Mubadalah.id – Salah satu teknik penyampaian kebenaran di dalam kehidupan ini adalah dengan bergaya cerita menggunakan binatang sebagai pemeran utama. Hal ini tidak hanya dilakukan oleh orang-orang Barat dengan film-film kartun dan film-film animasi, tetapi juga dulu sudah pernah dilakukan oleh orang-orang Timur Tengah dengan cerita “seribu satu malam” atau dalam bahasa arab disebut dengan alfu laylah wa laylah.
Di dalam versi Barat, diperkenalkan tokoh kartun dengan berbagai jenis binatang sebagai tokoh utama. Mulai dari Tikus, Kucing, Anjing, segala macam jenis ikan, burung, dan lain-lain. Di dalam alfu laylah wa laylah, atau kisah seribu satu malam, juga tercatat kisah-kisah yang mengikutsertakan binatang. Ada Ali Baba dengan monyet, ada Sinbad dengan ikan-ikan, dan lain-lain. Di kesusastraan Indonesia pun, dulu diperkenalkan seekor binatang yang digambarkan sebagai binatang yang cerdik, dia adalah Kancil.
Ternyata di dalam Alquran juga ada sejumlah binatang yang menjadi pemeran utama dalam sejumlah ayat. Berikut ini adalah bintang-binatang yang menjadi pemeran utama di dalam Alquran. Diantaranya adalah burung hud-hud. Allah menceritakan kisah burung hud-hud ini di dalam surat An-Naml ayat 20-28 :
- Dan Dia memeriksa burung-burung lalu berkata: “Mengapa Aku (Nabi Sulaiman) tidak melihat hud-hud, apakah dia termasuk yang tidak hadir.
- Sungguh Aku benar-benar akan menyiksanya dengan siksa yang keras atau benar-benar menyembelihnya kecuali jika benar-benar dia datang kepadaku dengan alasan yang terang”.
- Maka tidak lama kemudian (datanglah hud-hud), lalu ia (burung Hud-hud) itu berkata: “Aku telah mengetahui sesuatu yang kamu (Sulaiman) belum mengetahuinya; dan kubawa kepadamu dari negeri Saba suatu berita penting yang diyakini.
- Sesungguhnya Aku menjumpai seorang wanita yang memerintah mereka, dan dia dianugerahi segala sesuatu serta mempunyai singgasana yang besar.
- Aku mendapati dia dan kaumnya menyembah matahari, selain Allah; dan syaitan telah menjadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka lalu menghalangi mereka dari jalan (Allah), sehingga mereka tidak dapat petunjuk,
- Agar mereka tidak menyembah Allah yang mengeluarkan apa yang terpendam di langit dan di bumi dan yang mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan apa yang kamu nyatakan.
- Allah, tiada Tuhan yang disembah kecuali Dia, Tuhan yang mempunyai ‘Arsy yang besar”.
- Berkata Sulaiman: “Akan kami lihat, apa kamu benar, ataukah kamu termasuk kelompok yang berdusta.
- Pergilah dengan (membawa) suratku ini, lalu jatuhkan kepada mereka, kemudian berpalinglah dari mereka, lalu perhatikanlah apa yang mereka bicarakan”
Ayat ini menginformasikan pada kita tentang kisah Nabi Sulaiman bersama seekor burung. Alquran menyebutnya dengan nama burung Hud-hud. Nabi Sulaiman memelihara burung hud-hud ini, hingga suatu hari beliau merasa kehilangan burung itu.
Tak lama kemudian burung itu datang dengan membawa berita menarik tentang seorang penguasa perempuan yang memerintahkan rakyatnya untuk menyembah api, menyembah selain Allah. Dalam kisah itu, Nabi Sulaiman menitipkan surat pada burung Hud-hud untuk disampaikan pada penguasa perempuan itu untuk membuktikan ucapannya.
Selain burung hud-hud, Alquran juga bercerita tentang semut. Hal ini dikisahkan oleh Alquran pada surat An-Naml ayat 17-19:
- Dan dihimpunkan untuk Sulaiman tentaranya dari jin, manusia dan burung lalu mereka itu diatur dengan tertib (dalam barisan).
- Hingga apabila mereka sampai di lembah semut berkatalah seekor semut: Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari”;
- Maka Dia (Nabi Sulaiman As) tersenyum dengan tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu.
Dalam kisah ini, Nabi Sulaiman As dapat mendengar bahasa semut, dan dalam kisah ini kita diinformasikan oleh Alquran tentang percakapan antar semut. Itu artinya bahwa, semua binatang itu mempunyai bahasa yang tidak dapat dimengerti oleh siapapun yang tidak memiliki ilmu tentang binatang atau di sebut juga dengan istilah zoology.
Di samping burung hud-hud, dan semut, masih banyak binatang yang disebutkan namanya di dalam Alquran. Ada kisah gajah di dalam surat Al-Fil, ada kisah laba-laba di dalam surat al-‘Ankabut, ada kisah anjing di dalam surat al Kahfi, ada kisah sapi betina di dalam surat Al-Baqarah, dan ada kisah burung gagak yang tercatat di dalam surat Al-Maidah. Semua itu dikisahkan oleh Alquran dengan bukan tanpa maksud, melainkan ada maksud-maksud tertentu yang dapat dipahami oleh mereka yang berilmu. Demikianlah semoga bermanfaat. []