• Login
  • Register
Selasa, 28 Maret 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Keluarga

Konflik Tidak Melulu Negatif, Mari Melihat Sisi Positifnya

Pada dasarnya setiap konflik yang terjadi dalam suatu hubungan adalah suatu proses pembelajaran dan pendewasaan untuk hubungan yang lebih baik lagi kedepannya. Dan konflik adalah suatu keniscayaan yang akan terjadi ketika ada interaksi antar individu.

Nuril Qomariyah Nuril Qomariyah
20/11/2020
in Keluarga, Kolom
0
Kesetiaan

Kesetiaan

116
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Kali ketiga mengaji di WLC El Shavia (Asrama yang mengkaji kajian gender dan pemberdayaan perempuan di Kota Malang) membedah buku Karya Prof. Mufidah yang sekaligus pengasuh di asrama. Jika biasanya kami bergiliran membedah artikel di Jurnal Perempuan. Malam Jumat lalu, kembali Buku “Psikologi Keluarga dalam Islam” yang dibedah dan dikaji bersama langsung dengan penulisnya. Dengan sub pembahasan terkait Konflik dan Resolusi dalam Keluarga

Mendengar istilah konflik, secara otomatis mungkin kita berpikiran bahwa konflik adalah hal yang harus dihindari, jangan sampai terjadi, dan merupakan perbuatan tidak baik. Jika anggapan kita masih seperti itu, itu berarti kita belum tuntas dengan pemahaman terkait konflik itu sendiri. Jadi, apakah ada dampak positif dari terjadinya suatu konflik? Dan apakah setiap konflik dalam keluarga akan berakhir pada perceraian atau putusnya suatu hubungan?

Konflik sendiri merupakan suatu kondisi yang muncul sebab adanya ketidakcocokan antar individu atau kelompok, yang dibangun sebab adanya pemikiran yang berbeda-beda atau berlawanan. Ada tiga penyebab utama konflik yang sering terjadi, baik secara umum maupun di dalam keluarga. Mulai dari ketimpangan sumber daya, perbedaan nilai dan identitas, serta terjadinya komunikasi yang salah.

Ketiga hal di atas, kerap kali memicu timbulnya konflik, terlebih ketika pola komunikasi yang dibangun antara individu atau suami-istri tidak baik. Selain itu, mengakarnya sistem patriarki di masyarakat membuat status sosial dan juga struktur di keluarga terlihat terkadang tidak ramah perempuan, disebabkan ketimpangan sumber daya yang ada. Sehingga, posisi laki-laki yang belum paham akan kesetaraan, merasa memiliki hak kekuasaan di dalam rumah tangga.

Konflik di dalam rumah tangga biasanya dipicu oleh beberapa hal, mulai dari perbedaan kultur dan budaya yang melatar belakangi setiap pribadi. Perbedaan nilai yang dipegang, berbeda orientasi hidup serta kebutuhan dalam hidup. Berbeda pemahaman terkait peran dan nilai peran dalam keluarga itu sendiri.

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • Jalan Tengah Pengasuhan Anak
  • Mengapa Menjadi Bapak Rumah Tangga Dianggap Rendah?
  • Wahai Ayah dan Ibu, Jadilah Sahabat Bagi Anakmu!
  • Salahkah Memilih Childfree?

Baca Juga:

Jalan Tengah Pengasuhan Anak

Mengapa Menjadi Bapak Rumah Tangga Dianggap Rendah?

Wahai Ayah dan Ibu, Jadilah Sahabat Bagi Anakmu!

Salahkah Memilih Childfree?

Lalu, memiliki perbedaan dalam menguasai  sumber daya, sehingga jenis kelamin yang berbeda menyebabkan adanya relasi yang tidak setara. Dari beberapa hal ini sangat memungkinkan untuk menimbulkan konflik antar pasangan suami istri di dalam rumah tangga.

Padahal jika kita mau memahami lebih jauh terkait konflik sebagai suatu bentuk pendewasaan dalam berumah tangga. Tentunya konflik yang timbul akan memberikan dampak positif dalam suatu hubungan. Ada beberapa dampak positif dari munculnya suatu konflik dalam relasi hubungan manusia secara umum, ataupun dalam keluarga. Mari kita telaah bersama lima dampak positif dari adanya konflik.

Yang pertama konflik dapat meragsang pemikiran inovatif, hal ini tentu dapat terjadi ketika kita mampu memaknai konflik atau masalah sebagai suatu hal pembelajaran yang harus dicari solusi penyelesaiannya dengan saling berkomunikasi dengan pasangan. Dalam kondisi ini tentunya setiap konflik yang ada memiliki proses penyelesaian yang berbeda pula, hal ini yang kemudian berdampak memunculkan pemikiran yang inovatif pada setiap orang.

Kemudian, kedua konflik juga memiliki peran dalam promosi perubahan sosial, dengan adanya konflik dapat menimbulkan suatu perubahan entah pada arah negatif atau positif tergantung pada bagaimana kita memaknai konflik itu sendiri.

Yang ketiga, konflik mampu menguatkan hubungan kelompok. Pada saat terjadi konflik secara otomatis suatu kelompok atau dua individu yang memiliki hubungan akan lebih intens dalam berinteraksi ketika mereka memiliki niatan untuk menyelesaikan konflik yang terjadi, dari sinilah akan berdampak pada semakin menguatnya hubungan antar mereka.

Dengan terjadinya konflik akan berpengaruh banyak dalam membentuk identitas pribadi seseorang, terlebih ketika seseorang mengalami konflik batin. Konfik dapat membentuk mereka untuk berfikir dua sampai tiga langkah kedepan bagaimana cara menyelesaikan konflik tersebut. Sehingga merangsang setiap individu untuk berfikir, dan pemikirannya di sini mempengaruhi pembentukan identitas pribadi mereka masing-masing.

Yang terakhir, dampak positif konflik akan membuat kita memahami bahwa perbedaan itu pasti ada bahkan dalam lingkup hubungan kecil sebuah rumah tangga. Perbedaan dalam suatu hubungan atau kelompok merupakan suatu keniscayaan yang harus kita syukuri dan dioptimalkan untuk melengkapi suatu hubungan.

Dengan mengoptimalkan perbedaan yang ada setiap peran dalam keluarga akan saling melengkapi dan diisi sehingga tidak lagi mempermasalahkan siapa yang bekerja dan siapa mengurus rumah, namun semua bergerak sesuai peran dan kemampuan yang dimiliki untuk saling melengkapi.

Berbagai konflik atau permasalahan yang timbul dalam suatu hubungan, tentunya memiliki beberapa langkah pengelolaan konfliknya. Mulai dari saling memahami perasaan orang lain, saling memegangi norma dan komitmen, saling memiliki strategi komunikasi yang tepat, serta saling mengenali perbedaan yang pasti terjadi dalam hubungan antar pribadi. Artinya di sini resolusi konflik dalam hubungan berkeluarga kembali lagi pada konsep keSALINGan atau mubaadalah, untuk menciptakan keluarga yang bahagia dan membahagiakan. []

Tags: keluargaKesalingankonflikperkawinanRelasi Suami dan Istriresolusi konflik
Nuril Qomariyah

Nuril Qomariyah

Alumni WWC Mubadalah 2019. Saat ini beraktifitas di bidang Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak di Kabupaten Bondowoso. Menulis untuk kebermanfaatan dan keabadian

Terkait Posts

Pengasuhan Anak

Jalan Tengah Pengasuhan Anak

28 Maret 2023
Bapak Rumah Tangga

Mengapa Menjadi Bapak Rumah Tangga Dianggap Rendah?

28 Maret 2023
Sittin al-‘Adliyah

Kitab Sittin Al-‘Adliyah: Prinsip Kasih Sayang Itu Timbal Balik

28 Maret 2023
Tradisi di Bulan Ramadan

Menggali Nilai-nilai Tradisi di Bulan Ramadan yang Mulia

28 Maret 2023
Propaganda Intoleransi

Waspadai Propaganda Intoleransi Jelang Tahun Politik

27 Maret 2023
Sittin al-‘Adliyah

Kitab Sittin Al-‘Adliyah: Pentingnya Menjaga Kesehatan Mental

27 Maret 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Tradisi di Bulan Ramadan

    Menggali Nilai-nilai Tradisi di Bulan Ramadan yang Mulia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kitab Sittin Al-‘Adliyah: Prinsip Kasih Sayang Itu Timbal Balik

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Menjadi Bapak Rumah Tangga Dianggap Rendah?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Flexing Ibadah selama Ramadan, Bolehkah?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Puasa Dalam Perspektif Psikologi dan Pentingnya Pengendalian Diri

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Islam Pada Awalnya Asing
  • Jalan Tengah Pengasuhan Anak
  • Imam Malik: Sosok yang Mengapresiasi Tradisi Lokal
  • Mengapa Menjadi Bapak Rumah Tangga Dianggap Rendah?
  • Kitab Sittin Al-‘Adliyah: Prinsip Kasih Sayang Itu Timbal Balik

Komentar Terbaru

  • Profil Gender: Angka tak Bisa Dibiarkan Begitu Saja pada Pesan untuk Ibu dari Chimamanda
  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Petasan, Kebahagiaan Semu yang Sering Membawa Petaka pada Maqashid Syari’ah Jadi Prinsip Ciptakan Kemaslahatan Manusia
  • Berbagi Pengalaman Ustazah Pondok: Pentingnya Komunikasi pada Belajar dari Peran Kiai dan Pondok Pesantren Yang Adil Gender
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist