• Login
  • Register
Kamis, 19 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Featured

Hari Perempuan Internasional dalam Sains, Bagaimana Realitas di Indonesia?

Lembaga Pendidikan tinggi di Indonesia masih mengkotakkan peminatan perkuliahan berdasarkan peran gender

Lutfiana Dwi Mayasari Lutfiana Dwi Mayasari
12/02/2023
in Featured, Publik
0
Hari Perempuan Internasional dalam Sains

Hari Perempuan Internasional dalam Sains

854
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Penetapan 11 Februari sebagai Hari Perempuan Internasional dalam Sains ini dilakukan oleh PBB dan UN Women. Hal ini lantaran masih minimnya keterlibatan perempuan dalam dunia sains. Berdasarkan lansiran data dari UNESCO, angka keterlibatan perempuan dalam hal pengembangan sains masih minim. Dengan mengambil sampel sebanyak 121 negara, kita simpulkan bahwa keterlibatan perempuan dalam sains berada di angka 30 persen di tahun 2010. Sedangkan di tahun 2015 mengalami penurunan di angka 28%.

Minimnya keterlibatan perempuan dalam dunia sains juga terjadi di Indonesia. Data UNESCO di tahun 2015 menyebutkan perempuan dengan profesi peneliti di Indonesia hanya tercatat sebanyak 30% dari total seluruh peneliti.  Ketidakhadiran saintis perempuan di Indonesia penyebabnya karena berbagai faktor yang akan saya jelaskan dalam artikel ini.

Fakultas Teknik dan Pertanian Mayoritas Diminati Laki-Laki

Berdasarkan data yang lansir LIPI di tahun 2022, menyebutkan bahwa minat mahasiswa untuk memasuki fakultas teknik lebih tinggi dibanding mahasiswi. Begitupula yang terjadi di fakultas pertanian. Lembaga Pendidikan tinggi di Indonesia masih mengkotakkan peminatan perkuliahan berdasarkan peran gender.

Dari data statistik Menristekdikti di tahun 2009, hanya terdapat 27,41% perempuan yang mendaftar di fakultas Teknik. Lalu 39% mendaftar di fakultas pertanian. Adapun sejumlah 76% perempuan mengambil jurusan ilmu keguruan. Minimnya minat mahasiswi untuk masuk ke fakultas teknik dan pertanian ini salah satu penyebabnya karena teknik dianggap sebagai jurusan yang merepresentasikan maskulinitas.

Fakultas teknik representasi dari maskulinitas, maka laki-laki yang lebih pantas menjalaninya. Maka meskipun perempuan mengambil jurusan teknik sekalipun, ia harus berjuang dengan keras untuk menduduki posisi sebagai saintis. Sedangkan ilmu keguruan identik dengan feminism dan stereotyping perempuan sehingga anggapannya lebih pantas untuk mahasiswi.

Baca Juga:

Two State Solution: Solusi Perdamaian bagi Palestina-Israel atau Tantangan Integritas Nasional Terhadap Pancasila?

Ketuhanan yang Membebaskan: Membangun Perdamaian dengan Dasar Pancasila

Fenomena Inses di Indonesia: Di Mana Lagi Ruang Aman bagi Anak?

Menilik Peran KUPI Muda dalam Momen Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

Stereotyping dalam pemilihan jurusan ini berkaitan erat dengan sistem gaji yang akan mereka dapatkan setelah lulus kuliah. Di dunia Pendidikan misalnya, menggaji guru honorer dengan nilai rendah dianggap lebih manusiawi dibanding dengan menggaji guru honorer laki-laki. Meletakkan peran laki-laki sebagai pencari nafkah utama, menafikan peran perempuan yang mungkin saja dalam keluarganya juga menjadi pencari nafkah utama.

Demikian pula yang terjadi dalam dunia riset dan saintis. Pekerjaan yang berkaitan dengan administrasi melekat dalam identitas feminin. Karena perempuan anggapannya lebih rapi dan telaten dalam menyelesaikan urusan administrasi. Maka meskipun berlatar belakang saintis, tetapi karena diposisikan sebagai administrator, maka perempuan juga mendapatkan upah yang lebih rendah dibanding saintis laki-laki sebagai periset.

Saintis Perempuan Masih Minim di Indonesia

Saat menyelesaikan artikel ini, saya berusaha berselancar di dunia maya untuk menemukan jejak saintis perempuan di Indonesia. Dan memang jumlahnya sangat terbatas dibanding dengan saintis laki-laki. Berdasarkan rangkuman dari theasianparent.com, terdapat 6 saintis perempuan Indonesia yang penemuannya berdampak besar bagi perubahan dan peradaban manusia..

Adapun keenam saintis perempuan tersebut adalah; Sylvia Ayu Pradanawani yang berhasil membuat baterai dengan silicon yang berasal dari limbah. Adi Utarini yang melakukan riset berkaitan dengan WMP (World Mosquito Program) dan berhasil menurunkan angka penderita demam berdarah hingga 77% di Indonesia.

Tri Mumpuni yang menciptakan PLTMH (Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hindro) untuk mengalirkan listrik di pelosok desa yang belum terjamah PLN. Athanasia Amanda Septevani, saintis perempuan yang berhasil menemukan pengganti layar TV dan gadget dengan nama nanopaper yang berasal dari bahan yang mudah terurai.

Yessie Widya Sari yang berhasil merancang kemasan produk pangan yang tidak sekali pakai guna mengurangi limbah plastik. Korri Elvanita el-Khobar yang menciptakan alat deteksi karsinoma hati seluler (HCC) pada penderita hepatitis kronis.

Hari Perempuan Internasional dalam Sains sebagai Momentum Perubahan

Dengan adanya peringatan Hari Perempuan Internasional dalam Sains setiap 11 Februari ini, harapannya bisa berdampak bagi Indonesia secara khusus, dan bagi dunia pada umumnya. Terutama bagi Pendidikan di Indonesia, agar tidak lagi melekatkan identitas gender dalam kategori keahlian. Karena bagaimanapun, laki-laki dan perempuan memiliki akses dan kesempatan yang sama untuk mengakses pendidikan di bidang apapun.

Stereotyping gender yang melekat pada jurusan perkuliahan ini akan berdampak pada ketidakmerataan distribusi profesi. Keberadaan enam saintis perempuan yang berhasil menciptakan riset inovatif berskala dunia ini, membuktikan bahwa jika perempuan kita berikan akses yang sama, maka ia akan bisa memaksimalkan potensinya. (Bebarengan)

 

 

Tags: Hari Perempuan Internasional dalam SainsIndonesiaPBBperempuan bekerjaUN Women
Lutfiana Dwi Mayasari

Lutfiana Dwi Mayasari

Dosen IAIN Ponorogo. Berminat di Kajian Hukum, Gender dan Perdamaian

Terkait Posts

Revisi Sejarah

Ibnu Khaldun sebagai Kritik atas Revisi Sejarah dan Pengingkaran Perempuan

19 Juni 2025
Greta Thunberg

Nelayan Perempuan Madleen, Greta Thunberg, dan Misi Kemanusiaan Palestina

18 Juni 2025
SIS Malaysia

Berproses Bersama SIS Malaysia

18 Juni 2025
Penulisan Ulang Sejarah Indonesia

Dari Indonesia-sentris, Tone Positif, hingga Bisentris Histori dalam Penulisan Ulang Sejarah Indonesia

18 Juni 2025
Raja Ampat

Surga Raja Ampat dan Ancaman Pertambangan Nikel

18 Juni 2025
Dokumen Abu Dhabi

Dokumen Abu Dhabi: Warisan Mulia Paus Fransiskus dan Imam Besar Al-Tayyeb Bagi Dunia

17 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • SIS Malaysia

    Berproses Bersama SIS Malaysia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Doa, Dukungan dan Solidaritas untuk Sister in Islam (SIS) Malaysia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nelayan Perempuan Madleen, Greta Thunberg, dan Misi Kemanusiaan Palestina

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Dr. Nur Rofiah Tegaskan Pentingnya Mengubah Cara Pandang untuk Hentikan Kekerasan Seksual pada Anak

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nabi Tak Pernah Membenarkan Pemukulan Terhadap Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Belajar dari Khansa binti Khidam Ra: Perempuan yang Dipaksa Menikah Berhak untuk Membatalkannya
  • Tastefully Yours : Membongkar Konstruksi Sosial dari Dapur
  • Perkawinan Bukan Perbudakan: Hak Kemandirian Perempuan dalam Rumah Tangga
  • Ibnu Khaldun sebagai Kritik atas Revisi Sejarah dan Pengingkaran Perempuan
  • Jangan Rampas Hak Perempuan Memilih Pasangan Hidupnya

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID