• Login
  • Register
Kamis, 9 Februari 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Aktual

Jangan Buru-Buru! Ini 5 Akibat Pernikahan Dini

Mubadalah Mubadalah
03/10/2016
in Aktual
0
sumber gambar: penabiru.com

sumber gambar: penabiru.com

68
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Ini bukan masalah moral atau pencegahan agar anak muda (18 tahun ke bawah) tidak pacaran atau bahkan sampai terlibat pergaulan bebas. Pada awalnya, pernikahan dini terlihat sebagai solusi ideal. Banyak juga orang tua yang beralasan ingin menjaga putri mereka dari kemungkinan hamil di luar nikah, didukung dengan pemahaman agama yang belum tentu tepat. Namun, benarkah pernikahan dini dapat menyelesaikan masalah tersebut? Bagaimana dengan akibat pernikahan dini sendiri?

Sebelum membahas akibat pernikahan dini, bagaimana dengan penyebabnya? Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Plan International, beberapa penyebab masih banyaknya terjadi pernikahan dini, terutama di Indonesia, adalah:

  1. Masih kuatnya tradisi dan cara pandang masyarakat, terutama di desa, agar anak perempuan sebaiknya segera menikah. Tidak heran bila sebanyak 38% anak perempuan di bawah 18 tahun sudah menikah, sementara anak lelaki hanya 3.7%.
  2. Rendahnya akses pendidikan, kesempatan di bidang ekonomi, dan kualitas layanan serta pendidikan untuk kesehatan reproduksi, terutama bagi anak perempuan.
  3. Kemiskinan yang membuat banyak orang tua mengorbankan anak-anak perempuan mereka. Karena masih dianggap sebagai beban ekonomi keluarga, banyak anak perempuan yang dikeluarkan dari sekolah untuk segera dinikahkan, dengan harapan agar beban hidup orang tua berkurang dan anak perempuan tinggal menjadi tanggung jawab suaminya saja.
  4. Pembenaran atas tindakan kekerasan seksual. Di Bangladesh saja, masih ada anggapan bahwa lelaki harus menikahi perempuan yang jauh lebih muda. Belum lagi pernikahan paksa korban pemerkosaan dengan pelakunya, dengan alasan menutupi aib keluarga.
  5. Pemahaman ajaran agama mengenai pernikahan dini agar anak perempuan terhindar dari zina.

Lalu, bagaimana dengan akibat pernikahan dini itu sendiri?

  1. Meski memang efektif mencegah zina, namun pernikahan dini justru rentan perceraian. Usia yang terlalu muda bagi pasangan membuat mereka tidak siap dengan urusan rumah tangga dan realita yang ada.
  2. Usia kandungan yang terlalu muda justru rentan menyebabkan kematian ibu dan bayi. Belum lagi dengan rendahnya akses pendidikan, terutama pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi.
  3. Meskipun bayi yang lahir dari pernikahan dini dapat bertahan hidup, kemungkinan besar bayi itu mengalami keterlambatan perkembangan, kesulitan belajar, gangguan perilaku, dan cenderung mengulangi lingkaran serupa dengan orang tuanya: menikah dini di kemudian hari. Risiko terakhir lebih tinggi bila anaknya juga perempuan.
  4. Perempuan yang dinikahkan terlalu dini (minimal di usia 14 tahun) justru paling rentan menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga. Karena rendahnya tingkat pendidikan mereka (akibat putus sekolah) membuat mereka tidak sadar akan hak-hak mereka sebagai istri, ibu, dan manusia. Apabila kemudian pada akhirnya mereka ditelantarkan suami (atau suami mereka meninggal), mereka akan kesulitan mencari sumber penghidupan yang layak. Pada akhirnya, entah kembali menjadi beban ekonomi orang tua, mereka rentan terjebak dalam dunia prostitusi, meski mungkin niat utamanya hanya untuk menghidupi diri sendiri dan anak-anaknya.
  5. Perempuan yang menikah dini juga rentan mengalami depresi, terutama bila dinikahkan secara paksa. Haknya untuk menentukan jalan hidupnya sendiri telah dirampas, sehingga kondisi emosionalnya menjadi labil. Tidak hanya rentan menjadi korban kekerasan dalam rumah-tangga, perempuan pun dapat menjadi pelaku, misalnya menjadi penyiksa anak.

Lalu, bagaimana dengan solusi untuk mengatasi akibat pernikahan dini?

Tidak hanya keluarga, masyarakat dan pemerintah harus menangani masalah ini. Menurut Mark Pierce dari Plan International, kombinasi dari peningkatan pendidikan, pemberdayaan ekonomi, akses layanan kesehatan reproduksi, dan penegakan hukum serta kebijakan perlindungan terhadap anak harus dapat mengatasi masalah akibat pernikahan dini.

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • Lima Pilar Penyangga Dalam Kehidupan Rumah Tangga
  • Kritik Ibn Hazm aẓ-Ẓahiri Terhadap Ulama yang Membolehkan Pernikahan Tanpa Wali
  • Salingers, Yuk Normalisasi Nikah di KUA
  • Pentingnya Mengetahui Kesehatan Calon Pasangan Sebelum Menikah

Baca Juga:

Lima Pilar Penyangga Dalam Kehidupan Rumah Tangga

Kritik Ibn Hazm aẓ-Ẓahiri Terhadap Ulama yang Membolehkan Pernikahan Tanpa Wali

Salingers, Yuk Normalisasi Nikah di KUA

Pentingnya Mengetahui Kesehatan Calon Pasangan Sebelum Menikah

Penulis: Rita

Sumber:  www.penabiru.com

Tags: akibat pernikahan dinihubunganpernikahanpernikahan dini
Mubadalah

Mubadalah

Portal Informasi Popular tentang relasi antara perempuan dan laki-laki yang mengarah pada kebahagiaan dan kesalingan dalam perspektif Islam.

Terkait Posts

keluarga berencana

Relasi Keluarga Berencana dalam Perspektif Mubadalah

31 Januari 2023
perspektif mubadalah

5 Pilar Keluarga Berencana dalam Perspektif Mubadalah

28 Januari 2023
Ninik Rahayu Dewan Pers

Dr. Ninik Rahayu Terpilih sebagai Ketua Dewan Pers 2022-2025

15 Januari 2023
Terorisme

Forum Masyarakat Sipil Cirebon Dorong Rehabilitasi dan Reintegrasi Mantan Pelaku Kasus Terorisme

14 Januari 2023
Nabi Perintahkan Kita Lindungi Warga dari Kekerasan Seksual

Nabi Perintahkan Kita Lindungi Warga dari Kekerasan Seksual

31 Desember 2022
Mahasiswa Sebagai Social Control Untuk Wujudkan Bebas dari Korupsi

Mahasiswa Sebagai Social Control Untuk Wujudkan Bebas dari Korupsi

30 Desember 2022
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Childfree

    Childfree: Hukum, Dalil, dan Penjelasannya dalam Perspektif Mubadalah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengenal Party Pooper, Melihat Perilaku Para YouTuber

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lagu We Will Rock You dalam Satu Abad NU

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kisah Saat Nabi Muhammad Saw Memuji Orang Kafir Karena Karyanya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Umm Hisyam Ra Menghafal Al-Qur’an Langsung dari Lisan Nabi Saw

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Bagaimana Hukum Suami Mengasuh Anak?
  • Kampung Adat Kranggan, Masih Eksis di Pinggiran Ibu Kota
  • Umm Hisyam Ra Menghafal Al-Qur’an Langsung dari Lisan Nabi Saw
  • Mengenal Party Pooper, Melihat Perilaku Para YouTuber
  • Kisah Saat Nabi Muhammad Saw Memuji Orang Kafir Karena Karyanya

Komentar Terbaru

  • Pemikiran Keislaman di Malaysia dan Indonesia pada 6 Tips Berdakwah Ala Nyai Awanilah Amva
  • Menghidupkan Kembali Sikap Saling Melindungi pada Impak Islamisasi di Malaysia: Tudung sebagai Identiti Muslimah Sejati dan Isu Pengawalan Moraliti Perempuan
  • Harapan Lama kepada Menteri PPPA Baru - Mubadalah pada Budaya Patriarki Picu Perempuan Jadi Mayoritas Korban Kekerasan Seksual
  • Menjadi Perempuan Pembaru, Teguhkan Tauhid dalam Kehidupan pada Bagaimana Hukum Menggunakan Pakaian Hingga di Bawah Mata Kaki?
  • Wafatnya Mbah Moen Juga Dirasakan Semua Umat Beragama - Mubadalah pada Fahmina Institute Terapkan Prinsip Mubadalah dalam Organisasi
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist