• Login
  • Register
Sabtu, 2 Desember 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah

Hijrah dan Spiritualitas Traveling

Wanda Roxanne Ratu Pricillia Wanda Roxanne Ratu Pricillia
26/09/2020
in Khazanah, Pernak-pernik
0
149
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Topik Muharram for Peace “Hijrah dan Spiritualitas Traveling” pada tanggal 11 September 2020 sangat menarik bagi saya. Dengan pembicara Maria Fauzi, penulis buku Berdiri di Kota Mati, dan Afifah Ahmad, penulis buku The Road to Persia. Topik ini begitu menarik karena Maria dan Afifah memiliki pengalaman tinggal di berbagai Negara karena studi, ikut suami dan travelling.

Hijrah yang saya maknai dalam topik ini adalah perpindahan dan perjalanan dari Indonesia menuju Negara-negara yang jauh dengan pengalaman dan pembelajaran yang membawa perubahan. Dengan proses spiritualitas yang bersifat subyektif, dalam dan memiliki makna yang besar.

Traveling dan hijrah mungkin sudah menjadi bagian dari gaya hidup manusia pada abad ke-21 ini. Tapi sebenarnya traveling dan hijrah bukan sesuatu yang baru, karena pada zaman Rasulullah pun kegiatan dan proses ini sudah banyak dilakukan. Terlepas dari makna hijrah yang dimaknai dengan banyak sekali definisi saat ini.

Afifah mengatakan ada tiga tahap Spiritualitas Traveling, yaitu Basic Spirituality, Self Discovery, dan Moving Journey. Basic spirituality itu melakukan dan melihat hal-hal di tempat baru. Seperti melihat pantai di berbagai tempat yang berbeda. Self discovery yaitu perjumpaan-perjumpaan dengan orang yang berbeda, tempat yang baru didatangi, dan mendialogkan perjalanan dengan diri sehingga menjadi memori yang menyenangkan. Moving journey yaitu tidak hanya merefleksikan diri, tapi juga membawa perubahan dan aksi berdasarkan pembelajaran dan pengalaman.

Melalui tahapan-tahapan itu, saya juga ikut melakukan refleksi diri. Bagaimana perjalanan bagi saya adalah guru terbaik, tempat belajar paling banyak, dan disertai turbulensi pertanyaan tentang banyak hal. Bagi Afifah dan Maria, partner terbaiknya adalah suami. Mereka berbagi peran dengan suaminya dalam perjalanan itu. Sedangkan saya, banyak melakukan perjalanan dengan teman-teman dan menyukai solo traveling.

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • Me-recall Momentum Hijrah Rasulullah melalui Lagu “Al-Hijratu”
  • Tradisi Jamasan: Ritual Jawa yang Diperuntukkan bagi Perempuan
  • Perempuan Penghayat; Pelestari Pengetahuan Lokal dan Spiritual
  • Makna Hijrah, Bukan Sekadar Pelarian

Baca Juga:

Me-recall Momentum Hijrah Rasulullah melalui Lagu “Al-Hijratu”

Tradisi Jamasan: Ritual Jawa yang Diperuntukkan bagi Perempuan

Perempuan Penghayat; Pelestari Pengetahuan Lokal dan Spiritual

Makna Hijrah, Bukan Sekadar Pelarian

Kuliah di luar kota membuat saya lebih mandiri dalam melakukan apapun. Jadi solo traveling bukan suatu hal yang baru bagi saya, meski sekadar melakukan perjalanan dari kota asal yaitu Jember ke kota perantauan, Surabaya.

Ada pertanyaan menarik dalam talkshow ini mengenai perempuan yang ingin solo traveling dan mahram. Dulu saya juga takut untuk melakukan solo traveling selama beberapa hari bahkan minggu di berbagai kota tanpa mahram. Padahal saya memiliki tujuan yang baik, seperti belajar, mengeksplor kota-kota tersebut, mengikuti kegiatan tertentu dan bertemu dengan teman-teman lama.

Dalam buku Qira’ah Mubadalah, Kyai Faqih mengatakan bahwa dalam dinamika syariah Islam tentang konsep mahram dalam perjalanan bagi perempuan, beberapa ulama klasik dari Mahzab Syafi’i seperti diceritakan oleh Ibnu Hajar al-‘Asqallani, ada yang membolehkan perempuan bepergian sendiri selama bisa dipastikan perjalanan itu aman bagi mereka. Pandangan ini berbeda dengan pandangan sebagian ulama yang menyatakan bahwa perempuan yang bepergian harus didampingi oleh mahram terutama laki-laki.

Kyai Faqih menambahkan bahwa konsep mahram (pelindung) dalam perjalanan adalah bagaimana mewujudkan keamanan dan perlindungan bagi setiap orang yang bepergian, bukan untuk melarang dan membatasi aktivitas perempuan. Pengekangan dan pelarangan perempuan dalam perjalanan berawal dari asumsi kolektif bahwa perempuan adalah sumber fitnah.

Maria mengatakan bahwa dia pernah mendapatkan pelecehan seksual saat traveling justru di Mesir dan di Negara-negara Eropa lebih aman. Salah satu hal yang ditakutkan oleh saya juga adalah kejahatan dan pelecehan seksual saat melakukan solo traveling. Tapi kemudian saya berusaha membekali diri dengan self defense dan kematangan dalam mempersiapkan perjalanan. Sejauh ini saya tidak pernah mengalami hal-hal yang buruk.

Kata Maulana Jalaluddin Rumi, “We carry inside us the wonders we seek outside us”. Solo traveling sebenarnya bisa kita lakukan dengan aman dan nyaman karena melalui perjalanan kita dapat belajar banyak hal dan kembali mendefinisikan hidup kita sekali lagi.

Dengan siapapun partner perjalanan kita, pemaknaan terhadap perjalanan itu sendiri adalah proses spiritual yang hening. Meski sama-sama mengalami hal tertentu, bertemu dengan orang-orang yang sama dan mengunjungi tempat yang sama, pemaknaan tetaplah menjadi makna yang berbeda-beda dalam diri kita.

Afifah dan Maria menuliskan dan merefleksikan perjalanannya dalam tulisan yang kemudian menjadi buku. Temuan-temuan dan pembelajaran dari setiap pejalan pasti unik dan membawa pada sudut pandang tertentu. Maria memiliki ketertarikan pada arsitektur, seni Islam dan sejarah, lebih spesifik Maria tertarik pada kubah. Sedangkan Afifah menjadi tertarik dengan syair Maulana Jalaluddin Rumi dan tempat-tempat yang tidak pernah dikunjungi sebelumnya.

Saya juga suka menuliskan catatan perjalanan saat melakukan traveling. Saya ingin mengabadikan setiap pembelajaran, keindahan, tantangan dan pemaknaan saya selama melakukan perjalanan. Sehingga catatan perjalanan tersebut dapat menjadi pelajaran dan pegangan bagi mereka yang ingin melakukan perjalanan yang sama dan menjadi pengingat bagi diri sendiri saat hidup menjadi tidak mudah.

“Travel brings power and love back into your life.”

– Rumi

Perjalanan panjang butuh persiapan fisik, finansial, perencanaan waktu dan tujuan. Ketika melakukan pendakian di Gunung-gunung di Indonesia, saya merasa jauh lebih dekat dengan Tuhan. Ketika tertatih menuju puncak gunung, yang bisa saya andalkan hanya diri saya sendiri dan pertolongan Allah. Bagaimana tantangan tidak membuat saya lupa akan kewajiban saya sebagai hamba.

Semakin sulit perjalanan, semakin saya belajar banyak dan merasa semakin dekat dengan Tuhan karena berserah penuh pada-Nya. Perjalanan ke berbagai kota bahkan Negara adalah perjalanan keluar dan perjalanan ke dalam diri. Semakin lambat kita berjalan, semakin banyak hal yang kita tangkap. Sebab manusia adalah murid kehidupan. []

Tags: HijrahMuharramSpiritualTravelling
Wanda Roxanne Ratu Pricillia

Wanda Roxanne Ratu Pricillia

Wanda Roxanne Ratu Pricillia adalah alumni Psikologi Universitas Airlangga dan alumni Kajian Gender Universitas Indonesia. Tertarik pada kajian gender, psikologi dan kesehatan mental. Merupakan inisiator kelas pengembangan diri @puzzlediri dan platform isu-isu gender @ceritakubi, serta bergabung dengan komunitas Puan Menulis.

Terkait Posts

Toleransi

Menengok Toleransi Ideal Ala Muslim dan Hindu di Pulau Lombok

1 Desember 2023
pernikahan bukan solusi

Pernikahan Bukan Solusi untuk Meminimalisir Kekerasan Seksual

29 November 2023
Komnas Perempuan

Kiprah Komnas Perempuan Selama 25 Tahun Didirikan

28 November 2023
Rahmah

Tadarus Subuh: Rasulullah SAW sebagai al Rahmah al Muhdah

28 November 2023
Asma al-Murabit

Asma Al-Murabit: Perempuan Ulama yang Menuntut Pembebasan Kaum Perempuan

27 November 2023
Insecure

Sering Insecure? Mari Memahami Makna QS At-Tin Ayat 4 Dengan Cermat!

27 November 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kekerasan Seksual

    Bukan Hanya Perempuan, Laki-laki juga Rentan Menjadi Korban Kekerasan Seksual

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Feminisida: Pelenyapan Nyawa yang tidak Netral Gender

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bu Nyai Azizah, Sosok Wanita Inspiratif dari Tanah Semarang

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menyikapi Anxiety dengan Romanticizing Life ala Stoicisme

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Konflik Relasi Ibu dan Anak Perempuan (dewasa) nya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Gus Ulil: Muktamar Pemikiran NU Ke-2 Tidak Boleh Ada Lobi-lobi Politik
  • Buka Muktamar Pemikiran NU Ke-2, Gus Ulil: Mari Hadirkan Kecakapan Pemikiran Subtansif
  • Dibuka Malam Ini, Berikut Agenda Muktamar Pemikiran NU 2023
  • Menengok Toleransi Ideal Ala Muslim dan Hindu di Pulau Lombok
  • 4 Solusi Alternatif untuk Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual di Pesantren

Komentar Terbaru

  • Ainulmuafa422 pada Simple Notes: Tak Se-sederhana Kata-kata
  • Muhammad Nasruddin pada Pesan-Tren Damai: Ajarkan Anak Muda Mencintai Keberagaman
  • Profil Gender: Angka tak Bisa Dibiarkan Begitu Saja pada Pesan untuk Ibu dari Chimamanda
  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist