• Login
  • Register
Sabtu, 1 April 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Keluarga

Komunikasi Sebagai Gerbang Mu’asyarah bil Ma’ruf Suami Istri

Dalam perkara mu’asyarah bi-l-ma’ruf suami dan istri, selalu dimulai dari sebuah komunikasi. Baik komunikasi dalam memilih dan menentukan pasangan, komunikasi pada tahap-tahap sebelum pernikahan, hingga komunikasi dalam relasi keduanya sebagai suami dan istri.

Sulma Samkhaty Maghfiroh Sulma Samkhaty Maghfiroh
29/04/2021
in Keluarga, Rekomendasi
0
Suami

Suami

289
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Suami dan istri sebelum adanya akad nikah, keduanya adalah orang asing. Masing-masing dari mereka memiliki pendapat, impian, dan harapan yang berbeda-beda. Dalam kitab Manbau’-s-sa’adah yang ditulis oleh Kyai Faqihuddin Abdul Qadir, memuat bahwa tujuan menikah ada empat, yaitu beribadah, mendekatkan diri kepada Allah Swt, mengikuti sunah Rasulullah Saw, dan mendapatkan anak sebagai keturunan. Maka, komunikasi dianggap sebagai gerbang mu’asyarah bi-l-ma’ruf dari dua pribadi yang memiliki banyak perbedaan pada sebuah tujuan mulia yang sama.

Mu’asyarah bi-l-ma’ruf atau relasi perlakuan yang baik, ditopang banyak sekali ayat dari Al-Qur’an, seperti beberapa yang dikutip oleh Kyai Faqihuddin Abdul Qadir pada kitab Manbau-s-sa’adah. Pada Al-Qur’an surah An-Nisa:19, pada kalimat “…wa ‘aasyiruu hunna bi-l-ma’ruf…” (dan perlakukankah mereka dengan baik), QS Al-Baqarah:233 “…fa in araada fishaalan ‘an taraadhin minhumaa wa tasyaawurin…” (maka jika ingin menyapih anak, harus dengan kerelaan dan musyawarah keduanya), Al-Baqarah:232 “…fa laa ta’dhuluuhunna an yankihna azwaajahunna idzaa taraadhau baynahum bi-l-ma’ruf…” (maka jangan kamu halangi mereka [mantan pasangan] untuk menikah [lagi] dengan pasangan [barunya] apabila telah terjadi kecocokan di antara mereka dengan cara yang baik).

Melihat kutipan ayat di atas, ada sebuah kesamaan pola pada perlakuan antar pasangan, yaitu komunikasi. Dalam hubungan biologis antara suami dan istri, memerlukan komunikasi yang baik dari keduanya. Dalam hal menyapih anak, perlu kerelaan dan musyawarah, yang merupakan bagian dari komunikasi. Bahkan setelah perceraian terjadi, masing-masing suami istri tidak boleh menghalangi mantan pasangannya untuk menikah kembali dengan pasangan baru yang dirasa cocok. Hal itu juga tidak akan terjadi tanpa adanya komunikasi.

Evelyn Ruth Millis Duvall, seorang ahli perkembangan keluarga mengatakan bahwa tugas suami istri pada tahapan awal pernikahan adalah membangun komunikasi timbal balik antara keduanya. Menurutnya, komunikasi memiliki beberapa empat fungsi, yaitu: Satu, merefleksikan kesulitan dan kekuatan dalam pernikahan dan memprediksikan kepuasan pernikahan di masa mendatang.

Dua, merupakan sarana dan cara bagi pasangan suami istri untuk menjembatani perbedaan di antara mereka. Tiga, komunikasi mengharuskan pasangan suami istri belajar mengenali dan memahami perilaku pasangannya dalam berkomunikasi dan menyampaikan kebutuhan masing-masing. Empat, komunikasi adalah bentuk penyesuaian di antara pasangan dan proses sentral dalam berelasi di dalam keluarga.

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • Kasus KDRT: Praktik Mikul Dhuwur Mendem Jero yang Salah Tempat
  • Pekerjaan Rumah Tangga Bisa Dikerjakan Bersama, Suami dan Istri
  • Hadis Relasi Rumah Tangga
  • Dalam Ralasi Pernikahan Suami Istri Harus Saling Memberikan Kemaslahatan

Baca Juga:

Kasus KDRT: Praktik Mikul Dhuwur Mendem Jero yang Salah Tempat

Pekerjaan Rumah Tangga Bisa Dikerjakan Bersama, Suami dan Istri

Hadis Relasi Rumah Tangga

Dalam Ralasi Pernikahan Suami Istri Harus Saling Memberikan Kemaslahatan

Bila dikembalikan pada kitab Manbau-s-sa’adah dengan teori kesalingannya, sejalan dengan perihal  komunikasi, ada banyak sekali teks hadits yang dapat dimaknai secara kesalingan. Tidak hanya berlaku untuk laki-laki saja, melainkan juga untuk perempuan. Seperti hadits tentang kriteria memilih pasangan. Dalam hadits disebutkan bahwa perempuan dinikahi karena empat hal, yakni: harta, nasab keturunan, kecantikan dan agamanya, dengan menitik beratkan pada poin agamanya. Bukankah hal serupa juga akan berlaku bagi perempuan yang akan memilih pasangannya?

Selanjutnya, saat Mughirah bin Syu’bah melamar seorang perempuan, dan Nabi Saw memintanya untuk melihat perempuan yang dilamarnya. Sesungguhnya, kepentingan untuk melihat calon pasangan adalah milik keduanya, baik Mughirah maupun perempuan yang dilamarnya, hal ini dikarenakan keduanya akan hidup berdampingan dalam waktu yang panjang. Maka, hadits tentang melihat calon pasangan menjadi penting untuk tidak dilihat dari sisi laki-laki saja, melainkan dari sisi perempuannya.

Pada hadits yang lain, dari Abi Sa’id Al-Khudriy, bahwasanya Rasulullah Saw pernah bersabda, bahwa seburuk-buruk kedudukan manusia pada hari kiamat adalah suami yang telah menggauli istrinya, kemudian ia menyebarkan aib istrinya kepada khalayak. Sesungguhnya, hal ini tidak hanya berlaku bagi suami, melainkan bagi istri juga tidak diperbolehkan untuk menyebarkan aib suaminya.

Dalam Al-Qur’an telah disinggung dengan kalimat “hunna libaasun lakum wa antum libaasun lahun”. Istri adalah pakaian bagi suaminya, begitu juga suami adalah pakaian bagi istrinya. Menilik pada fungsi pakaian adalah untuk menutup aurat dan aib, melindungi, dan menghangatkan. Seperti itulah semestinya relasi suami dan istri.

Pada akhirnya, kita akan memahami bahwa dalam perkara mu’asyarah bi-l-ma’ruf suami dan istri, selalu dimulai dari sebuah komunikasi. Baik komunikasi dalam memilih dan menentukan pasangan, komunikasi pada tahap-tahap sebelum pernikahan, hingga komunikasi dalam relasi keduanya sebagai suami dan istri. Sebuah penelitian mengungkapkan, bahwa 68% gagalnya kehidupan berumah tangga, dimulai dari buruknya komunikasi yang terjalin antara suami dan istri. Menjadi tidak mengherankan jika komunikasi dianggap sebagai gerbang mu’asyarah bi-l-ma’ruf suami dan istri, demi tercapainya kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawaddah, rahmah, barakah, dan maslahah. []

 

Tags: istriKelas Intensif RamadankeluargaKesalingankomunikasiNgaji Kitab Manba'ussa'adahperkawinansuami
Sulma Samkhaty Maghfiroh

Sulma Samkhaty Maghfiroh

Penulis Merupakan Anggota Komunitas Puan Menulis, dan berasal dari Ungaran Jawa Tengah

Terkait Posts

Kasus KDRT

Kasus KDRT: Praktik Mikul Dhuwur Mendem Jero yang Salah Tempat

1 April 2023
Sepak Bola Indonesia

Antara Israel, Gus Dur, dan Sepak Bola Indonesia

1 April 2023
Agama Perempuan Separuh Lelaki

Pantas Saja, Agama Perempuan Separuh Lelaki

31 Maret 2023
Resep Awet Muda Istri

Kerja Sama dengan Suami Bisa Menjadi Resep Awet Muda Istri

31 Maret 2023
Kontroversi Gus Dur

Kontroversi Gus Dur di Masa Lalu

30 Maret 2023
Mengasuh Anak Tugas Siapa

Mengasuh Anak Tugas Siapa?

29 Maret 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Melestarikan Tradisi Nyadran

    Gerakan Perempuan Melestarikan Tradisi Nyadran

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hadis Relasi Rumah Tangga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pekerjaan Rumah Tangga Bisa Dikerjakan Bersama, Suami dan Istri

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kiprah Nyai Khairiyah Hasyim Asy’ari: Ulama Perempuan yang terlupakan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kemerdekaan Indonesia Bukti dari Keberkahan Ramadan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Kasus KDRT: Praktik Mikul Dhuwur Mendem Jero yang Salah Tempat
  • Nabi Muhammad Saw Biasa Melakukan Kerja-kerja Rumah Tangga
  • Kiprah Nyai Khairiyah Hasyim Asy’ari: Ulama Perempuan yang terlupakan
  • Pekerjaan Rumah Tangga Bisa Dikerjakan Bersama, Suami dan Istri
  • Antara Israel, Gus Dur, dan Sepak Bola Indonesia

Komentar Terbaru

  • Profil Gender: Angka tak Bisa Dibiarkan Begitu Saja pada Pesan untuk Ibu dari Chimamanda
  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Petasan, Kebahagiaan Semu yang Sering Membawa Petaka pada Maqashid Syari’ah Jadi Prinsip Ciptakan Kemaslahatan Manusia
  • Berbagi Pengalaman Ustazah Pondok: Pentingnya Komunikasi pada Belajar dari Peran Kiai dan Pondok Pesantren Yang Adil Gender
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist