• Login
  • Register
Selasa, 1 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Pernak-pernik

Ketika Laki-Laki Menjadi Sumber Keresahan Sosial

KH. Husein Muhammad KH. Husein Muhammad
09/05/2020
in Pernak-pernik
0
(sumber foto mediajabar.com)

(sumber foto mediajabar.com)

65
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Aku sudah lupa apakah pernah membagi tulisan ini dulu kala.
—

Perempuan di banyak tempat di dunia sering (jika tidak selalu) dipandang sebagai sumber keresahan atau kekacauan social. Ini makna lain dari kata “fitnah”.

Lalu bagaimana dengan laki-laki. Apakah laki-laki juga bisa menjadi sumber fitnah atau keresahan/kekacauan social?.

Sebuah kisah klasik Arabia menceritakan tentang perempuan-perempuan Arab yang mabuk rindu berat dan tergila-gila pada seorang laki-laki tampan. Namanya Nashr bin Hajjaj. Ini terjadi pada zaman kepemimpinan Umar bin Khattab.

Amirul Mukminin, begitu beliau ingin dipanggil, yang berarti pelayan orang-orang beriman. Suatu malam beliau ” incognito”/“blusukan” ke kampung-kampung untuk mengetahui sendiri nasib rakyatnya.

Baca Juga:

Menjaga Pluralisme Indonesia dari Paham Wahabi

Taman Eden yang Diciptakan Baik Adanya: Relasi Setara antara Manusia dan Alam dalam Kitab Kejadian

Kekerasan dalam Pacaran Makin Marak: Sudah Saatnya Perempuan Selektif Memilih Pasangan!

Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman

Di suatu perkampungan dari sebuah gubug sederhana, beliau mendengar nyanyian rindu melankoli, “kelangenan” yang menyayat-nyayat hati dari seorang perempuan.

هَلْ مِنْ سَبِيْلٍ إِلَى الْخَمْـرِ فَأَشْرَبُهَـا؟
أَوْ هَلْ مِنْ سَبِيْلٍ إِلَى نَصْرِ بْنِ الْحَجَّاجِ

Adakah jalan menuju kedai minuman anggur
Biar aku bisa asyik meminumnya

Atau, Duuh, adakah jalan menuju Nashr bin Hajjaj
Biar aku bisa menatap wajahnya lama-lama?

Pada siang hari Umar bin Khattab segera memanggil Nashr. Begitu tiba di hadapannya, Umar melihat seorang laki-laki amat tampan dengan rambut ikalnya yang memikat. Sorot matanya yang tajam. Tubuhnya yang kekar dan gagah. Kumisnya yang rapi menghiasi bibirnya yang merah merekah menggemaskan. Umar segera memintanya mencukur rambutnya. dan memeritahkan para pembantunya memangkas semua rambut Nasr, alias gundul.

حلقوا رأسه ليكـسـب قبحاً غيرة منهم عليه وشحا

Mereka mencukur rambutnya agar dia tak lagi tampan
Dan tak bikin cemburu laki-laki lain

Tetapi begitu kepalanya tak lagi menyisakan rambut (gundul), Umar masih melihat ketampanannya. Wah. Dia masih mampu membuat kaum perempuan tergila-gila dan ingin mimpi tiap malam bersamanya.

Katanya :

كان صبحا عليه ليل بهيم فمحوا ليله وأبقوه صبحا

Pagi dia begitu tampan
Malam hari dipangkas
Eh, pagi dia masih saja tampan

Umar masih resah. Beliau lalu mengisolasinya ke Basrah, Irak, dan membiarkan wajahnya berangsur jadi keriput di telan zaman dan tak lagi bikin resah dan gelisah kaum perempuan.

Tetapi di Basrah ternyata banyak perempuan yang juga tergila-gila padanya. Abu Musa al Asy’ari, sang gubernur Basrah, lalu membuangnya ke Persia.

Dan di negeri itu, dia masih juga digandrungi dan dikejar-kejar banyak perempuan. Utsman bin Abi al-Ash al-Tsaqafi, Gubernur Persia saat itu, mengirim surat kepada Umar bin Khattab di Madinah. Ia menceritakan si tampan yang membuat perempuan-perempuan resah dan tak bisa makan-minum-tidur itu. Dalam balasannya, Umar menyuruh sang gubernur membuat SK berisi larangan bagi Nashr bin Hajjaj keluar dari masjid. “Biarkan dia dikurung di dalam masjid sampai meninggal”, katanya

Ketika pada akhirnya Umar wafat lebih dulu, karena dibunuh Abu Lu’lu, Nashr masih segar-bugar dan kembali lagi ke Madinah. Kehadiran Nashr bin al Hajjaj di tengah-tengah masyarakatnya tetap dianggap penguasa di berbagai daerah mengganggu dan mengacaukan keamanan social.

Nah, ternyata laki-laki juga menjadi problem social.

Kisah lain yang sama terjadi pada zaman ini:

Omar Borkan Al-Gala, Ia dideportasi dari Arab Saudi. Pria ini terlalu tampan, ganteng dan keren. Omar bersama dua orang pria tampan lainnya diamankan saat berada di Jenadrivah Heritage & Cultural Festival, di ibukota Riyadh, Saudi Arabia. Polisi syariah atau Mutaween di kota itu beralasan: pemuda-pemuda tersebut dikhawatirkan bisa mengganggu kaum perempuan setempat yang hadir.

Menurut Mutaween (semacam Wilayatul Hisbah/WH), para perempuan dikhawatirkan tidak akan mampu menahan diri dan tergoda dengan ketiga pria tampan tersebut.

Laki-laki sekali lagi ternyata bisa menjadi sumber fitnah kaum perempuan, pada zaman klasik maupun modern. Lalu?. Mungkinkah laki-laki diwajibkan di rumah saja?.

Kisah dimana laki-laki dikejar-kejar, menggelisah hati perempuan dan mengganggu ketenangannya (secara seksual), sudah juga disebutkan al-Qur’an.

Dalam al-Qur’an ada cerita tentang Imra-ah al-‘Aziz, isteri pejabat Mesir, (dikenal publik sebagai Siti Zulaikha). Ia mabuk kepayang kepada Yusuf A.S. yang di kemudian hari diangkat Tuhan menjadi Nabi itu.

Nabi Yusuf dikenal luas sebagai pemilik postur tubuh indah dan wajah amat tampan. Keelokan parasnya dan kegagahan tubuhnya telah menggelisahkan hari-hari Zulaikha yang adalah tuan putrinya atau majikannya. Hasratnya kepada Yusuf begitu menggebu-gebu. Al-Qur’an menyebutnya : “Qad Syaghafaha Hubban”. (Sesungguhnya, cintanya kepada bujangnya itu sangat mendalam)

“Yusuf berkata:
قَالَ هِيَ رَاوَدَتْنِي عَنْ نَفْسِي

“Dia menggodaku untuk menundukkan diriku (kepadanya)”, [Q.S. Yusuf, [12]:.26)

Bukan hanya Zulaikha, isteri pejabat tinggi itu, perempuan-perempuan yang diundang ke rumahnya juga terpesona melihat tubuh dan ketampanan Yusuf.

Al-Qur’an menyatakan :

فلما راينه اكبرنه وقطعن ايديهن. وقلن حاشى لله ما هذا بشر. ان هذا الا ملك كريم

“Manakala perempuan-perempuan itu melihatnya (Yusuf), mereka terpesona pada keindahan rupanya. Dan mereka melukai jari tangannya, dan berkata: Aduhai sempurnanya, ini bukanlah manusia. Ia pastilah malaikat”.(Q.S. [12]:31).

Pesona Yusuf, membuat mereka tak sadar. Pisau tajam di tangannya telah melukai jari-jarinya, hingga berdarah-darah.

Manakala rasa cinta telah melekat, bara api di tangan tak lagi dirasa.

Bahkan konon ada ungkapan “kalau cinta sudah melekat, yang hitam pahit serasa coklat”.

Hasrat seksual yang aktif/progresif ternyata tidak hanya laki-laki terhadap perempuan, tetapi juga perempuan terhadap laki. Dengan kata lain : Bukan hanya perempuan sebagai yang menggoda/mengganggu hasrat laki-laki, tetapi laki-laki juga menggoga dan mengganggu hasrat perempuan. Semuanya relatif saja.

Lalu, sekali lagi kita harus bagaimana? tanya seorang teman. Aku hanya bisa menjawab : masing-masing harus saling menghormati. Ya menghormati dirinya sendiri dan menghormati yang lain. Dan itu ada dalam kendali pikiran. []

KH. Husein Muhammad

KH. Husein Muhammad

KH Husein Muhammad adalah kyai yang aktif memperjuangkan keadilan gender dalam perspektif Islam dan salah satu pengasuh PP Dar al Tauhid Arjawinangun Cirebon.

Terkait Posts

Wahabi

Menjaga Pluralisme Indonesia dari Paham Wahabi

30 Juni 2025
Beda Keyakinan

Meninjau Ulang Cara Pandang terhadap Orang yang Berbeda Keyakinan

30 Juni 2025
Seksualitas Perempuan

Fikih yang Berkeadilan: Mengafirmasi Seksualitas Perempuan

29 Juni 2025
Sakinah

Tafsir Sakinah

28 Juni 2025
Seksualitas Perempuan

Mari Hentikan Pengontrolan Seksualitas Perempuan

28 Juni 2025
Fiqh Kesetaraan

Menggeser Fiqh Fitnah Menuju Fiqh Kesetaraan

28 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Toxic Positivity

    Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Women as The Second Choice: Perempuan Sebagai Subyek Utuh, Mengapa Hanya Menjadi Opsi?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ikhtiar Menyuarakan Kesetaraan Disabilitas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bukan Lagi Pinggir Kota yang Sejuk: Pisangan Ciputat dalam Krisis Lingkungan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kekerasan dalam Pacaran Makin Marak: Sudah Saatnya Perempuan Selektif Memilih Pasangan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Menjaga Pluralisme Indonesia dari Paham Wahabi
  • Taman Eden yang Diciptakan Baik Adanya: Relasi Setara antara Manusia dan Alam dalam Kitab Kejadian
  • Kekerasan dalam Pacaran Makin Marak: Sudah Saatnya Perempuan Selektif Memilih Pasangan!
  • Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman
  • Bukan Lagi Pinggir Kota yang Sejuk: Pisangan Ciputat dalam Krisis Lingkungan

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID