• Login
  • Register
Jumat, 11 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Featured

Inilah Sejarah Panjang PGRI Di Balik Penetapan 25 November Sebagai Hari Guru Nasional

Kita tentu sepakat pilihan menjadi seorang guru adalah pilihan untuk berjuang. Karena guru bertanggung jawab, atas perubahan suatu negeri bukan?

Kamariah Kamariah
26/11/2023
in Featured, Publik
0
PGRI

PGRI

605
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.Id – 25 November adalah salah satu hari yang sangat spesial untuk seluruh guru yang ada di Indonesia. Ditetapkan sebagai hari guru nasional dan dirayakan setiap tahun, apakah kamu sudah tahu sejarah kenapa 25 November menjadi hari guru nasional?

Hari guru nasional, sangat erat kaitannya dengan berdirinya PGRI (Persatuan Guru Republik Indonesia). Jauh hari sebelum menjadi PGRI, tepatnya pada tahun 1912, perkumpulan atau organisasi ini memiliki nama asli PGHB (Persatuan Guru Hindia Belanda).

Perkumpulan ini berisi guru-guru yang mengajar di sekolah rakyat angka 2 dan sekolah desa. Perkumpulan atau organisasi ini bersifat unitaristik, yaitu tanpa memandang; perbedaan ijazah, tempat kerja, kedudukan, agama, suku, golongan, gender dan asal usul.

Guru Pribumi Dalam Memperjuangkan Haknya

Pada tahun 1932 PGHB berubah namanya menjadi PGI (Persatuan Guru Indonesia). Sayangnya organisasi ini tidak bertahan lama, karena saat Jepang menjajah Indonesia, organisasi ini harus bubar. Hal ini karena ada unsur nama Indonesia-nya, pihak penjajah melihat ada gelagat perjuangan dalam nama organisasi tersebut.

Sehingga mau tidak mau, setuju ataupun tidak setuju, wadah yang baru saja menampakkan geliat perjuangan ini, kandas sebelum sempat mekar.

Baca Juga:

Peran Perempuan dan Perjuangannya dalam Film Sultan Agung

Stop Menormalisasi Pelecehan Seksual: Terkenal Bukan Berarti Milik Semua Orang

Membongkar Narasi Sejarah Maskulin: Marzuki Wahid Angkat Dekolonisasi Ulama Perempuan

Samia Kotele: Bongkar Warisan Kolonial dalam Sejarah Ulama Perempuan Indonesia

Jadi para guru pribumi, hanya bisa memperjuangkan haknya lewat organisasi sebelumnya. Adapun hak yang ingin mereka perjuangkan adalah, menginginkan kesetaraan karena terlihat adanya perbedaan hak antara guru pribumi dan Belanda.

Salah satu hasil dari perjuangan yang mereka lakukan ini adalah, adanya jabatan yang bisa didapatkan oleh para guru pribumi di HIS (Hollandsch-Inlandsche School). Awalnya semua jabatan hanya berada di pihak Belanda, namun satu persatu pindah ke tangan orang Indonesia.

Hubungan Hari Guru Nasional Dengan Semangat Kemerdekaan

Kita tentu sepakat bahwa pilihan menjadi seorang guru adalah pilihan untuk berjuang. Pilihan yang tidak mudah. Karena guru bertanggung jawab, atas perubahan suatu negeri bukan?

Lalu apa hubungan paling mendasar antara hari guru nasional dengan semangat kemerdekaan yang menjadi harapan semua warga Indonesia pada saat itu?

Paska kemerdekaan Republik Indonesia, pada 17 Agustus 1945, PGI kembali mendapatkan wadah terbaiknya. Hingga puncaknya adalah saat kongres Guru Indonesia, pada tanggal 24-25 November 1945 yang bertempat di Surakarta.

Melalui kongres ini, telah terbentuk kesepakan bahwa para guru membentuk PGRI, tepat 25 November 1945.

Semangat perjuangan para guru ini, terus menyala bahkan di tengah gempuran aroma mesiu pemboman oleh tentara Inggris atas studio Radio Republik Indonesia yang berlokasi di Surakarta. Para guru ini bersepakat untuk mengisi kemerdekaan dengan tiga tujuan:

Pertama, mempertahankan dan menyempurnakan Republik Indonesia. Kedua, memperingati tingkat pendidikan dan pengajaran sesuai dengan dasar-dasar kerakyatan. Ketiga, membela hak dan nasib buruh pada umumnya dan guru pada khususnya.

Para Guru Mendapatkan Haknya

Sejak kongres tersebut, para guru seolah telah mendapatkan angin segar untuk memperjuangkan profesi mulianya. Bukan hanya mengembangkan karier, namun juga mengembangkan pendidikan di Indonesia.

Sejak kongres itu juga, para guru menyatakan sumpah setia dalam pengabdian sebagai organisasi perjuangan, profesi dan organisasi ketenagakerjaan yang bersifat unitaristik, indipenden dan non-partai politik.

Adapun langkah besar yang pemerintah ambil, sebagai bentuk penghormatan kepada perjuangan para guru ini, pemerintah indonesia menetapkan hari lahir PGRI sebagai Hari Guru Nasional.

Hal ini sudah tercatat dalam UU resmi, berdasarkan Surat Keputusan Presidan Nomor 78 Tahun 1994.

Kita semua tentu sepakat bahwa guru adalah pahlwan nyata tanpa tanda jasa, bukan?

Maka tidak berlebihan, jika pemerintah memberikan penghargaan besar tersebut, dengan memberikan peringatan khusus, yang masih lestari sampai hari ini.

Meskipun, pada tanggal 25 November sekolah tidak libur, namun biasanya akan ada perayaan antara guru dan siswa bersuka cita, atas hari bersejarah tersebut.

Perayaan biasanya dibuka dengan upacara bendera, makan bersama atau bahkan lomba yang bisa mengikat kedekatan antara guru dan murid lainnya.

Kalau perayaan di tempat kalian sendiri bagaimana? Semoga perayaan-perayaan tersebut, mampu membangkitkan perjuangan yang telah para guru terdahulu lakukan ya. []

 

Tags: Hari Guru NasionalIndonesiakemerdekaanPGRIsejarah
Kamariah

Kamariah

Terkait Posts

Negara Inklusi

Negara Inklusi Bukan Cuma Wacana: Kementerian Agama Buktikan Lewat Tindakan Nyata

11 Juli 2025
Kopi yang Terlambat

Jalanan Jogja, Kopi yang Terlambat, dan Kisah Perempuan yang Tersisih

10 Juli 2025
Humor Kepada Difabel

Sudahkah Etis Jokes atau Humor Kepada Difabel? Sebuah Pandangan Islam

10 Juli 2025
Melawan Perundungan

Melawan Perundungan dengan Asik dan Menyenangkan

9 Juli 2025
Nikah Massal

Menimbang Kebijakan Nikah Massal

8 Juli 2025
Intoleransi di Sukabumi

Intoleransi di Sukabumi: Ketika Salib diturunkan, Masih Relevankah Nilai Pancasila?

7 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Berhaji

    Menakar Kualitas Cinta Pasangan Saat Berhaji

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ikrar KUPI, Sejarah Ulama Perempuan dan Kesadaran Kolektif Gerakan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Jalanan Jogja, Kopi yang Terlambat, dan Kisah Perempuan yang Tersisih

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film Horor, Hantu Perempuan dan Mitos-mitos yang Mengikutinya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Life After Graduated: Perempuan dalam Pilihan Berpendidikan, Berkarir, dan Menikah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Islam dan Persoalan Gender
  • Negara Inklusi Bukan Cuma Wacana: Kementerian Agama Buktikan Lewat Tindakan Nyata
  • Tauhid: Kunci Membongkar Ketimpangan Gender dalam Islam
  • Peran Perempuan dan Perjuangannya dalam Film Sultan Agung
  • Tauhid: Fondasi Pembebasan dan Keadilan dalam Islam

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID