan Separuh Lelaki

Pantas Saja, Agama Perempuan Separuh Lelaki

31 Maret 2023
Resep Awet Muda Istri

Kerja Sama dengan Suami Bisa Menjadi Resep Awet Muda Istri

31 Maret 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Sarana Menikah

    Menikah Adalah Sarana untuk Melakukan Kebaikan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Momen Ramadan, Mengingat Masa Kecil yang Berkemanusiaan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kasus KDRT: Praktik Mikul Dhuwur Mendem Jero yang Salah Tempat

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menikah Harus Menjadi Tujuan Bersama, Suami Istri

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ketika Anak Kehilangan Sosok Ayah dalam Kehidupannya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Mahar Adalah Simbol Cinta dan Komitmen Suami Kepada Istri
  • Ketika Anak Kehilangan Sosok Ayah dalam Kehidupannya
  • Keheningan Laku Spiritualitas Manusia Pilihan Tuhan
  • Menikah Harus Menjadi Tujuan Bersama, Suami Istri
  • Momen Ramadan, Mengingat Masa Kecil yang Berkemanusiaan

Komentar Terbaru

  • Profil Gender: Angka tak Bisa Dibiarkan Begitu Saja pada Pesan untuk Ibu dari Chimamanda
  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Petasan, Kebahagiaan Semu yang Sering Membawa Petaka pada Maqashid Syari’ah Jadi Prinsip Ciptakan Kemaslahatan Manusia
  • Berbagi Pengalaman Ustazah Pondok: Pentingnya Komunikasi pada Belajar dari Peran Kiai dan Pondok Pesantren Yang Adil Gender
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist