• Login
  • Register
Jumat, 11 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Gus Dur dan Jemaah Ahmadiyah: Minoritas Bukan Untuk Dipersekusi

Gusdur mengatakan bahwa “memuliakan manusia berarti memuliakan penciptanya, demikian sebaliknya, merendahkan dan menistakan manusia berarti merendahkan dan menistakan penciptanya”

Ulfiah Hasanah Ulfiah Hasanah
18/10/2021
in Publik
0
Jemaah Ahmadiyah

Jemaah Ahmadiyah

239
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id –  Jemaah Ahmadiyah Indonesia (JAI) merupakan minoritas yang sering diberi stigma sebagai kelompok yang meresahkan oleh beberapa masyarakat dan kelompok intoleran Islam. Persekusi dan diskriminasi terus dilayangkan kepada Jemaah Ahmadiyah di berbagai daerah.

Pertama kali saya mengetahui dan mengenal Jemaah Ahmadiyah tepatnya di acara SETAMAN (Sekolah Cinta Perdamaian) yang diadakan oleh ISIF Fahmina dan Komunitas Pelita Cirebon. Saya mengikuti “SETAMAN” bersama teman-teman santri dari pondok pesantren, teman-teman dari Kristen, Ahmadiyah, dan Katolik.

Pada acara tersebut saya berkenalan dengan beberapa teman yang berbeda agama dan latar belakang. Saya menyempatkan mengobrol dan berbincang dengan teman-teman Ahmadiyah. Mereka menceritakan persekusi yang mereka alami sehari-hari baik di Sekolah maupun di Perkampungan.

Teman-teman dari Jemaah Ahmadiyah mengalami perundungan, dan perisakan setiap harinya di sekolah, sedangkan  masjid dan rumah-rumah mereka yang berada di perkampungan, dibakar dan dirobohkan oleh sekelompok orang secara berulang kali.

Tidak jarang Jemaah Ahmadiyah menjadi nomaden atau berpindah tempat dari desa atau kota satu ke desa atau kota yang lain, dikarenakan persekusi dan kebencian yang mereka dapatkan. Pertemuan dan dialog dengan orang Ahmadiyah memberi kesan positif bagi saya. Mereka sangat ramah dan terbuka ketika menceritakan tentang identitas keyakinannya.

Baca Juga:

Stop Menormalisasi Pelecehan Seksual: Terkenal Bukan Berarti Milik Semua Orang

Samia Kotele: Bongkar Warisan Kolonial dalam Sejarah Ulama Perempuan Indonesia

Menemukan Wajah Sejati Islam di Tengah Ancaman Intoleransi dan Diskriminasi

ISIF akan Gelar Halaqoh Nasional, Bongkar Ulang Sejarah Ulama Perempuan Indonesia

Jamaah Ahmadiyah dan Misi Perdamaian

Jemaah Ahmadiyah di Indonesia bukan kelompok yang membahayakan keutuhan negara. Jemaah Ahmadiyah mempunyai misi perdamaian dan kasih sayang, karena motto dari Jemaah Ahmadiyah yaitu “Love For All, Hatred For None” yang berarti cinta kasih untuk semua dan tiada kebencian untuk siapapun.

Dengan motto perdamaian dan kasih sayang tersebut tidak menyurutkan semangat para Jemaah Ahmadiyah untuk terus menebar kebaikan dan kasih sayang meski medapatkan diskriminasi dari pemerintah dan kelompok intoleran Islam.

Jemaah Ahmadiyah rutin melakukan kegiatan sosial seperti, melakukan donor mata, menyediakan pengobatan gratis, santunan anak yatim, penggalangan dana untuk korban bencana alam, dan memberikan sembako gratis bagi masyarakat yang membutuhkan.

Tindakan persekusi dan diskriminasi yang diterima Jemaah Ahmadiyah di beberapa daerah di antaranya seperti penyegelan masjid Ahmadiyah di Sawangan, diskriminasi oleh pemerintah daerah terhadap Jemaah Ahmadiyah di Kuningan sehingga tidak bisa mendapatkan KTP dan buku catatan menikah, penyerangan yang menyebabkan tewasnya tiga Jemaah Ahmadiyah di Cikeusik, dan perusakan rumah sekaligus pengusiran terjadi di Lombok NTB.

Peristiwa-peristiwa yang saya sebutkan di atas kiranya masih sedikit dari bentuk persekusi dan diksriminasi yang didapatkan oleh para Jemaah Ahmadiyah di Indonesia.

Gus Dur dan Jemaah Ahmadiyah

Melihat sosok bapak pluralisme yaitu Gus Dur, ia menjadi orang yang pertama dan satu-satunya yang membela hak dan kebebasan beragama Jemaah Ahmadiyah. Gus Dur merupakan orang terdepan dalam melindungi kelompok minoritas yang terdiskriminasi.

Bagi Gus Dur kemanusiaan dan kesetaraan lebih penting dari sekedar perbedaan dalam hal apapun. Gus Dur patut menjadi contoh figur pahlawan kemanusiaan bagi bangsa Indonesia dalam memelihara keberagaman.

Jemaah Ahmadiyah di Indonesia dan kelompok minoritas lainnya berhak untuk menjalankan ibadahnya dengan damai dan tentram tanpa adanya persekusi. Kasus intoleransi dan diskriminasi merupakan musuh bersama yang dapat menciderai keberagaman. Menghadapi banyaknya kasus intoleransi di Indonesia, masyarakat khususnya generasi muda harus bergotong-royong merawat kerukunan dan rasa persaudaraan antar sesama.

Gus Dur mengatakan bahwa “memuliakan manusia berarti memuliakan penciptanya, demikian sebaliknya, merendahkan dan menistakan manusia berarti merendahkan dan menistakan penciptanya”. Dari perkataan gusdur tersebut saya menyadari betapa kita harus dan wajib menghormati orang lain. Menjadi mayoritas bukan alasan untuk kita bisa merendahkan dan menghinakan orang lain. Setiap orang mempunyai hak dan kebebasannya sendiri.

Tuhan sangat mampu menciptakan seluruh makhluk-Nya dengan seragam yang sama jika Dia menginginkan, tetapi Tuhan menciptakan makluk-Nya dengan beragam. Oleh karena itu, keberagaman adalah karunia dari Tuhan. Begitu banyak keindahan yang bisa kita rasakan jika kita menghayati perbedaan dengan sepenuh hati. Memberikan cinta dan kasih sayang untuk seluruh umat manusia dan tidak lagi membenci terhadap orang lain.

Mari hidup rukun, damai dan hidup saling berdampingan. Sebab kita semua sama atas nama kemanusiaan. Seperti yang dikatakan oleh Sayyidina Ali bin Abi Thalib “dia yang bukan saudaramu dalam iman adalah saudaramu dalam kemanusiaan”. []

Tags: gus durIndonesiaJemaah AhmadiyahkeberagamanPerdamaiantoleransi
Ulfiah Hasanah

Ulfiah Hasanah

Ulfia Hasanah adalah salah satu peserta Workshop Kepenulisan Puan Menulis Vol. 1, dan merupakan bagian dari Gusdurian Ciputat

Terkait Posts

Kopi yang Terlambat

Jalanan Jogja, Kopi yang Terlambat, dan Kisah Perempuan yang Tersisih

10 Juli 2025
Humor Kepada Difabel

Sudahkah Etis Jokes atau Humor Kepada Difabel? Sebuah Pandangan Islam

10 Juli 2025
Melawan Perundungan

Melawan Perundungan dengan Asik dan Menyenangkan

9 Juli 2025
Nikah Massal

Menimbang Kebijakan Nikah Massal

8 Juli 2025
Intoleransi di Sukabumi

Intoleransi di Sukabumi: Ketika Salib diturunkan, Masih Relevankah Nilai Pancasila?

7 Juli 2025
Retret di sukabumi

Pengrusakan Retret Pelajar Kristen di Sukabumi, Sisakan Trauma Mendalam bagi Anak-anak

7 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kopi yang Terlambat

    Jalanan Jogja, Kopi yang Terlambat, dan Kisah Perempuan yang Tersisih

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film Horor, Hantu Perempuan dan Mitos-mitos yang Mengikutinya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Life After Graduated: Perempuan dalam Pilihan Berpendidikan, Berkarir, dan Menikah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kuasa Suami atas Tubuh Istri

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sudah Saatnya Menghentikan Stigma Perempuan Sebagai Fitnah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Peran Perempuan dan Perjuangannya dalam Film Sultan Agung
  • Tauhid: Fondasi Pembebasan dan Keadilan dalam Islam
  • Menakar Kualitas Cinta Pasangan Saat Berhaji
  • Islam: Membebaskan Manusia dari Gelapnya Jahiliyah
  • Ikrar KUPI, Sejarah Ulama Perempuan dan Kesadaran Kolektif Gerakan

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID