• Login
  • Register
Sabtu, 1 April 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Keluarga

Hak Memenuhi Hasrat Seksual yang Halal dan Baik

Manusia memiliki fitrah untuk memenuhi kebutuhan seksualnya. Oleh karena itu Allah menciptakan manusia berpasangan laki-laki dan perempuan.

Ainur Rosyda Ainur Rosyda
10/05/2021
in Keluarga
0
Seksual

Seksual

287
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Manusia memiliki fitrah untuk memenuhi kebutuhan seksualnya. Oleh karena itu Allah menciptakan manusia berpasang-pasangan laki-laki dengan perempuan. Dalam memenuhi kebutuhan seksual tentunya harus dilakukan secara syar’i yaitu dalam ikatan suci pernikahan. Pernikahan merupakan sebuah ikatan atau kesepakatan antara laki-laki dengan perempuan untuk menjalin sebuah komitmen dalam mencari kebahagiaan, tentunya dengan memenuhi rukun dan syarat yang telah ditentukan oleh ajaran agama.

Pada dasarnya manusia membangun kehidupan rumah tangga atau pernikahan dengan tujuan untuk beribadah kepada Allah, pemenuhan kebutuhan seksual, mendapatkan keturunan. Pernikahan dinilai ibadah jika kedua pasangan suami istri tersebut semakin dekat kepada Allah dan semakin menjadi pribadi yang bertakwa.

Kemudian pernikahan sebagai pemenuhan kebutuhan seksual karena seksual bagian dari naluri manusia dan naluri tersebut harus disalurkan kepada seseorang yang sudah halal baginya, sehingga ketika ada keturunan, keturunannya jelas statusnya dan menjadi putra-putri yang sholeh sholehah. Sehingga hakikat dari pernikahan tercapai.

Pernikahan pada dasarnya memiliki tujuan untuk mencapai kebahagiaan diantara keduanya, bukan atas dasar kesenangan individu apalagi dengan merugikan salah satunya. Dalam pernikahan dibutuhkan rasa percaya, saling menghormati, menghargai dan pengertian antar pasangan. Pasangan suami istri harus saling mengerti akan kebutuhan pasangan, sebagaimana kebutuhan seksual, karena dalam hal ini seorang istri punya hak memenuhi kebutuhan suami bahkan sebaliknya seorang suami punya hak memenuhi kebutuhan istri.

Jika dalam kondisi udzur atau ada hal-hal yang menyebabkan salah satu pasangan tidak bisa melakukan kewajibanya maka bisa dibicarakan dengan cara yang baik sehingga tidak sampai menyinggung hati pasangannya. Bahkan pasangan juga tidak diperbolehkan melalaikan kewajibannya dalam pemenuhan kebutuhan biologis pasangannya dengan alasan ibadah misalnya ibadah sholat secara berlebihan, puasa sepanjang tahun dll, sehingga membuat pasangannya marah sampai memutuskan untuk berpisah atau bercerai.

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • Menikah Harus Menjadi Tujuan Bersama, Suami Istri
  • Momen Ramadan, Mengingat Masa Kecil yang Berkemanusiaan
  • Kasus KDRT: Praktik Mikul Dhuwur Mendem Jero yang Salah Tempat
  • Kiprah Nyai Khairiyah Hasyim Asy’ari: Ulama Perempuan yang terlupakan

Baca Juga:

Menikah Harus Menjadi Tujuan Bersama, Suami Istri

Momen Ramadan, Mengingat Masa Kecil yang Berkemanusiaan

Kasus KDRT: Praktik Mikul Dhuwur Mendem Jero yang Salah Tempat

Kiprah Nyai Khairiyah Hasyim Asy’ari: Ulama Perempuan yang terlupakan

Meskipun dalam budaya patriarki menempatkan perempuan sebagai makhluk yang pasif, seakan-akan perempuan dimiliki bukan miliknya sendiri, budaya tersebut menganggap perempuan setelah menikah sudah menjadi hak penuh bagi suaminya jadi apapun yang dilakukan istri harus atas izin suami. Seorang perempuan tidak punya hak apapun dalam memutuskan setiap masalah karena yang mempunyai kewajiban memutuskan perkara dan hak preogatif atas diri perempuan adalah suaminya.

Sehingga banyak perempuan yang  tidak begitu diperhatikan perasaannya, banyak kejadian istri mengalami kekerasan seksual dalam rumah tangga karena pola pikir suami yang patriarki, anggapan masa bodoh dengan kondisi istri yang lagi capek karena seharian bekerja mengurus anak atau kerja di luar rumah, seorang suami tetap memaksakan kehendaknya untuk memaksa istri untuk melayaninya. Tidak memperdulikan apakah istri senang atau tidak dengan hubungan seksual tersebut yang penting si suami senang.

Padahal sesungguhnya dalam ajaran agama Islam itu tidak seperti itu dalam menjalankan ibadah suami istri harus ada kerelaan atas keduanya sehingga akan muncul kebahagiaan diantara keduanya. Yang seharusnya keduanya merasa diuntungkan bukan sebaliknya yang satu merasa puas dan pasangannya merasa kesakitan. Sejatinya hakikat pernikahan bernilai ibadah jika adanya etika saling menghormati dan saling mengasihi, bukan yang perempuan merasa hidup dalam tekanan.

Dalam al-Qur’an pun dijelaskan bagaimana memperlakukan pasangan dengan baik dan benar sebagaimana dalam surat ayat al-Baqarah ayat187:

أُحِلَّ لَكُمْ لَيْلَةَ ٱلصِّيَامِ ٱلرَّفَثُ إِلَىٰ نِسَآئِكُمْ ۚ هُنَّ لِبَاسٌ لَّكُمْ وَأَنتُمْ لِبَاسٌ لَّهُنَّ ۗ عَلِمَ ٱللَّهُ أَنَّكُمْ كُنتُمْ تَخْتَانُونَ أَنفُسَكُمْ فَتَابَ عَلَيْكُمْ وَعَفَا عَنكُمْ ۖ فَٱلْـَٰٔنَ بَٰشِرُوهُنَّ وَٱبْتَغُوا۟ مَا كَتَبَ ٱللَّهُ لَكُمْ ۚ وَكُلُوا۟ وَٱشْرَبُوا۟ حَتَّىٰ يَتَبَيَّنَ لَكُمُ ٱلْخَيْطُ ٱلْأَبْيَضُ مِنَ ٱلْخَيْطِ ٱلْأَسْوَدِ مِنَ ٱلْفَجْرِ ۖ ثُمَّ أَتِمُّوا۟ ٱلصِّيَامَ إِلَى ٱلَّيْلِ ۚ وَلَا تُبَٰشِرُوهُنَّ وَأَنتُمْ عَٰكِفُونَ فِى ٱلْمَسَٰجِدِ ۗ تِلْكَ حُدُودُ ٱللَّهِ فَلَا تَقْرَبُوهَا ۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ ٱللَّهُ ءَايَٰتِهِۦ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ

Artinya:Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan istri-istri kamu; mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi maaf kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam, (tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri’tikaf dalam masjid. Itulah larangan Allah, maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka bertakwa.

Dalam ayat tersebut menjelaskan bahwa istri-istrimu adalah pakaian bagimu yang dimaksud adalah pakaian bagi suaminya begitupun sebaliknya suami juga pakaian bagi seorang istri maka dari itu dalam menggauli pasangan harus dengan cara yang baik dan pantas. Sehingga muncul rasa tenang dan percaya  diantara keduanya. Baik laki-laki maupun perempuan yang hanya melakukan hubungan seksual hanya kepada pasangan sahnya maka ia bagian dari orang-orang yang bertakwa. []

 

 

 

Tags: Fiqih PerkawinanislamistrikeadilankeluargaKesalinganKesetaraanperkawinansuami
Ainur Rosyda

Ainur Rosyda

Terkait Posts

Kasus KDRT

Kasus KDRT: Praktik Mikul Dhuwur Mendem Jero yang Salah Tempat

1 April 2023
Resep Awet Muda Istri

Kerja Sama dengan Suami Bisa Menjadi Resep Awet Muda Istri

31 Maret 2023
Mengasuh Anak Tugas Siapa

Mengasuh Anak Tugas Siapa?

29 Maret 2023
Kewajiban Orang Tua

Kewajiban Orang Tua Menjadi Teladan Ibadah bagi Anak

29 Maret 2023
Bapak Rumah Tangga

Mengapa Menjadi Bapak Rumah Tangga Dianggap Rendah?

28 Maret 2023
Sahabat bagi Anak

Wahai Ayah dan Ibu, Jadilah Sahabat Bagi Anakmu!

25 Maret 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Pekerjaan rumah tangga suami istri

    Pekerjaan Rumah Tangga Bisa Dikerjakan Bersama, Suami dan Istri

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menikah Adalah Sarana untuk Melakukan Kebaikan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kiprah Nyai Khairiyah Hasyim Asy’ari: Ulama Perempuan yang terlupakan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Antara Israel, Gus Dur, dan Sepak Bola Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Momen Ramadan, Mengingat Masa Kecil yang Berkemanusiaan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Menikah Harus Menjadi Tujuan Bersama, Suami Istri
  • Momen Ramadan, Mengingat Masa Kecil yang Berkemanusiaan
  • Menikah Adalah Sarana untuk Melakukan Kebaikan
  • Kasus KDRT: Praktik Mikul Dhuwur Mendem Jero yang Salah Tempat
  • Nabi Muhammad Saw Biasa Melakukan Kerja-kerja Rumah Tangga

Komentar Terbaru

  • Profil Gender: Angka tak Bisa Dibiarkan Begitu Saja pada Pesan untuk Ibu dari Chimamanda
  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Petasan, Kebahagiaan Semu yang Sering Membawa Petaka pada Maqashid Syari’ah Jadi Prinsip Ciptakan Kemaslahatan Manusia
  • Berbagi Pengalaman Ustazah Pondok: Pentingnya Komunikasi pada Belajar dari Peran Kiai dan Pondok Pesantren Yang Adil Gender
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist