• Login
  • Register
Rabu, 21 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Hal-hal yang Tak Kita Hargai, Sampai Hidup Mengajarkan dengan Cara yang Menyakitkan

Jangan tunggu tua untuk mengerti. Karena sebenarnya, kita semua tahu apa yang penting, kita hanya butuh diingatkan.

Yayat Hidayat Yayat Hidayat
01/05/2025
in Personal
0
Hal-hal yang Tak Kita Hargai

Hal-hal yang Tak Kita Hargai

1.2k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Kita sering merasa punya banyak waktu. Hidup terasa panjang, dan hari esok seperti jaminan. Kita menunda kata-kata yang ingin terucapkan, mengabaikan perasaan yang harusnya ditindaklanjuti, dan menyimpan pertanyaan yang tak pernah terjawab. Namun, pada titik tertentu, kehidupan mulai mencuri satu per satu orang yang kita kenal, dan kita mulai mempertanyakan: “Apa yang selama ini luput dari perhatian saya?”

Ketika seseorang yang lebih tua berbicara, ada kebijaksanaan yang tak bisa terbaca dari buku atau kita pelajari dalam seminar. Mereka membawa cerita tentang kemenangan kecil dan kegagalan besar.

Tentang luka yang membentuk dan pelukan yang menyelamatkan. Tapi yang mengejutkan adalah, hampir semuanya berkata hal yang sama: ada banyak hal yang tidak mereka sadari penting. Sampai usia menua dan waktu mulai membatasi langkah.

Mengapa kita butuh waktu lama untuk memahami hal-hal yang tak kita hargai. Makna waktu, kesehatan, cinta, dan jati diri? Barangkali karena dunia mengajarkan kita untuk mengejar, bukan untuk merenung. Sampai hidup mengajarkan dengan cara yang menyakitkan.

Tulisan ini akan membongkar empat hal penting yang sering kita anggap remeh ketika muda. Namun ternyata menjadi fondasi kehidupan yang berarti. Baca sampai akhir, karena mungkin, satu pelajaran di sini bisa mengubah cara Anda memandang hari ini.

Baca Juga:

Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

Mengapa Waktu Berlalu Cepat dan Bagaimana Mengendalikannya?

Menguatkan Peran Suami dalam Menjaga Kesehatan Kehamilan Istri

Tafsir Sosial Kemanusiaan: Vasektomi, Kemiskinan, dan Hak Tubuh

Waktu: Sumber Daya yang Tak Bisa Dibeli Kembali

Waktu sering kali terasa seperti aset yang tak akan habis. Kita habiskan jam demi jam untuk hal-hal yang tidak kita hargai di kemudian hari, tak bisa kita ingat atau banggakan.

Saat muda, begadang untuk hiburan sepele terasa wajar, menunda panggilan telepon kepada orang tua dianggap bisa terganti esok hari. Namun ketika rambut memutih dan angka di kalender terasa melaju lebih cepat, kita mulai menyadari bahwa setiap detik adalah investasi yang tak bisa diulang.

Banyak orang tua mengatakan bahwa momen paling mereka rindukan bukanlah saat-saat luar biasa, tapi yang sederhana: sarapan bersama keluarga, obrolan kecil sebelum tidur, waktu duduk diam menikmati sore. Momen-momen itu tampak remeh saat terjadi, tapi jadi harta tak tergantikan ketika telah berlalu. Ironisnya, kesadaran itu sering datang terlambat. Ketika kita sudah terlalu sibuk mengejar hal besar dan melupakan detil kecil yang membahagiakan.

Di sinilah pelajaran pentingnya: waktu tidak bisa dipercepat atau kita perlambat, tapi bisa kita pilih untuk dimanfaatkan dengan bijak. Kita bisa memilih dengan siapa kita menghabiskannya, dan untuk apa. Ketika seseorang di usia senja berkata, “Aku berharap lebih banyak waktu bersama orang yang kucintai,” kita seharusnya tidak hanya mendengar, tapi bertindak.

Apa yang Anda lakukan hari ini? Untuk siapa Anda menyisihkan waktu? Pertanyaan ini sederhana, tapi jawabannya bisa menentukan apakah Anda nanti akan merasa damai atau menyesal.

Kesehatan: Aset yang Baru Dihargai Saat Terancam

Tak banyak dari kita yang bersyukur ketika tubuh masih kuat. Kita memakainya tanpa batas: makan seenaknya, begadang setiap malam, bekerja melebihi batas, dan merasa tubuh akan terus bisa mengikuti ritme itu. Namun, tak perlu menunggu sakit parah untuk menyadari: kesehatan adalah kekayaan yang paling sering kita remehkan.

Seorang pria paruh baya pernah berkata, “Saya rela menyerahkan seluruh harta saya sekarang, hanya untuk bisa tidur nyenyak tanpa rasa nyeri.” Kalimat itu menghantam seperti palu—karena kita jarang menyadari nilai tubuh yang sehat. Sampai rasa sakit mengganggu setiap aktivitas sederhana. Dan yang lebih menyedihkan, tubuh tidak menawarkan tanda peringatan awal yang jelas. Ia hanya diam, sampai akhirnya tidak bisa lagi kita ajak kompromi.

Hidup yang penuh tidak bisa tercapai hanya dengan kesuksesan atau pengakuan, tapi dengan tubuh yang mampu mendampingi langkah kita mewujudkannya. Menunda olahraga, mengabaikan tidur, atau meremehkan stres adalah pilihan yang tampak tak berdampak hari ini—namun sangat mahal esok hari. Banyak yang menyesal bukan karena mereka tidak kaya, tapi karena mereka tidak menjaga tubuh ketika masih punya kesempatan.

Mulailah dengan langkah kecil. Tidur cukup. Jalan pagi. Perbanyak air putih. Dengarkan tubuhmu sebelum ia berteriak. Karena saat usia bertambah, Anda akan sadar: kekuatan sejati bukanlah stamina muda, tapi kemampuan untuk merawat diri dalam jangka panjang.

Hubungan: Bukan Jumlah Teman, Tapi Kedalaman Makna

Saat masih muda, kita cenderung ingin dikenal banyak orang. Kita mencari validasi dari jumlah likes, followers, atau seberapa sering diajak nongkrong. Tapi waktu akan menunjukkan: bukan tentang seberapa banyak orang mengenal kita, tapi siapa yang benar-benar hadir ketika hidup menguji kita.

Hubungan yang bermakna seringkali lahir dari kesabaran, kejujuran, dan keberanian untuk hadir di saat paling gelap. Dalam usia senja, banyak yang mengaku bahwa mereka kehilangan terlalu banyak waktu mengejar relasi yang dangkal. Sementara yang benar-benar berarti justru terlupakan. Ada keluarga yang tidak kita hubungi, sahabat lama yang tak pernah kita sapa lagi, dan pasangan yang tidak pernah diberi cukup waktu untuk kita dengar.

Penting untuk kita pahami: kualitas hubungan sangat memengaruhi kualitas hidup. Teman sejati adalah mereka yang tak hanya hadir saat tawa, tapi juga bertahan saat air mata. Dan seringkali, kita melewatkan kesempatan memperdalam hubungan itu karena merasa masih punya banyak waktu. Padahal, tidak ada yang menjamin kita akan bisa mengucapkan “maaf” atau “terima kasih” besok.

Jangan tunggu ulang tahun atau hari raya untuk menghubungi mereka yang Anda pedulikan. Sering kali, satu pesan sederhana bisa menyelamatkan sebuah hubungan. Dan ketika kelak Anda duduk sendiri di sore hari yang tenang, Anda akan bersyukur bahwa Anda pernah memilih untuk hadir.

Keberanian untuk Mendengarkan Suara Hati

Apa yang sebenarnya Anda inginkan dalam hidup? Pertanyaan ini terdengar sederhana, namun sedikit orang yang benar-benar bisa menjawabnya tanpa ragu. Kita tumbuh terbentuk oleh harapan orang lain, tuntutan sosial, dan tekanan pencapaian. Tapi semakin tua seseorang, semakin mereka sadar: kebahagiaan sejati lahir saat kita berani mengikuti suara hati sendiri.

Dalam banyak kisah kehidupan, orang menyesal bukan karena gagal memenuhi ekspektasi orang lain, tapi karena tidak pernah memberi diri mereka ruang untuk mencoba hal yang mereka cintai. Ada yang ingin melukis tapi memilih jadi akuntan. Ada yang ingin menjadi guru tapi menyerah demi jabatan. Mereka semua berkata: “Aku tahu dari awal, tapi aku takut.”

Kebenaran personal sering kali muncul dalam bisikan. Ketertarikan pada suatu bidang, dorongan untuk pergi dari situasi yang tidak sehat, atau keinginan mencoba hal baru. Sayangnya, kita diajari untuk menekan suara itu demi “keamanan”. Padahal, suara hati—yang jujur dan tenang—adalah kompas paling tulus dalam hidup.

Jika hari ini Anda merasa ada sesuatu yang tak terjelaskan, yang selalu muncul dalam benak, dengarkanlah. Jangan tunggu usia tua untuk menyadari bahwa Anda bisa hidup dengan lebih autentik. Karena pada akhirnya, kehidupan yang paling membebaskan adalah yang kita jalani dengan keberanian untuk menjadi diri sendiri.

Apa yang Akan Anda Sesali Jika Tidak Berubah Hari Ini?

Kita tidak pernah tahu kapan giliran kita untuk kehilangan, berubah, atau pergi. Tapi kita selalu punya pilihan untuk mulai menghargai apa yang benar-benar berarti. Waktu, kesehatan, hubungan, dan jati diri bukanlah hal besar yang datang sekali seumur hidup, tapi potongan kecil yang harus dirawat setiap hari.

Tulisan ini bukan untuk menakut-nakuti, tapi untuk mengajak Anda berhenti sejenak dan bertanya: apakah saya sudah hidup dengan sadar? Memberi waktu untuk orang terdekat? Sudahkah saya menjaga tubuh yang saya miliki? Berkata jujur pada diri sendiri?

Jangan tunggu tua untuk mengerti. Karena sebenarnya, kita semua tahu apa yang penting, kita hanya butuh diingatkan. Apakah Anda siap untuk memilih dengan lebih bijak, mulai hari ini? []

Tags: Hal-hal yang Tak Kita HargaikebahagiaankehidupankesehatanKesempatanmanusiaWaktu
Yayat Hidayat

Yayat Hidayat

Perantau-Santri-Abdi Negara

Terkait Posts

Puser Bumi

Ulama Perempuan sebagai Puser Bumi

21 Mei 2025
Bangga Punya Ulama Perempuan

Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

20 Mei 2025
Aeshnina Azzahra Aqila

Mengenal Jejak Aeshnina Azzahra Aqila Seorang Aktivis Lingkungan

20 Mei 2025
Inspirational Porn

Stop Inspirational Porn kepada Disabilitas!

19 Mei 2025
Kehamilan Tak Diinginkan

Perempuan, Kehamilan Tak Diinginkan, dan Kekejaman Sosial

18 Mei 2025
Noble Silence

Menilik Relasi Al-Qur’an dengan Noble Silence pada Ayat-Ayat Shirah Nabawiyah (Part 1)

17 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Bangga Punya Ulama Perempuan

    Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KB Menurut Pandangan Fazlur Rahman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KB dalam Pandangan Islam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengenal Jejak Aeshnina Azzahra Aqila Seorang Aktivis Lingkungan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Peran Aisyiyah dalam Memperjuangkan Kesetaraan dan Kemanusiaan Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Ulama Perempuan sebagai Puser Bumi
  • Menyusui Anak dalam Pandangan Islam
  • Peran Aisyiyah dalam Memperjuangkan Kesetaraan dan Kemanusiaan Perempuan
  • KB dalam Pandangan Riffat Hassan
  • Ironi Peluang Kerja bagi Penyandang Disabilitas: Kesenjangan Menjadi Tantangan Bersama

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version