• Login
  • Register
Rabu, 29 Maret 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Keluarga

Hindari Kata ‘Pintar Sekali, Anaknya Siapa?’ dalam Mendidik

Shofi Puji Astiti Shofi Puji Astiti
09/02/2021
in Keluarga
0
Anak

Anak

149
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Anak ibarat selembar kertas putih yang seiring berjalannya waktu ia semakin dipenuhi warna, bisa warna kebahagiaan atau justru noda yang bisa menutupi setiap warnanya. Orang tua, keluarga, pendidik, dan lingkunganlah yang akan mewarnainya, karena mereka sosok teladan yang sangat berperan penting dalam perkembangan setiap anak.

Sering kali orang tua berbangga diri, tanpa disadari karena ketidaktahuannya, berbangga diri sambil bertanya pada sang anak tercinta  “Anak pintar, anak hebat, anak sholeh, anak rajin, anak cantik, anak ganteng, anak siapa sih?”

Padahal kita tahu bahwa menjadi orang tua bukanlah jabatan kebanggaan yang harus selalu diumbar. Karena anak kita, berhak bangga dan percaya diri pada dirinya sendiri, pada kemampuan dan prestasi atas namanya sendiri, bahkan berhak meraih kesuksesan atas jalannya sendiri.

Menurut teori behavioristik yang menekankan pada perubahan tingkah laku menyatakan bahwa perubahan lahir dari proses belajar, karena adanya stimulus, respons, dan adanya pengkondisian. Ketiga proses belajar tersebut saling berkaitan dan saling mempengaruhi, sehingga anak bisa beraktualisasi mencapai keberhasilan atas potensi yang dimilikinya bukan atas prestasi keluarganya.

Sebagai orang tua dan keluarga yang bertugas memberikan stimulus, membimbing, dan mengarahkan stimulus yang ada pada sang anak, mereka harus bisa mengkondisikan stimulus tersebut dan meresponnya dengan baik, bukan menanamkan nilai tidak baik dengan membanggakan prestasi keluarganya bahkan nasabnya.

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • Jalan Tengah Pengasuhan Anak
  • Mengapa Menjadi Bapak Rumah Tangga Dianggap Rendah?
  • Wahai Ayah dan Ibu, Jadilah Sahabat Bagi Anakmu!
  • Salahkah Memilih Childfree?

Baca Juga:

Jalan Tengah Pengasuhan Anak

Mengapa Menjadi Bapak Rumah Tangga Dianggap Rendah?

Wahai Ayah dan Ibu, Jadilah Sahabat Bagi Anakmu!

Salahkah Memilih Childfree?

Maka ketika bertanya pada anak, bertanyalah yang tepat seperti “Anak pintar, anak hebat, anak rajin, siapa namamu?” Bukan lagi bertanya “Anak pintar, anak rajin anaknya siapa?”

Ali bin Abi Thalib  (karramallâhu wajhah) mengingatkan bahwa:

لَيْسَ الْفَتىَ مَنْ يَقُوْلُ كَانَ أَِبيْ، وَلـٰكِنَّ الْفَتىَ مَنْ يَقُوْلُ هٰـأَنَاذَا

Bukanlah pemuda yang mengatakan inilah (prestasi) bapakku
Akan tetapi, pemuda adalah orang yang mengatakan inilah (pretasi) aku

Di dalam kitab “Ta‘lîm al-Muta‘allim”  juga disebutkan:

فَكَمْ عَبْـدٍ يَقُوْمُ مَقَـامَ حُرٍّ * وَكَمْ حُرٍّ يَقُوْمُ مَقَـامَ عَبْـدٍ

Betapa banyak anak orang biasa menjadi mulia (karena ketekunannya)
Namun, banyak juga anak orang mulia menjadi hina (karena kemalasannya)

Dari sini bisa diambil pelajaran berharga bahwa, sebagai anak harus semangat menggali dan mengasah potensi yang ada di dalam dirinya, mewujudkan cita-cita serta harapannya, dan tidak bangga pada keberhasilan keluarga. Setiap anak berhak sukses atas dirinya sendiri,

Memiliki buah hati bagi setiap orang tua sangatlah membahagiakan, tapi tidak jarang kebahagiaan yang ada harus berubah menjadi kesombongan. Hal ini bisa terjadi jika sejak kecil ia dijejali dengan berbagai kalimat yang menunjukkan prestise atau prestasi dari keluarganya.

Hal tersebut bisa menjadikan orang tua sombong karena ketidaktahuaanya, dan menjadikan anak tidak percaya diri atas kemampuannya. Itu merupakan kebiasaan pendidikan yang salah yang sering dilakukan orang tua, keluarga, bahkah lingkungannya.

Berbeda jika sedari kecil anak sudah ditanamkan dan dibiasakan untuk bisa beraktualisasi sesuai dengan potensi yang ada dalam diri anak. Sejak kecil anak dididik untuk percaya diri pada kemampuan atas namanya sendiri, maka beriringan dengan tumbuh semakin dewasa, kepercayaan diri anak akan semakin kuat.

Untuk itu sebagai orang tua harus terus mengingat nasehat Imam Al-Ghazali sebagai berikut: Pertama, jika berjumpa dengan anak-anak, anggaplah anak-anak lebih mulia dari pada kita, karena mereka belum banyak dosa.

Kedua, jika bertemu dengan orang tua, anggalah ia lebih mulia karena ia sudah lama beribadah. Ketiga, jika bertemu dengan orang alim, anggaplah ia lebih mulia dari kita karena ia telah mempelajari dan mengetahui banyak ilmu.

Keempat, ketika melihat orang bodoh, anggaplah mereka lebih mulia karena mereka melakukan dosa dalam kebodohan, sedangkan kita melakukan dosa dalam keadaan mengetahui. Kelima, ketika melihat orang jahat, jangan anggap kita lebih mulia karena mungkin suatu hari nanti dia akan bertobat atas kesalahannya.

Keenam, apabila bertemu dengan orang kafir, katakan di dalam hati bahwa mungkin suatu hari nanti mereka akan mendapatkan hidayah dan memeluk islam sehingga segala dosa mereka akan diampuni oleh Allah SWT. Mari mulai dari sekarang membiasakan dan menanamkan nilai-nilai positif pada anak dengan cara memberikan contoh yang baik, dan selalu mengajak dan mengajarkan kebaikan dengan cara yang baik pula. []

 

Tags: anakkeluargaorang tuaparentingpendidikan
Shofi Puji Astiti

Shofi Puji Astiti

Dosen IAIN Salatiga

Terkait Posts

Bapak Rumah Tangga

Mengapa Menjadi Bapak Rumah Tangga Dianggap Rendah?

28 Maret 2023
Sahabat bagi Anak

Wahai Ayah dan Ibu, Jadilah Sahabat Bagi Anakmu!

25 Maret 2023
Marital Rape

Marital Rape itu Haram, Kok Bisa?

21 Maret 2023
Dinafkahi Istri

Pengalaman Dinafkahi Istri, Perlukah Merasa Malu?

20 Maret 2023
Generasi Strawberry

Self Diagnose, Parenting, dan Labelling: Penyebab Munculnya Generasi Strawberry

16 Maret 2023
Positive Vibes Keluarga

Pentingnya Kesalingan Membentuk Positive Vibes Keluarga

15 Maret 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Sittin al-‘Adliyah

    Kitab Sittin Al-‘Adliyah: Prinsip Kasih Sayang Itu Timbal Balik

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Menjadi Bapak Rumah Tangga Dianggap Rendah?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menggali Nilai-nilai Tradisi di Bulan Ramadan yang Mulia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Islam Pada Awalnya Asing

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Imam Malik: Sosok yang Mengapresiasi Tradisi Lokal

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Islam Pada Awalnya Asing
  • Jalan Tengah Pengasuhan Anak
  • Imam Malik: Sosok yang Mengapresiasi Tradisi Lokal
  • Mengapa Menjadi Bapak Rumah Tangga Dianggap Rendah?
  • Kitab Sittin Al-‘Adliyah: Prinsip Kasih Sayang Itu Timbal Balik

Komentar Terbaru

  • Profil Gender: Angka tak Bisa Dibiarkan Begitu Saja pada Pesan untuk Ibu dari Chimamanda
  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Petasan, Kebahagiaan Semu yang Sering Membawa Petaka pada Maqashid Syari’ah Jadi Prinsip Ciptakan Kemaslahatan Manusia
  • Berbagi Pengalaman Ustazah Pondok: Pentingnya Komunikasi pada Belajar dari Peran Kiai dan Pondok Pesantren Yang Adil Gender
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist