• Login
  • Register
Jumat, 23 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Keluarga

Ibu Adalah Madrasah Pertama dalam Perspektif Mubadalah

Faqihuddin Abdul Kodir dalam bukunya “Qira'ah Mubadalah”, memandang jika dilihat dari perspektif mubadalah pemaknaan kata “al-ummu” lebih tepat yaitu keluarga atau orang tua, bukan ibu semata

Hoerunnisa Hoerunnisa
19/02/2021
in Keluarga
0
ibu adalah madrasah pertama

ibu adalah madrasah pertama

464
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Sore hari ceritanya saya sedang keliling kampung menikmati sejuknya alam, tiba-tiba mata saya terfokus pada satu titik pemandangan seorang laki-laki sedang menggendong anak perempuannya. Terdengar jelas beberapa warga yang melewatinya memuji laki-laki tersebut. “Memang suami idaman ya masnya!”, ada juga yang tanggapannya nyinyir sambil pasang wajah tidak enak, “kemana istrinya mas?, kok masnya yang mengasuh anaknya.?” Seketika muka saya mengkerut. Bagaimana dengan ibu adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya?

Memang kenapa jika suami mengasuh anak? toh anak tidak akan mati ditangan bapaknya. Ketika suami mengasuh anak bukan berarti istrinya pemalas, ya saya yakin istrinya sedang melakukan tugas lain atau istirahat sejenak dari aktifitas keseharian yang tidak ada henti-hentinya. Sudah seharusnya suami istri itu saling membantu bukan?

Saya melihat ketika seorang suami mengasuh anaknya, maka dia akan dipuji tidak ada habisnya, seolah-olah pencapaian yang begitu besar padahal itu hal yang wajar, sangat wajar karena mengasuh dan merawat anak merupakan tanggung jawab bersama suami dan istri.

Tidak sedikit juga yang menitik beratkan mengenai pendidikan anak di keluarga itu kepada ibunya, padahal keluarga itu unit terkecil dalam masyarkat. Sehingga kuatnya keluarga akan menjadi kekuatan masyarakat, ketika pendidikan keluarga di lakukan atas dasar kerja sama suami istri akan lebih baik dan menyenangkan. Seorang anak pasti akan benar-benar merasakan keberadaan bapak dan ibunya dalam proses pertumbuhannya.

Dalam perspektif mubadalah keluarga itu menjadi tanggung jawab bersama orang-orang yang menjadi anggota di dalamnya. Tidak hanya laki-laki, tidak juga hanya perempuan dan tidak juga orang tua. Intinya semua anggota keluarga. Tanggung jawab ini harus dimaknai positif dan dijalankan secara positif juga, untuk memberikan yang terbaik dan menjauhi dari segala hal keburukan. Ingat! Bukan untuk mengekang, apalagi menjerumuskan. Keluarga harus diwujudkan sebagai tempat tumbuh kembang yang baik dan nyaman bagi setiap anggotanya.

Baca Juga:

Menyusui Anak dalam Pandangan Islam

Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

Keberhasilan Anak Bukan Ajang Untuk Merendahkan Orang Tua

Grup Facebook Fantasi Sedarah: Wabah dan Ancaman Inses di Dalam Keluarga

Saya jadi teringat salah satu teman perempuan saya, teman saya sibuk bekerja dan posisi suaminya dalam keadaan tidak bekerja karena baru saja resign, mereka memiliki seorang anak. ketika istrinya sibuk bekerja suaminya memilih untuk bermain dengan teman-temannya dan menitipkan anaknya kepada mertuanya, karena suaminya berpikir mengasuh anak itu bukan tugasnya, dan jika dia melakukannya dia merasa akan dipandang rendah. Konyol bukan?

Asumsi populer di masyarakat mengenai istri yang bertanggung jawab secara penuh dalam hal perawatan dan pendidikan anak berangkat dari ungkapan “ibu adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya” (al-ummu madrasah ula). Ungkapan tersebut juga sering diproklamasikan sebagai legitimasi pentingnya pendidikan perempuan, agar kelak ketika menjadi ibu mampu mendidik anak dengan baik, karena bodohnya perempuan akan berimbas pada bodohnya anak-anak yang dilahirkan dan diasuhnya.

Ungkapan ibu adalah madrasah pertama tersebut juga di sisi lain secara subtansinya menjelaskan bahwa siapapun yang dekat dengan anak dialah yang akan menjadi sekolah pertama bagi anak tersebut. Jadi tidak khusus ibu atau perempuan. Sehingga ungkapan ibu adalah madrasah pertama tersebut bukan merupakan bentuk penyerahan tanggung jawab mengasuh dan mendidik anak kepada ibu atau perempuan semata.

Sebab dalam perspektif mubadalah pendidikan dan mengasuh anak adalah tanggung jawab laki-laki dan perempuan, dalam artian ibu dan ayah. Keduanya diharapkan sama-sama berperan aktif dalam membesarkan, mengasuh dan mendidik anak.

Ibu adalah Madrasah Pertama Menurut Faqihuddin Abdul Kodir

Faqihuddin Abdul Kodir dalam bukunya “Qira’ah Mubadalah” memandang jika dilihat dari perspektif mubadalah pemaknaan kata “al-ummu” lebih tepat yaitu keluarga atau orang tua, bukan ibu semata. Jadi, pernyataan “al-ummu madrasah ula” atau ibu adalah madrasah pertama dalam tafsir mubadalah artinya adalah orang tua merupakan sekolah pertama dan utama. Sebab dalam Islam, pendidikan anak pada prakteknya juga menjadi tanggung jawab bersama orang tua, bukan ibu semata.

Faqihuddin juga mengatakan ada beberapa hadits yang secara eksplisit menjelaskan pengasuhan anak yang ditugaskan kepada kedua orang tuanya, yaitu: hadist Shahih Bukhari, no. 1373, Shahih Bukhari, no. 6062 dan hadits Sunan al-Tirmidzi, no. 1149.

Ketiga hadits tersebut memperlihatkan betapa teladan Nabi Muhammad Saw selalu dekat dengan anaknya, ikut mengasuh, menggendong, bahkan membawanya sholat jam’ah. Nabi Muhammad SAW menunjukan kepada khalayak umat bahwa laki-laki ikut mengasuh anak adalah bagian dari ajaran Islam.

Ketika perempuan yang bekerja diminta untuk tidak melupakan perannya  sebagai ibu dan istri, maka laki-laki juga ketika bekerja jangan melupakan perannya sebagai ayah dan suami. Keluarga yang kokoh dan kuat adalah keluarga yang dibangun dari pondasi dua sisi yang saling membantu, yaitu perempuan dan laki-laki, baik sebagai suami dan istri, ayah dan ibu atau anggota keluarga lainnya. Mari saling berperan aktif dalam mewujudkan keluarga sakinah mawaddah warahmah. []

Tags: anakkeluargaorang tuaparentingPola Pengasuhan Anak
Hoerunnisa

Hoerunnisa

Perempuan asal garut selatan dan sekarang tergabung dalam komunitas Puan menulis

Terkait Posts

Kekerasan Seksual Sedarah

Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

19 Mei 2025
Keberhasilan Anak

Keberhasilan Anak Bukan Ajang Untuk Merendahkan Orang Tua

17 Mei 2025
Pendidikan Seks

Pendidikan Seks bagi Remaja adalah Niscaya, Bagaimana Mubadalah Bicara?

14 Mei 2025
Mengirim Anak ke Barak Militer

Mengirim Anak ke Barak Militer, Efektifkah?

10 Mei 2025
Menjaga Kehamilan

Menguatkan Peran Suami dalam Menjaga Kesehatan Kehamilan Istri

8 Mei 2025
Ibu Hamil

Perhatian Islam kepada Ibu Hamil dan Menyusui

2 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Jalan Mandiri Pernikahan

    Jalan Mandiri Pernikahan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Berhenti Meromantisasi “Age Gap” dalam Genre Bacaan di Kalangan Remaja

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bolehkah Dokter Laki-laki Memasangkan Alat Kontrasepsi (IUD) kepada Perempuan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rumah untuk Si Bungsu: Budaya Nusantara Peduli Kaum Rentan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 5 Jenis KB Modern

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Melampaui Batasan Tafsir: Membebaskan Narasi Gender dalam Islam Menurut Mernissi dan Wadud
  • KB dan Politik Negara
  • “Normal” Itu Mitos: Refleksi atas Buku Disabilitas dan Narasi Ketidaksetaraan
  • 5 Jenis KB Modern
  • Jalan Mandiri Pernikahan

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version