• Login
  • Register
Selasa, 8 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom

Jodoh Sering Tak Masuk Akal

Alamsyah M Ja'far Alamsyah M Ja'far
19/09/2017
in Kolom, Personal
0
tak masuk akal

tak masuk akal

181
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Isteri saya itu perempuan yang sangat mengerti saya. Tidak neko-neko.” Dari nadanya saya menduga begitu bangga ia pada isterinya yang dulu saat pacaran akan diputuskan itu.

Mubadalah.id – Sudah lama saya percaya, perkara jodoh kadang memang tak masuk akal, unik, kasuistik, bahkan lebih sebagai misteri yang mungkin hanya bisa diungkap hingga satu hari sebelum kiamat. Kata kolega saya, jodoh itu dapatlah dikategorikan masalah agama yang sifatnya ta’abbudi.

Ini konsep tentang doktrin-doktrin dan ajaran agama yang hanya dapat diimani, tak dapat dirasionalisasi. Lawannya adalah ta’aqquli, sesuatu yang dapat dinalar.

baca: Hidup Terpisah dengan Pasangan

Senior saya menyontohkan begini. Jika dirasionalisasi, akan tidak masuk akal si anu menikah dengan si ini. Cakep tidak, kaya tidak, tapi mengapa bisa menikah. Yang begitu itu, kata senior saya lagi, ya cukup hanya dipercaya. Tak perlu dirasionalisasi dan dicarikan argumen akademiknya. Ia terbahak-bahak.

Kepercayaan ini makin menjadi-jadi ketika saya mendegarkan kisah cinta dan jodoh seorang sopir taksi yang mengantar saya ke bandara Djuanda.

Baca Juga:

Menanamkan Jiwa Inklusif Pada Anak-anak

Meruntuhkan Mitos Kodrat Perempuan

Menimbang Kebijakan Nikah Massal

Menggugat Batas Relasi Laki-Laki dan Perempuan di Era Modern-Industrialis

“Tadinya saya ingin memutuskan hubungan. Tapi tidak bisa. Tidak tega. Bagaimana lagi? Orang tua saya sebetulnya kurang setuju. Namanya jodoh, Pak.”

Taksi yang membawa saya menuju bandara berjalan mengalun dengan kecepatan di atas 80 kilo perjam. Pohon-pohon berkelebatan. Juga rumah-rumah, gedung-gedung, dan sebuah sungai yang airnya jangan-jangan menempel di bibir pantai Pulau Tidung.

Saya menerawang mengingat-mengingat kisah dan jodoh saya. Kadang tak masuk akal memang!

Si sopir berkisah ringkas saja, tapi saya yakin tak seringkas itu kenyataannya. Pokoknya, pada akhirnya mereka berkenalan dan menikah. Dulu, keduanya buruh pabrik. Kini mereka punya dua anak dan kini tinggal di sebuah kampung di Lamongan.

baca: 6 Tahap Perkembangan Hubungan Perkawinan

“Isteri saya itu perempuan yang sangat mengerti saya. Tidak neko-neko.” Dari nadanya saya menduga begitu bangga ia pada isterinya yang dulu saat pacaran akan diputuskan itu. Saya kira isterinya pun demikian membanggakan suaminya itu.

Apa hikmah di balik semua kisah ini? Tak lain tak bukan agar orang yang sudah berumah tangga makin percaya bahwa jodoh kadang tak masuk akal. Termasuk sering tak masuk akalnya sikap pasangan kita. Itu tadi. Ia hal yang sering hanya dapat diterima dan dipercaya begitu saja, dihadapi sebagai kenyataan hidup.

Bandara Halim-Depok
Sumber:https://www.facebook.com/alamsyah.m.djafar

Alamsyah M Ja'far

Alamsyah M Ja'far

Terkait Posts

Jiwa Inklusif

Menanamkan Jiwa Inklusif Pada Anak-anak

8 Juli 2025
Nikah Massal

Menimbang Kebijakan Nikah Massal

8 Juli 2025
Intoleransi di Sukabumi

Intoleransi di Sukabumi: Ketika Salib diturunkan, Masih Relevankah Nilai Pancasila?

7 Juli 2025
Retret di sukabumi

Pengrusakan Retret Pelajar Kristen di Sukabumi, Sisakan Trauma Mendalam bagi Anak-anak

7 Juli 2025
Menemani dari Nol

From Zero to Hero Syndrome: Menemani dari Nol, Bertahan atau Tinggalkan?

7 Juli 2025
Sejarah Ulama Perempuan

Mencari Nyai dalam Pusaran Sejarah: Catatan dari Halaqah Nasional “Menulis Ulang Sejarah Ulama Perempuan Indonesia”

7 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Retret di sukabumi

    Pengrusakan Retret Pelajar Kristen di Sukabumi, Sisakan Trauma Mendalam bagi Anak-anak

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • From Zero to Hero Syndrome: Menemani dari Nol, Bertahan atau Tinggalkan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Intoleransi di Sukabumi: Ketika Salib diturunkan, Masih Relevankah Nilai Pancasila?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sejarah Ulama Perempuan yang Membisu dalam Bayang-bayang Kolonialisme Ekonomi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kasih Sayang Seorang Ibu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Menanamkan Jiwa Inklusif Pada Anak-anak
  • Meruntuhkan Mitos Kodrat Perempuan
  • Menimbang Kebijakan Nikah Massal
  • Menggugat Batas Relasi Laki-Laki dan Perempuan di Era Modern-Industrialis
  • Sejarah Ulama Perempuan yang Membisu dalam Bayang-bayang Kolonialisme Ekonomi

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID