• Login
  • Register
Sabtu, 4 Februari 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Featured

Keluarga, Perempuan dan Pengasuhan Anak

Aslamiah Aslamiah
14/07/2020
in Featured, Keluarga
0
277
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Dewasa ini ruang diskusi digencarkan tentang persoalan nikah muda, poligami, dan lain-lain dimana hal itu menyangkut bangunan suatu keluarga. Wacana itu diluncurkan dengan dalih agama, bak bersembunyi dibalik ayat yang terlihat membenarkan akan suatu perkara, dengan iming-iming surga, siapa yang tidak tergiur?

Akan tetapi, mental yang belum siap, perencanaan yang tidak matang, dan utamanya persoalan ekonomi atau finansial yang tidak menunjang kebutuhan keluarga menjadi persoalan utama yang harus dihadapi oleh pihak terkait. Akhirnya keluarga tercerai berai karena keputusan yang terburu-buru itu.

Padahal keluarga adalah unit utama yang menjadi pondasi dari kuatnya suatu peradaban bangsa. Maka dari itu kita harus menjawab tantangan zaman agar keturunan kita menjadi generasi yang cerdas dan kreatif. Itu semua bermula pada peran keluarga dan pendidikan yang didapat oleh anak itu sendiri.

Alvin Toffler seorang futurolog yang telah menerbitkan buku yang berjudul ‘Future Shock’ pada tahun 1970, secara historis-prediktif menunjukkan garis perkembangan peradaban dalam 3 masa; fase pertanian, fase industri, fase informasi.

Menurut Toffler, siapa yang menguasai informasi berarti ia menguasai kehidupan. Ternyata prediksi itu kini benar adanya. Kehidupan dan peradaban kini ditentukan pada penguasaan informasi dan teknologi yang berkembang. Dunia islam pada umumnya masih menjadi pihak penerima informasi yang merupakan produk barat baik elektronik maupun cetak.

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • Pengembangan Industri Halal yang Ramah Lingkungan
  • Pada Masa Nabi Saw, Para Perempuan Ikut Aktif Terlibat Dalam Politik
  • Hari Kanker Sedunia: Pentingnya Deteksi Dini untuk Cegah Kanker
  • Kisah Saat Para Perempuan Menjadi Saksi Kelahiran Nabi Muhammad Saw

Baca Juga:

Pengembangan Industri Halal yang Ramah Lingkungan

Pada Masa Nabi Saw, Para Perempuan Ikut Aktif Terlibat Dalam Politik

Hari Kanker Sedunia: Pentingnya Deteksi Dini untuk Cegah Kanker

Kisah Saat Para Perempuan Menjadi Saksi Kelahiran Nabi Muhammad Saw

Bagaimana seharusnya keluarga muslim dalam menghadapi revolusi komunikasi saat ini? Apakah harus melepas tradisi Islamnya demi modernitas? Atau bahkan sebaliknya? Atau perlu adanya jalan ketiga sebagai sintesa antara keduanya? Yups, mari kita bahas lebih dalam.

Keluarga dapat diartikan sebagai kelompok sosial terkecil dalam sebuah negara yang merupakan produk dari adanya ikatan-ikatan yang mengikat. Keluarga terbagi menjadi dua; keluarga luas (al-ailah) dan keluarga inti (al-usrah). Keluarga mempunyai 4 fungsi yaitu;

Pertama, Fungsi seksual, ikatan itu terbentuk dari jenis kelamin yang berbeda dimana keduanya saling membutuhkan. Kedua, Fungsi kooperatif, untuk menjamin kontinuitas sebuah keluarga, disini juga bisa menerapkan konsep mubadalah dalam keluarga. Ketiga, Fungsi regenaratif, menciptakan sebuah generasi penerus estafet. Keempat, Fungsi genetik, untuk melahirkan seorang anak dalam rangka menjaga keberlangsungan keturunan.

Sebuah keluarga muslim pada hakikatnya merupakan landasan utama bagi terbentuknya masyarakat Islami, sebuah keluarga diikat oleh ikatan agama untuk mewujudkan kepribadian yang luhur. Akan tetapi pasca abad ke 18, setelah terjadinya proyek industrialisasi, modernisasi dan tranformasi peradaban, kemudian ilmu pengetahuan semakin berkembang, mengakibatkan kepribadian luhur keluarga mulai terkikis dan mengalami krisis sosial.

Hal ini menjadi tantangan tersendiri agar keluarga dapat survive, ada tiga solusi yang ditawarkan; Pertama, mewujudkan ekonomi kreatif keluarga yang handal, setiap anggota keluarga bertanggungjawab untuk meringankan beban keluarga, semua anggota baik ayah maupun ibu, harus berpartisipasi dalam pekerjaan rumah tangga.

Kedua, melestarikan tradisi, bapak sebagai kepala rumah tangga, dan ibu sebagai pendamping bapak dengan hak yang sama. Masing-masing harus mengerti hak dan kewajiban sebagai agen dari keluarga tersebut.

Ketiga, memperhatikan aspek rasa dan emosi, rasa kasih sayang dan rasa percaya harus ditumbuhkan dan dipupuk sedemikian rupa, dimana rasa syukur juga harus selalu ada dalam setiap perjalanan keluarga, baik saat duka dan suka. Ketika keluarga muslim dihadapkan pada pertarungan antara tradisi dan modernitas, kita tidak perlu lagi kaku untuk menjawabnya.

Jalan terbaik dalam menghadapinya dengan mendialogkan tradisi dengan modernitas, agar tetap mampu bertahan dalam menjawab tantangan zaman. Hal itu dikarenakan kita tetap menjaga nilai keluhuran budaya kita, dan memadupadankan dengan modernisme yang rasional agar menciptakan peradaban yang lebih baik tentunya.

Saya yakin memainkan peran sebagai ibu adalah hal yang luar biasa dilakukan dengan senang hati tanpa mengharapkan imbalan apapun dari keluarga. Dewasa ini kita sering menghadapi isu-isu peran ibu milenial, dimana isu yang di goreng adalah saling tuding antara ibu rumah tangga dan ibu yang berkarir. Ya, mereka menjadi ‘toxic’ kepada sesama perempuan.

Dalam menjawab persoalan ini kita harus mampu melihat konteks dari apa yang terjadi yang dihadapi oleh ibu dalam memainkan perannya. Saya yakin bahwa setiap keputusan yang diambil seorang ibu adalah keputusan yang bijak. Apakah ia memilih berkarir, atau hanya cukup menjadi ibu rumah tangga.

Atau bisa jadi Ibu mempunyai potensi dan kemampuan yang lebih di ranah publik, tanpa meninggalkan perannya sebagai ibu, seperti Ibu Shinta Nuriyah Abdurrahman Wahid. Apalagi sekarang ini banyak kebijakan yang tidak memperhatikan nasib perempuan karena kebijakan yang diambil dari kacamata atau pengalaman laki-laki saja. Memang semua harus tepat porsi dan posisi.

Anak sebagai amanah yang diberikan oleh Allah untuk dijaga, dididik dan dibesarkan. Ia siap dijadikan apa saja sesuai dengan tergantung keinginan si orangtuanya. Jika dibiasakan dan dibina untuk menjadi baik maka ia akan menjadi baik, kedua orangtua, para guru dan pendidiknya pun akan menuai kebahagiaan dunia dan akhirat.

Begitupun sebaliknya, bila ditanam dengan keburukan, orangtua dan pendidiknya akan menanggung dosanya. Lalu bagaimana tentang peran orang tua dalam kepengasuhan anak? Didalam QS, Al-Tahrim;6 disebutkan tentang pentingnya orangtua dalam menjaga anak dan keluarganya dari api neraka, yaitu hal-hal yang dapat membawa kerusakan bagi anak di dunia dan di akhirat.

Beberapa sikap Rasulullah SAW pada anak kecil yang patut kita teladani yaitu Rasulullah Saw senang bermain-main dengan anak-anak dan kadang memangku mereka. Contoh; beliau menyuruh Abdullah, Ubaidillah, dan lain-lain dari putra putra pamannya Al-Abbas untuk berbaris lalu berkata, “Siapa yang terlebih dahulu sampai kepadaku akan aku beri hadiah.” Merekapun berlomba-lomba menuju beliau, kemudian duduk dipangkuannya lalu Rasulullah menciumi mereka dan memeluknya.

Rasulullah Saw tidak menyukai orang yang tidak memiliki kasih sayang pada anak kecil. Contoh: Al-Aqra berkata kepada Rasulullah, “Wahai Rasulullah aku mempunyai 10 orang anak, tetapi aku belum pernah mencium mereka.” Rasulullah menjawab, “Aku tidak akan mengangkat engkau sebagai pemimpin apabila Allah telah mencabut rasa kasing sayang dari hatimu. Barang siapa yang tidak memiliki rasa kasih sayang, niscaya dia tidak akan disayang.’’

Rasulullah SAW sangat memahami ketidaktahuan anak. Contoh; seorang anak kecil dibawa kepada Rasulullah saw untuk dimohonkan berkah dan diberi nama. Anak tersebut dipangku oleh beliau. Tiba-tiba anak itu kencing dipangkuan beliau. Beliau berkata “jangan di putuskan anak yang sedang kencing, biarkanlah dia sampai selesai dahulu kencingnya.” Beliau pun berdoa dan memberi nama anak itu. Ketika mereka telah pergi, beliau mencuci sendiri pakaian yang terkena kencing tadi.

Dari penjelasan diatas, nampak bahwa Rasulullah sangat mencintai anak. Dengan pola pengasuhan sebagaimana yang diajarkan dalam Al-Quran dan dicontohkan oleh Rasulullah, maka kehidupan keluarga niscaya akan bahagia, tanpa adanya kekerasan didalamnya. Surat al-Maun ayat 1-3 dan 7 menjelaskan kewajiban kita untuk memberikan perlindungan pada anak.

Bagi Islam, prinsip perlindungan anak bukanlah hal yang baru karena ajaran islam telah banyak dijumpai dalam al-quran dan hadis maupun maqolah sahabat. Semangat untuk calon orangtua di masa mendatang. Be the best parents for your family and the world will be in your hands. []

Aslamiah

Aslamiah

Seorang pembelajar di akar rumput, berfokus pada gender dan pembangunan sosial yang inklusif

Terkait Posts

Kehidupan Rumah Tangga

Lima Pilar Penyangga Dalam Kehidupan Rumah Tangga

4 Februari 2023
Peran Ayah bagi Anak Perempuan

Fenomena Fatherless dan Peran Ayah bagi Anak Perempuannya

2 Februari 2023
Kesehatan Calon Pasangan

Pentingnya Mengetahui Kesehatan Calon Pasangan Sebelum Menikah

31 Januari 2023
Makanan Penambah Darah

Makanan Penambah Darah untuk Ibu Hamil Berdasarkan Kearifan Lokal Indonesia

26 Januari 2023
Toxic Parents

Toxic Parents dan Akibatnya pada Pengasuhan Anak

26 Januari 2023
Mandul itu Bukan Salah Perempuan

Mandul itu Bukan Salah Perempuan Semata

25 Januari 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Nabi Saw Menghormati Anak Perempuan

    Kisah Anak Perempuan yang Nabi Muhammad Saw Hormati

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Gaya Hidup Minimalis Dimulai dari Meminimalisir Pakaian

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kisah Saat Perempuan Berbicara dan Berpendapat di Depan Nabi Saw

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 5 Penyebab Su’ul Khatimah yang Dilalaikan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lima Pilar Penyangga Dalam Kehidupan Rumah Tangga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Pengembangan Industri Halal yang Ramah Lingkungan
  • Pada Masa Nabi Saw, Para Perempuan Ikut Aktif Terlibat Dalam Politik
  • Hari Kanker Sedunia: Pentingnya Deteksi Dini untuk Cegah Kanker
  • Kisah Saat Para Perempuan Menjadi Saksi Kelahiran Nabi Muhammad Saw
  • Lima Pilar Penyangga Dalam Kehidupan Rumah Tangga

Komentar Terbaru

  • Refleksi Menulis: Upaya Pembebasan Diri Menciptakan Keadilan pada Cara Paling Sederhana Meneladani Gus Dur: Menulis dan Menyukai Sepakbola
  • 5 Konsep Pemakaman Muslim Indonesia pada Cerita Singkat Kartini Kendeng dan Pelestarian Lingkungan
  • Ulama Perempuan dan Gerak Kesetaraan Antar-umat Beragama pada Relasi Mubadalah: Muslim dengan Umat Berbeda Agama Part I
  • Urgensi Pencegahan Ekstrimisme Budaya Momshaming - Mubadalah pada RAN PE dan Penanggulangan Ekstrimisme di Masa Pandemi
  • Antara Ungkapan Perancis La Femme Fatale dan Mubadalah - Mubadalah pada Dialog Filsafat: Al-Makmun dan Aristoteles
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist