• Login
  • Register
Sabtu, 9 Desember 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom

Jangan Gampang Katakan Kafir, Apalagi Cuma Karena Masalah Aurat

Fitrotul Muzayanah Fitrotul Muzayanah
26/09/2018
in Kolom
0
kerudung

Ilustrasi; pixabay[dot]com

105
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Kenapa tradisi menebar kebencian terus saja merebak. Hingga banyak yang men-judge orang tertentu dosa, orang itu salah, gak punya otak, kafir, dan masih banyak lagi kata-kata yang membuat orang tersinggung. Salah satu contoh penghakiman yang menyakitkan itu adalah masalah aurat. Beberapa orang masih suka bilang, “kamu dosa karena tak menutup aurat”. Padahal jelas-jelas, yang dituduhnya itu memakai pakaian sopan, dan tidak merugikan orang lain.

Seperti pengalaman saya di sebuah lembaga privat di Bogor, Pusat Belajar Bahasa Arab, Al-Qur’an dan Ilmu Islam. Lembaga tersebut bernuansa agama, namun ternyata sangat tidak moderat.

“Mbak, kalau jadi guru tidak boleh pakai celana, kerudungnya juga kurang panjang, harus bercadar kalau bisa. Auratnya harus ditutup, itu dosa. Kamu sudah kafir, mbak.”

Ngomongin “Kafir” kepada Pahlawan Non-Muslim

Teguran semacam itu membuat saya kaget. Loh masih ada ya, di lingkungan kota agamis ternyata orang-orang yang memelihara pikiran “saklek” seperti itu?

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • Khadijah binti Khuwailid : Manifestasi Perempuan Pencari Nafkah Utama
  • Bangunan Rumah Tangga Ideal dalam Islam
  • Emang Bener Terserang Mental Illness Adalah Pertanda Imannya Lemah?
  • Kesuksesan Muhammad Al-Fatih: Bukti Kesetaraan Gender Berhasil Mendidik Generasi

Baca Juga:

Khadijah binti Khuwailid : Manifestasi Perempuan Pencari Nafkah Utama

Bangunan Rumah Tangga Ideal dalam Islam

Emang Bener Terserang Mental Illness Adalah Pertanda Imannya Lemah?

Kesuksesan Muhammad Al-Fatih: Bukti Kesetaraan Gender Berhasil Mendidik Generasi

Orang-orang tertentu memang sangat suka men-judge orang lain dengan kata kafir dan pendosa. Seolah-olah orang yang di hadapannya punya akhlak yang tidak baik. Parahnya, kita harus mengikuti “kebenaran” seperti yang mereka pikirkan.

Ini baru permasalahan aurat, belum yang lain.

Saya ingat, Kiai Husein Muhammad pernah menjelaskan, “aurat itu budaya”. Ia berasal dari bahasa Arab yang berarti celah, sesuatu yang memalukan, sesuatu yang dipandang buruk dari anggota tubuh manusia, maupun membuat malu apabila dipandang.

Baca juga: Husein Muhammad: Batas “Aurat” itu Budaya

Ulama perempuan Jawa dahulu, hanya memakai kerudung. Semacam slempang untuk menutupi kepala dengan rambut yang masih terlihat. Sedangkan di Arab, perempuan malu apabila rambut terlihat oleh orang umum.

Ulama perempuan Jawa dahulu hanya memakai jarit (kain untuk dijadikan rok). Sedangkan di Arab, banyak juga yang memakai celana panjang, dan lantas tidak mudah menuduh kafir kepada orang hanya karena aurat. Dari sini sudah jelas, budaya Jawa dan Arab berbeda.

Aurat bukan sebuah terminologi agama, tetapi sebuah persoalan sosial budaya. Batasan aurat bukan ditentukan oleh teks agama, melainkan konteks tuntutan sosial budaya yang sangat relatif.

Merebut Tafsir: Sekali Lagi Jilbab dan Burqa

Jadi, saya hanya ingin mengatakan kepada kawula muda khususnya generasi milenial yang suka memakai kata “hijrah” untuk kembali kepada kebenaran. Jangan langsung men-judge orang dengan kata kafir hanya karena masalah “aurat” sebagaimana isi pikiranmu.

Bahwa sudah ditegaskan sebagian ulama, perintah menutup aurat memang bagian dari agama teks syara’, tetapi batasan aurat ditentukan oleh budaya, yaitu atas pertimbangan kesepakatan di masyarakat daerah tersebut.[]

Tags: agamaajaranarabauratBudayaIndonesiaislamJawaKafirkerudungkiaimenghakimipakaianperempuanperintahroksosial
Fitrotul Muzayanah

Fitrotul Muzayanah

Nama Fitrotul Muzayanah, lahir di Wonosobo, 23 Agustus 1991. Putri pertama dari Bapak Hj. Chabib Umar dan Titi Suciati dari tingkat taman kanak-kanak -SD pernah tinggal di pesantren Miftahul Huda Wonosobo, MTs-MA di kota santri Kudus, dilanjutkan study s1 di UIN Yogyakarta pada tahun 2009 dengan mengambil jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, kemudian mengambil program Pascasarjana pada tahun 2015 di Unusia Jakarta dengan konsentrasi Kajian Islam Nusantara yang berakhir pada tahun 2017.

Terkait Posts

Relasi Kuasa

Kenapa Relasi Kuasa Masih Terus Dilekatkan Kepada Laki-laki?

9 Desember 2023
Perempuan Pencari Nafkah

Khadijah binti Khuwailid : Manifestasi Perempuan Pencari Nafkah Utama

9 Desember 2023
Mental Illness

Emang Bener Terserang Mental Illness Adalah Pertanda Imannya Lemah?

9 Desember 2023
Proses Perempuan

Proses Perempuan, dan Titik Berangkat yang Berbeda

8 Desember 2023
Ketertindasan Perempuan

Di Balik Kilau Perhiasan Terdapat Kelam Ketertindasan Perempuan

8 Desember 2023
Peran Ayah

Aku Punya Ayah, Tapi Aku Kehilangan Perannya

8 Desember 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Peran Ayah

    Aku Punya Ayah, Tapi Aku Kehilangan Perannya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Proses Perempuan, dan Titik Berangkat yang Berbeda

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Aktivitas Seksual Suami Istri Menjadi Bagian dari Sedekah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Aktivitas Seksual Suami Istri: Media untuk Menumbuhkan Cinta Kasih

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Di Balik Kilau Perhiasan Terdapat Kelam Ketertindasan Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Kenapa Relasi Kuasa Masih Terus Dilekatkan Kepada Laki-laki?
  • Saat Berkonflik dengan Keluarga, Ini yang Nabi Saw Lakukan
  • Kesuksesan Hamka dan Siti Raham: Bukti Kesalingan dalam Rumah Tangga
  • Kehidupan Rumah Tangga Nabi Muhammad Saw Penuh Perbedaan
  • Khadijah binti Khuwailid : Manifestasi Perempuan Pencari Nafkah Utama

Komentar Terbaru

  • Ainulmuafa422 pada Simple Notes: Tak Se-sederhana Kata-kata
  • Muhammad Nasruddin pada Pesan-Tren Damai: Ajarkan Anak Muda Mencintai Keberagaman
  • Profil Gender: Angka tak Bisa Dibiarkan Begitu Saja pada Pesan untuk Ibu dari Chimamanda
  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist