Mubadalah.id – Pandangan mayoritas ahli hukum Islam mengatakan bahwa apabila terjadi pertentangan antara teks universal versus teks partikular, maka teks partikular membatasi berlakunya teks universal. Teks partikular harus kita ambil. Kaidahnya adalah “haml al-‘am ‘ala al-khas” dan “haml al-muthlaq ‘ala al-muqayyad.”
Pandangan ini dikritisi oleh Imam asy-Syathibi. Ia tidak sepakat dengan pendapat ini. Berdasarkan pada prinsip maqashid-nya, asy-Syathibi kemudian mengemuka-kan teorinya dengan mengatakan bahwa :
“Aturan-aturan umum atau hukum universal bersifat normatif dan pasti (qath’iy), sedangkan pesan-pesan atau petunjuk-petunjuk khusus bersifat relatif dan spekulatif (dhanniy).”
“Oleh karena itu, hukum umum dan ketentuan universal harus diutamakan dan diberi bobot lebih besar dalam menganalisis petunjuk-petunjuk hukum yang bersifat khusus (partikular). Aturan-aturan khusus ini tidak bisa membatasi aturan-aturan yang bersifat umum, tetapi bisa menjadi pengecualian yang bersifat kondisional (kontekstual) bagi aturan-aturan universal.”
Sebagai contoh, al-Qur’an menyatakan:
اَلرِّجَالُ قَوَّامُوْنَ عَلَى النِّسَاۤءِ بِمَا فَضَّلَ اللّٰهُ بَعْضَهُمْ عَلٰى بَعْضٍ وَّبِمَآ اَنْفَقُوْا مِنْ اَمْوَالِهِمْ ۗ
“Laki-laki adalah “qawwam” (pemimpin) atas kaum perempuan, disebabkan Allah — mengunggulkan sebagian mereka atas sebagian yang lain, dan karena laki-laki memberikan sebagian nafkahnya”. (QS. an-Nisa (4) : 34).
Pada tempat lain, Tuhan mengatakan:
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْا ۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ
“Wahai manusia, Kami ciptakan kalian laki-laki dan perempuan dan Kami jadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku, agar kalian saling mengenal. Sesungguhnya yang paling terhormat di antara kalian di hadapan Allah adalah yang paling bertakwa. (QS. al-Hujurat (49) : 13).
Teks al-Qur’an surat an-Nisa’ ayat 34 ini menjadi dasar utama untuk menjustifikasi otoritas dan superioritas laki-laki sekaligus membentuk sistem kehidupan laki-laki dan perempuan.
Sementara al-Qur’an surat al-Hujurat ayat 13 menegaskan tentang kesetaraan manusia. Bahwa manusia yang paling terhormat dan paling unggul di hadapan Allah adalah orang yang paling bertakwa kepada-Nya. Bukan karena identitas apa pun, suku, bangsa, bahasa, warna kulit, jenis kelamin, dan sebagainya. []