• Login
  • Register
Selasa, 1 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Kisah Perjalanan Nabi Muhammad Saw saat Bersama Khadijah Ra

Meski suami jauh lebih muda 15 tahun, tetapi kehidupan rumah tangga mereka bahagia, diliputi Sakinah, Mawaddah, dan Rahmah. Artinya tentrem-ayem, diliputi rasa kasih dan sayang

Redaksi Redaksi
08/04/2023
in Hikmah, Pernak-pernik
0
Muhammad

Muhammad

150
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Kini usia Muhammad bin Abdullah mendekati 40 tahun. Perkawinannya dengan Khadijah binti Khuwailid telah berlangsung 15 tahun.

Meski suami jauh lebih muda 15 tahun, tetapi kehidupan rumah tangga mereka bahagia, diliputi Sakinah, Mawaddah, dan Rahmah. Artinya tentrem-ayem, diliputi rasa kasih dan sayang.

Mereka saling berbagi lelah dan riang dalam mengarungi lika-liku hidup dalam kesalingan yang indah.

Dari perkawinan itu mereka dikaruniai empat anak perempuan dan dua laki-laki. Anak-anak yang perempuan adalah Zainab, Ruqayyah, Ummi Kultsum dan Fatimah.

Sedangkan dua anak laki-lakinya bernama Al-Qasim dan Abdullah. Dua anak laki-laki ini meninggal dunia, saat keduanya masih kanak-kanak. Kematian ini meninggalkan duka yang mendalam bagi kedua orang tuanya.

Baca Juga:

Asma’ binti Abu Bakar Ra : Perempuan Tangguh di Balik Kesuksesan Hijrah Nabi Muhammad SAW

Saat Menyelesaikan Masalah dengan Sang Istri, Nabi Muhammad Saw Memilih Negosiasi

Berproses Bersama SIS Malaysia

Belajar Toleransi dari Kisah Khalifah Manshur dan Georgeus Buktisyu

Gelar Al-Amin

Sekitar lima tahun sebelumnya, saat berusia kurang lebih 35 tahun, Muhammad menghadapi momen yang penting dalam perjalanan hidupnya.

Ia memperoleh sebutan “al-Amin”, sebuah gelar sosial paling prestisius, yang semakin mengokohkan Nabi Saw sebagai orang yang paling tepercaya di jazirah Arabia.

Hal ini berkaitan dengan peristiwa sengketa para pemimpin suku mengenai siapa di antara mereka yang berhak meletakkan Hajar Aswad (baru hitam) di pojok dinding Ka’bah. Masing-masing mengklaim paling berhak. Perang hampir saja pecah. Mereka lalu sepakat untuk menyerahkan tugas itu kepada orang lain.

“Siapa saja orangnya yang masuk ke tempat ini, ialah yang akan meletakkannya,” ujar mereka.

Secara tak dinyana orang yang masuk tersebut adalah Muhammad. Maka mereka meminta Muhammad untuk melakukan tugas itu. Muhammad menggelar selendangnya, lalu meletakkan batu hitam itu di atasnya.

Kepada para kepala suku Muhammad meminta memegang sudut-sudut selendang, lalu mengangkatnya dan membawanya ke pojok Ka bah. Muhammad kemudian mengambil batu itu dan meletakkannya di sana, di sudut dinding Ka’bah itu.

Cara ini merupakan cara yang brilian dan sangat bijak. Inilah yang kemudian mereka berikan respon dengan sangat positif. Mereka puas, karena masing-masing merasa Nabi Saw hormati dan tak ada yang merasa terendahkan.*

*Sumber: tulisan KH. Husein Muhammad dalam buku Merayakan Hari-hari Indah Bersama Nabi.

Tags: BersamaKhadijah RakisahNabi Muhammad SAWPerjalana
Redaksi

Redaksi

Terkait Posts

Wahabi

Menjaga Pluralisme Indonesia dari Paham Wahabi

30 Juni 2025
Taman Eden

Taman Eden yang Diciptakan Baik Adanya: Relasi Setara antara Manusia dan Alam dalam Kitab Kejadian

30 Juni 2025
Beda Keyakinan

Meninjau Ulang Cara Pandang terhadap Orang yang Berbeda Keyakinan

30 Juni 2025
Seksualitas Perempuan

Fikih yang Berkeadilan: Mengafirmasi Seksualitas Perempuan

29 Juni 2025
Sakinah

Tafsir Sakinah

28 Juni 2025
Seksualitas Perempuan

Mari Hentikan Pengontrolan Seksualitas Perempuan

28 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Toxic Positivity

    Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Women as The Second Choice: Perempuan Sebagai Subyek Utuh, Mengapa Hanya Menjadi Opsi?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ikhtiar Menyuarakan Kesetaraan Disabilitas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bukan Lagi Pinggir Kota yang Sejuk: Pisangan Ciputat dalam Krisis Lingkungan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kekerasan dalam Pacaran Makin Marak: Sudah Saatnya Perempuan Selektif Memilih Pasangan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Menjaga Pluralisme Indonesia dari Paham Wahabi
  • Taman Eden yang Diciptakan Baik Adanya: Relasi Setara antara Manusia dan Alam dalam Kitab Kejadian
  • Kekerasan dalam Pacaran Makin Marak: Sudah Saatnya Perempuan Selektif Memilih Pasangan!
  • Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman
  • Bukan Lagi Pinggir Kota yang Sejuk: Pisangan Ciputat dalam Krisis Lingkungan

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID