• Login
  • Register
Rabu, 16 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Keluarga

Haruskah Seorang Muslim Memberi Nama Anak dengan Bahasa Arab?

Semua orangtua pasti punya alasan ketika memutuskan menamai anaknya dengan bahasa Arab atau Bahasa apapun. Jadi, namailah anak kita dengan nama yang baik

Aida Nafisah Aida Nafisah
21/06/2023
in Keluarga
0
Memberi Nama Anak

Memberi Nama Anak

1.3k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Sebagai calon orang tua, tentu kita harus mempersiapkan kebutuhan anak bahkan ketika anak tersebut masih dalam kandungan. Hal random yang biasanya aku lakukan adalah mencari inspirasi nama anak dari sosial media atau browsing melalui internet. Ada yang sama Salingers?

Lalu kebetulan sekali aku menemukan sebuah tayangan video reels di Instagram yang mengangkat isu terkait menamai anak. Ketika aku klik di kolom komentar, banyak warganet yang mengatakan “baiknya seorang muslim menamai anaknya dengan nama yang Islami”, mungkin maksudnya dengan menggunakan Bahasa Arab. Dengan alasan, supaya nanti ketika sudah di padang mahsyar yang punya nama dengan Bahasa Arab akan terlebih dahulu mendapatkan hisab.

Terlepas dari benar atau tidaknya narasi tersebut, sebagai calon orang tua yang sudah punya list nama-nama anak dari Bahasa Indonesia tentu merasa, “Ya Allah, apakah aku tidak Islami?” Bukan karena aku tidak suka dengan Bahasa Arab, hanya saja aku lebih ingin anakku punya nama dengan muatan konteks lokal dan pastinya gampang kita sebut namanya, karena berasal dari Bahasa Indonesia.

Langsung saja aku menuliskan sebuah komentar reflektif dalam tayangan video reels tersebut. Menurutku “jika hanya nama seseorang dengan Bahasa Arab yang lebih utama, mengapa Allah SWT menciptakan begitu banyak bahasa, kata, nada, intonasi? Bukankah kita terlalu mereduksi sifat Gusti Allah yang maha besar ini, hanya karena yang Islami (Islam) lebih dahulu muncul di Arab?”

Anjuran Menamai Anak dalam Islam

Kemudian aku mulai mencari-cari bahan bacaan tentang anjuran memberi nama untuk anak dalam Islam. Lalu aku menemukan sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Abu Darda, hadist ini juga menjadi landasan oleh Imam Nawawi sebagai anjuran menamai anak.

عن أبي الدرداء رضي الله عنه قال : قال رسول الله (صلى الله عليه وسلم) :  إنكم تدعون يوم القيامة بأسمائكم وأسماء آبائكم فأحسنوا أسماءكم

Baca Juga:

Yang Terjadi Jika Miskin, Tapi Ngotot Menikah

Hancurnya Keluarga Akibat Narkoba

Praktik Kesalingan sebagai Jalan Tengah: Menemukan Harmoni dalam Rumah Tangga

Peran Perempuan dan Perjuangannya dalam Film Sultan Agung

Artinya, “Dari Abu Darda Ra berkata, Rasulullah SAW bersabda, ‘Sungguh kalian semua akan dipanggil pada hari Kiamat dengan nama-nama kalian dan nama-nama ayah kalian. Maka dari itu, perbaguslah nama-nama kalian.” (Lihat Muhyiddin Abu Zakariya An-Nawawi, Al-Adzkarun Nawawi, [Beirut: Dar Kutub: 2004], halaman 411).

Imam Nawawi pun menambahkan penjelasannya terkait nama untuk anak dalam Al-Adzkar bahwa “Sunnah menamai anak pada hari ketujuh terhitung dari hari kelahiran anak. Adapun dalilnya ialah riwayat al-Tirmidzi yang bersumber dari Amar bin Syu’aib, dari bapaknya, dari kakeknya, bahwasanya Nabi SAW memerintahkan untuk menamai anak pada hari ketujuh.”

Memilih dengan Nama yang Baik

Selain itu, dalam sebuah artikel di NU Online terkait nama anak, ada juga loh beberapa nama yang tidak disukai oleh Rasul SAW (makruh). Seperti nama Untung (Rabāḥ), Sukses (Najāḥ), Menang (Aflaḥ), Kaya (Yasār), Raja dari segala raja (Malikul Amlak). Mungkin nama-nama ini dianggap terlalu berlebihan karena menggunakan sifat-sifat terbaik Allah SWT.

Dari penjelasan hadist di atas, yang perlu kita pahami adalah memilih nama anak harus dengan nama yang baik dan tidak berlebihan. Bukan dengan bahasa apa yang kita gunakan. Sebagai orang tua, penting juga bagi kita untuk memahami makna kata sebelum nama itu kita sematkan untuk anak kita. Meskipun itu bukan dari Bahasa Arab.

Sebuah nasihat baik juga datang dari Gus Dur yang selalu bangga hidup menjadi muslim di tanah nusantara. Gus Dur pernah bilang “Islam datang bukan untuk mengubah budaya leluhur kita. Pertahankan apa yang menjadi milik kita. Kita serap ajarannya bukan budaya Arabnya.” Ungkapan ini tentu juga ada kaitannya dengan menamai anak.

Oh ya satu lagi salingers, bukan berarti orang Indonesia yang menamai anak dengan Bahasa Arab mereka tidak mencintai Indonesia. Semua orangtua pasti punya alasan ketika memutuskan memberi nama anaknya dengan bahasa Arab atau Bahasa apapun. Jadi, namailah anak kita dengan nama yang baik ya! []

 

 

Tags: identitasislamikeluargaLokalNama AnakNusantara
Aida Nafisah

Aida Nafisah

Sedang belajar menjadi seorang ibu

Terkait Posts

Menikah

Yang Terjadi Jika Miskin, Tapi Ngotot Menikah

15 Juli 2025
Praktik Kesalingan

Praktik Kesalingan sebagai Jalan Tengah: Menemukan Harmoni dalam Rumah Tangga

12 Juli 2025
Relasi Imam-Makmum

Relasi Imam-Makmum Keluarga dalam Mubadalah

9 Juli 2025
Jiwa Inklusif

Menanamkan Jiwa Inklusif Pada Anak-anak

8 Juli 2025
Pemimpin Keluarga

Siapa Pemimpin dalam Keluarga?

4 Juli 2025
Marital Rape

Ketika Istilah Marital Rape Masih Dianggap Tabu

2 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kekerasan Berbasis Gender Online

    Kekerasan Berbasis Gender Online (KBGO); Pentingnya Keberpihakan Pada Korban

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Yang Terjadi Jika Miskin, Tapi Ngotot Menikah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Merawat Fondasi Pernikahan dengan Sakinah, Mawaddah, dan Rahmah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Inklusivitas yang Terbatas: Ketika Pikiran Ingin Membantu Tetapi Tubuh Membeku

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Perkosaan: Kekerasan Seksual yang Merendahkan Martabat Kemanusiaan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Mengapa Kasus Perkosaan Terhadap Perempuan Masih Sering Terjadi?
  • Ketika Disiplin Menyelamatkan Impian
  • Perkosaan: Kekerasan Seksual yang Merendahkan Martabat Kemanusiaan
  • Inklusivitas yang Terbatas: Ketika Pikiran Ingin Membantu Tetapi Tubuh Membeku
  • Merawat Fondasi Pernikahan dengan Sakinah, Mawaddah, dan Rahmah

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID